Punya Magnet Kuat, Para Capres Berebut Limpahan Pendukung Jokowi

Jokowi-bersama-Prabowo-dan-Ganjar.jpg
(Laily Rachev – Biro Pers Sekretariat Presiden))

RIAU ONLINE, JAKARTA-Pengaruh Presiden Jokowi dalam pembentukan koalisi partai politik dalam mendukung kandidat yang didukungnya menjadi perhatian pengamat politik dari Poltracking Indonesia Arya Budi.

Budi mengatakan pengaruh itu karena Jokowi memiliki banyak pendukung dan tentunya bisa memberikan insentif elektoral kepada capres yang didukungnya pada Pilpres 2024. Tentunya pula, parpol akan mendekat dan berkoalisi untuk mengusung tokoh tersebut.

"Ketika Jokowi dianggap dekat atau Jokowi dianggap mendukung, meskipun secara gestur atau tidak verbal, kandidat ini akan mendapat limpahan pemilih Jokowi. Elektabilitasnya naik, kemudian partai-partai mendekat. Ini efek tidak langsung Jokowi," kata Arya seperti dikutip Antara.

Ia kemudian menilik kepada pendukung Jokowi yang merupakan pemilihnya di Pilpres 2014 dan 2019.



Jika merujuk pada data KPU, Jokowi kerap mendapat suara mayoritas di atas 50 persen dalam dua kali Pilpres yang dilaluinya. Seperti saat berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK) pada Pilpres 2014, pemilih pasangan itu mencapai 53,15 persen. Kemudian pada tahun 2019, pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin mencapai 55,50 persen.

"Dengan demikian, Jokowi memiliki pengaruh terhadap separuh pemilih di Indonesia dari Pilpres 2014 dan 2019. Praktis, Jokowi memiliki basis pemilih mayoritas," kata Arya.

Selain itu, ia juga menilai Jokowi juga berpengaruh pada pembentukan koalisi partai politik karena masih menjabat sebagai presiden.

"Kedua, efek Jokowi terhadap koalisi adalah dia merupakan presiden dengan plakat negara, yang bahkan partai tidak memilikinya. Dia komando tertinggi, punya akses informasi-informasi negara di banyak bidang, di ekonomi, dan seterusnya," ujarnya dikutip dari suara.com