Terkotor di Dunia, Ini Biang Kerok Buruknya Udara di Ibu Kota Indonesia

udara-di-jakarta.jpg
(Suara.com/Alfian Winanto)

RIAU ONLINE - Langit Ibu Kota Indonesia berkabut setiap hari. Ini menandakan buruknya kualitas udara di Jakarta berdasarkan data Air Quality Index (AQI). Parahnya, Jakarta ada di peringkat teratas kota dengan udara terkotor di dunia, pada Kamis, 10 Agustus 2023.

IQAir melaporkan bahwa kualitas udara Jakarta berada di angka 156 dan menjadikan Ibu Kota Indonesia sebagai kota dengan udara terkotor di dunia. Posisi Jakarta juga jauh di atas Dubai, Uni Emirat Arab dengan nilai AQI 140 dan Lahore, Pakistan dengan nilai 134.

Ada berbagai penyebab buruknya kualitas udara di Jakarta. Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyebut transportasi kendaraan pribadi menjadi satu di antara penyebab terbesar buruknya kualitas udara di Jakarta.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto menjelaskan transportasi kendaraan pribadi menyumbang sekitar 70 persen penyeba kualitas udara buruk di Jakarta. Menurutnya, mobilitas dengan kendaraan pribadi harus dikurangi jika ingin mengurangi polusi udara di Jakarta.

Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sigit Reliantoro mengungkap beberapa penyebab buruknya kualitas udara di langit Jakarta, sebagaimana dilansir dari Suara.com, Minggu, 13 Agustus 2023.



Kian memburuknya kualitas udara di Jakarta juga dipengaruhi siklus meteorologi dalam tiga bulan terakhir. Sigit Reliantoro mengatakan peningkatan pencemaran selalu terjadi setiap Juni, Juli, dan Agustus. Pencemaran udara tersebut dipengaruhi oleh udara dari timur yang kering.

Tak hanya faktor meteorologi, pembuangan emisi dari kendaraan yang sangat padat pada hampir seluruh ruas jalan yang ada di wilayah Jakarta menjadi penyumpang polusi udara.

Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Pemprov DKI penyebab polusi udara di tahun 2020, sumber pencemaran batu bara menyumbang emisi sebanyak 0,42 persen, dari minyak bumi 49 persen, sementara gas sebesar 51 persen.

Sektor transportasi menjadi penyumbang terbesar polusi udara yaitu sekitar 44 persen. Sedangkan dari industri 31 persen, industri energi manufaktur 10 persen, perumahan 14 persen dan juga komersial 1 persen.

Di sisi lain, berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Greenpeace, ada berbagai faktor penyebab polusi udara di Kota Jakarta. Namun, asap pembakaran batu bara menjadi salah satu hal yang diabaikan dari perhatian masyarakat.

Laman Greenpeace.org yang menggunakan studi Vital Strategies menyebut pembakaran batu bara juga menjadi salah satu penyebab buruknya kualitas udara di Jakarta. Hasil studi tersebut menunjukkan hampir seperlima polusi berasal dari pembakaran batu bara. Setidaknya, ada 8 pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU berbahan bakar batu bara menghimpit kota Jakarta dalam jarak 100 km.