Politisi Ini Sebut Golkar Dapat Kutukan Sejak Soeharto Lengser, Benarkah?

RIAU ONLINE - Politisi Partai Golkar, Ridwan Hisjam, melontarkan pernyataan mengejutkan. Ia mengatakan Golkar mendapat kutukan sejak Soeharto turun dari kursi presiden pada era reformasi.

"Percaya tidak percaya, jadi Golkar ini dapat kutukan. Jadi jangan bicara presiden lah," ungkap Ridwan Hisjam melalui kanal YouTube Zulfan Lindan Unpacking Indonesia, dikutip dari Suara.com, Kamis, 31 Agustus 2023.

Ridwan menyebut belum pernah ada presiden dari Partai Golkar hingga kini sejak Soeharto lengser.

"Saya bilang ini fakta, bahwa sejak Soeharto turun tidak akan ada presiden dari Golkar sampai hari ini, jadi jangan mimpi," kata Hisjam.

Ia menjelaskan hal ini berawal dari BJ Habibie yang gagal mencalonkan diri karena pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR pada 1999 silam.

"Mau coba lihat Bang Zulfan ngikutin lah, habis Soeharto ke siapa Pak Habibie kan? Pak Habibie kan pada waktu itu seandainya Pak Habibie ikut di 1999 pemilu presiden, InsyaAllah menang," ungkapnya.

"Tapi kan dia tidak mendaftar karena pertanggungjawabannya kan ditolak, sehingga dia tidak maju. Maka Gus Dur, iya kan," lanjutnya.

Setelah itu, kata dia, kader Golkar melakukan pendaftaran lagi sebagai wakil presiden yaitu Akbar Tanjung yang saat itu bersama Megawati Soekarnoputri.

Namun begitu akan diumumkan sebagai calon wakil presiden, Akbar Tanjung malah mengundurkan diri.

"Setelah itu pendaftaran lagi wakil presiden, Bang Akbar kan maju bersama Bu Mega. Begitu mau dipanggil kita pemilihan, Bang Akbar langsung ambil mic, dan itu viral, mengundurkan diri Bang Akbar," kata Dia.

"Terpilihlah Ibu Megawati (sebagai presiden kelima)," ujarnya.

Menurutnya, kutukan itu berjalan hingga saat ini. Dengan menjadikan Megawati sebagai presiden pada 2001.

"Nah sudah yah berarti kutukan tadi kan berjalan nih, abis itu Bu Mega naik jadi presiden 2001 kan," ujar Hisjam.

Pada pemilihan selanjutnya, kata dia, Akbar Tanjung maju mencalonkan diri sebagai wakil presiden melawan Hamzah Haz. Namun akhirnya, Akbar Tanjung juga kalah oleh politisi yang bernaung di bawah PPP itu.

"Pemilihan lagi Hamzah Haz lawan Akbar Tanjung, itu paling berat saya," kata Dia.

"Bang Akbar kalah sama Hamzah Haz, kebayang kan PPP, Hamzah Haz kok bisa mengalahkan Golkar yang besarnya kaya gitu. Kutukannya jalan lagi, ya kan," lanjutnya.

Bukan hanya itu, pada pemilihan tahun 2004 Golkar kembali mendorong mantan Panglima ABRI Jenderal Wiranto bersama Gus Solah.

Lagi-lagi nasib tak berpihak pada Golkar. Hasil pemilu menunjukkan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla sebagai pemenang kala itu.

"2004, ini Panglima ABRI Wiranto calon kita, Wiranto-Gus Solah adiknya Gus Dur. Nah itu, yang menang siapa, SBY sama JK, JK bukan Golkar loh JK dibawa oleh PBB-PKS kan waktu itu kan Demokrat (juga), kalah kita" ungkapnya.

Di pemilihan selanjutnya, Jusuf Kalla berhasil menjadi wakil presiden, dia mencoba mengambil Golkar. Setelah mejadi Ketum Golkar, Jusuf Kalla maju bersama Wiranto di pemilu 2009, hasilnya pun Gokar kalah saat itu.

"Terus habis itu, begitu JK jadi wakil presiden diambil tuh Golkar," katanya.

"Majulah JK-Wiranto, kalah, dua-duanya Golkar, yang menang SBY-Budiono, nah kutukan lagi," imbuhnya.

Kader Golkar itu menambahkan, tidak pernah ada calon dari partai Golkar yang bisa memenangkan posisi presiden.

"Jadi tidak pernah calonnya Golkar itu menang (sebagai presiden)," lanjutnya.

Hisjam percaya bahwa ada perjanjian tanah jawa yang dilupan Golkar. Menurutnya, hal ini akan berlanjug hingga 2045 nanti.

"(Sebab) Ada perjanjian tanah jawa, ini yang dilupakan sama kita," ujarnya.

"Nah itu sampai kapan, ya kalau saya bilang sampai 2045 baru lah Pak Zulfan jadi presiden itu bisa," ujarnya.