Prabowo-Gibran unggul telak di Quick Count, Ramalan Gus Dur Prabowo Jadi Presiden jadi kenyataan?(Instagram)
((Instagram))
RIAU ONLINE - Istilah silent majority menghebohkan jagat media sosial setelah pencoblosan Pemilu 2024, Rabu, 14 Februari 2024.
Timelines Instagram, X, dan TikTok dihiasi istilah silent majority setelah hitung cepat atau quick count muncul.
Ketua TKD Prabowo-Gibran Jawa Barat, Ridwan Kamil, merupakan sosok yang menyinggung istilah tersebut.
"Pelajaran. Silent majority sudah berbicara. Siapa mereka?" dikutip dari unggahan reels di Instagramnya @ridwankamil, dikutip dari Suara.com, Kamis, 15 Februari 2024.
Lantas, apa sih sebenarnya arti dari silent majority?
Menurut berbagai sumber, silent majority pertama kali dipopulerkan Presiden AS Richard Nixon dalam pidatonya di televisi pada 3 November 1969.
Frasa ini dalam penggunaannya merujuk pada orang-orang Amerika yang tidak bergabung dalam demonstrasi besar-besar menentang Perang Vietnam kala itu, dan tidak pula bergabung dalam budaya tandingan, serta tidak berpartisipasi dalam wacana publik.
Nixon menghadapi tekanan kuat dari sekelompok kecil pengunjuk rasa anti-perang yang sangat aktif.
Dengan mengumpulkan mayoritas yang diam, ia mampu memperoleh dukungan terhadap kebijakannya dan memenangkan pemilihan kembali.
Mayoritas yang diam di bawah Nixon mencakup orang-orang yang sebagian besar adalah veteran Perang Dunia II yang lebih tua; kaum muda di Midwest, Barat, dan Selatan; dan orang kulit putih kerah biru yang tidak aktif dalam politik. Beberapa penduduk di Silent Majority memang mendukung kebijakan konservatif.
Istilah ini juga digunakan pada tahun 1919 oleh kampanye Calvin Coolidge untuk nominasi presiden tahun 1920.
Sebelumnya, frasa tersebut digunakan pada abad ke-19 sebagai eufemisme yang mengacu pada semua orang yang telah meninggal, dan ada pula yang menggunakannya sebelum dan sesudah Nixon untuk merujuk pada kelompok pemilih di berbagai negara di dunia.