Jadi Korban Pelecehan Ayah Tiri, Michelle Ashley Justru Disalahkan Warganet

Michelle-Ashley.jpg
(Instagram/@michelle4sh)

RIAU ONLINE, JAKARTA-Michelle Ashley putri Pinkan Mambo, mengaku, alami pelecehan seksual oleh ayah tirinya hingga bertahun-tahun. Bahkan, secara terang-terangan ia mengatakan kalau Pinkan Mambo juga tidak membelanya.

"Aku nggak berani untuk speak up karena dari mami aku juga belum mau diomongin ke media. Tapi buat aku karena ini sudah keterlaluan dan selama bertahun-tahun aku tutupin," kata Michelle Ashley dalam podcast bersama Nadia Alaydrus yang diunggah ulang akun @lambegosiip, Rabu (26/7/2023).

Sementara itu, rupanya tidak hanya Pinkan Mambo yang menyalahkan Michelle Ashley. Justru setelah ia membongkar kasus perselingkuhan tersebut, sebagian warganet yang menyaksikan juga ikut menyalahkannya.

Dalam unggahan tersebut, warganet ada yang menyebutkan kalau Michelle Ashley hanya gimmick agar namanya dikenal masyarakat luas. Bahkan, ada yang menyalahkan karena ia tidak memakai baju kala itu.

 

Ada juga warganet yang menyebutkan kalau Michelle Ashley membuka aibnya sendiri. Namun, ada juga yang bingung karena warganet lainnya malah menyalahkan Michelle Ashley yang kasusnya sebagai korban.



“Ah masa si ?? Paling cm mau orbitkan anaknya aja .. kalo pun emang bener dilecehkan, sok atuh buat laporan polisi,” tulis salah seorang warganet.

“Tapi emang laen kali sebelum mandi lebih baek ambil baju dl biar aman,” komentar akun lainnya.

“Buka aib tutup aib ibu anak ya sudah lah,” sahut warganet lainnya.

“Komennya pada kenapa sii malah nyalahin si anak,” tulis akun lainnya.

Mengutip laman Universitas Islam Indonesia, korban memang sering menjadi sosok yang disalahkan ketika pelecehan seksual terjadi. Biasanya, korban yang disalahkan ini terjadi pada mereka yang alami KDRT, pelecehan, dan lainnya.

Kondisi korban yang sering disalahkan ini karena adanya budaya yang sudah melekat di masyarakat. Di Indonesia sendiri masih menganut budaya patriarki yang kuat. Hal ini membuat posisi laki-laki lebih dominan, lebih berpengaruh. Oleh sebab itu para perempuan diposisikan sebagai bawahan atau pihak yang salah.

Oleh sebab itu, ketika terjadi kasus pelecehan seksual, biasanya sosok yang disalahkan ada korban. Bahkan, perkembangan media digital ini membuat korban selalu disudutkan kepada posisi yang salah.

Hal ini yang akhirnya membuat para korban malu untuk bercerita mengenai kasusnya itu. Sementara, dampak dari pelecehan yang dialami akan sulit hilang dan sebabkan trauma berat. Bahkan, mereka mereka menjadi malu dan sulit untuk speak up atas kasusnya itu dikutip dari suara.com