Erick Thohir cuma Mau Jadi Cawapres Tokoh yang Siap Lanjutkan Program Jokowi

Erick-Thohir15.jpg
(Achmad Fauzi)

RIAU ONLINE, JAKARTA-Sosok Erick Thohir digadang-gadang masuk dalam bursa calon wakil presiden 2024. Menteri BUMN ini bahkan disebut-sebut layak mendampingi Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.

Erick Thohir mengaku menyerahkan diri ke pihak koalisi manapun yang mengajukannya sebagai bakal Cawapres. Dirinya tak mau sesumbar bahwa akan mendampingi dua bakal capres tersebut.

"Oh, nanti gini aja. Kalau koalisinya terbentuk nanti masing-masing mengajukan nama nanti kita lihat gitu yah, mekanismenya itu ada. Kalau kita 'oh saya, saya' taunya gak diusulkan. Apalagi kayak tadi broken heart kalau Uda naksir taunya ditolak sama orang tua," ujar Erick saat ditemui di Gedung DPR-MPR, Jakarta, Rabu (16/8/2023).

Namun demikian, dirinya akan tegak lurus dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), di mana pemimpin setelahnya harus melanjutkan program-program yang telah dijalankan.



"Yang kedua chemistry dengan tentu pasangannya. Yang ketiga tidak kalah pentingnya tim. Tim itu harus penting karena tadi Pak Presiden bilang target 10 ribu- 15 ribu itu kan target yang sangat, sangat dekat 2 ribu tiga puluhan. Artinya apa, kalau timnya nggak solid nanti akhirnya buat apa," ucap dia.

"Yang terakhir saya serius tidak mau menjadi kekuasaan yang justru tidak meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pertumbuhan ekonomi kita sangat bagus, tapi tentu kesenjangan harus menjadi hal yang sangat penting. Kita tidak bisa seperti ini saja, arahnya sudah bagus tapi saya rasa itu yang terpenting buat saya. Jadi saya tidak mau jadi pemerintahan yang tidak dekat yah," tambah dia.

Erick juga menilai, ketiga bakal capres juga memiliki visi dan misi yang dengan keberlanjutan pembangunan Indonesia. Hanya saja, dia menunggu komitmen bakal capres dalam keberlanjutan pembangunan.

Dirinya melihat, dalam menjadi pemimpin selanjutnya tidak perlu salah menyalahkan. Justru, jika kebijakan itu bagus, maka jangan diubah dan harus dilanjutkan dikutip dari suara.com

"Seperti saya. Ketika saya menjabat menteri BUMN semua menteri-menteri BUMN saya apresiasi. Program yang bagus saya pertahankan, yang kurang bagus diperbaiki tanpa ada proses-proses nyalahin 'oh Menteri ini salah loh, Menteri ini salah'. Contoh kasus daripada Jiwasraya tahun berapa? 2006. Apakah saya nyalahin menteri-menteri sebelumnya? Tidak. Tapi saya memastikan ini harus selesai," pungkas dia.