Dendam Disebut Tukang Amatir Jadi Alasan DF Bunuh Wahyu Dian Silviani

Wahyu-Dian-Silviani.jpg
(istimewa)

RIAU ONLINE, JAKARTA-Pelaku pembunuh dosen UIN Raden Mas Said Surakarta, Wahyu Dian Silviani akhirnya terungkap. Dosen muda ini ternyata dibunuh adalah kuli bangunan yang bekerja di rumahnya.

Pelaku berinisial DF (23) warga Dukuh Taru RT 02 RW 05 Desa Tempel, Kecamatan Gatak, Sukoharjo bekerja di rumah korban baru satu bulan.

Pelaku tega menghabisi nyawa korban karena sakit hati dibilang kerjanya jelek. Bahkan ditolol-tololin, dibego-begoin.

"Sakit hati dikatain kerjanya jelek. Ditolol-tololin, dibego-begoin, ya semacam itulah," ujar tersangka, Jumat (25/8/2023).

Ia mengakui sudah punya rencana untuk membunuh itu usai ditegur sama korban, Senin (21/8/2023) pagi.

Awalnya saat bekerja bersama tiga temannya memasang batu bata di rumah korban. Lalu korban datang ke rumahnya untuk mengecek dan menggerutu pada pelaku dengan perkataan 'tukang kok amatiran' selama kurang lebih 30 menit.

Awalnya pelaku tidak menggubrisnya, namun saat teman-eman pelaku mengerjakan bagian lain dari rumah korban dan pelaku mengerjakan penataan batu bata mendengar ucapan dari korban tersebut.

"Ditegur sama korban senin pagi, lalu setelah selesai bekerja ada rencana untuk membunuh. Bersama di sana jalan satu bulan," katanya.

Pelaku sebenarnya mau menghabisi nyawa korban itu malam harinya setelah ditegur. Tapi pelaku belum berani untuk menghabisi nyawa korban, pelaku baru benar-benar berani membunuh itu pada, Rabu (23/8/2023) malam.


Pelaku membunuh korban setelah naik ke atap melalui pagar samping kanan, lalu naik samping kanan dan masuk ke dalam rumah korban.

"Saya naik ke rumah korban itu dari pagar ke atap depan samping. Lalu naik ke belakang ada tandon terus masuk ke dalam," ungkap dia.

Setelah masuk ke dalam rumah melihat korban sedang tertidur di atas kasur di ruang tamu, kemudian menempelkan pisau yang dibawa ke leher korban biar diam dan tidak berteriak.

Namun korban malah kaget dan ingin berteriak, pelaku lalu menekan leher korban menggunakan jempol kurang lebih 5 menit sampai dengan korban merasa lemas.

"Korban pas tidur di ruang tengah," terangnya.

Setelah korban lemas, lalu pelaku melepaskan jari jempol dan perlahan sambil berkata, "Kami pilih diam dan tak biarkan hidup, atau kamu berteriak dan tak habiskan sekarang," sambungnya.

Tapi korban berteriak minta tolong dan berusaha merebut pisau. Pelaku pun merasa emosi dan berhasil menguasai pisau kemudian menebaskan.

Saat beraksi pelaku memakai sarung tangan medis dan pakai buff buat menutupi wajahnya.

"Habisi dengan pisau yang dibawa dari rumah. Tusukannya satu kali di leher dan sabetannya tiga kali di pipi kanan," papar dia.

Usai menghabisi nyawa korban, lalu pelaku membersihkan darah korban
yang terkena pakaian dikamar mandi. Setelah itu kabur lewat pintu depan dengan cara melompat pagar.

Pelaku kemudian pulang ke rumah untuk mengganti pakaian dan meletakan ke dalam plastik. Lalu pelaku membakar pakaian yang dikenakan saat membunuh di persawahan tidak jauh dari rumahnya.

Pelaku lalu membuang pisau yang dipakai untuk membunuh ke sungai Blimbing di selatan Stasiun
Gawok.

Seperti diketahui jenazah korban ditemukan di dalam rumah dengan posisi ditutup kasur di perumahan Graha Tempel Sejahtera Desam Tempel, Kecamatan Gatak, Sukoharjo, Kamis (24/8/2023).

Berdasarkan keterangan dari Puskesmas Gatak, korban meninggal dengan posisi membujur menghadap ke timur dengan luka Luka lebam di paha kanan, tidak ada kekerasan seksual, ada luka tusuk di dada kanan, diatas payudara dan diatasnya.

Lalu disamping ketiak kanan ada sayatan, lengan sebelah kiri bagian dalam terdapat luka terbuka, luka bacok dari pelipis sampai pipi kanan sekitar 10 cm. Kemudian bibir kanan terdapat luka tusuk, luka terbuka hidung atas, pelipis kiri terdapat luka sayat, alis kanan ada sayatan.

Selanjutnya kepala kiri belakang ada bekas sayatan sekitar 5 sayatan, di kepala belakang sebelah kanan terdapat benjolan dikutip dari suara.com