Teknologi Wolbachia Bikin Gigitan Nyamuk Aedes Aegypti Tak Sebabkan DBD

Nyamuk-Aedes-aegypti6.jpg
(Shutterstock)

RIAU ONLINE, JAKARTA-Hari ini, Kamis 15 Juni diperingati sebagai Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN Teknologi, dan kini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) fokus menerapkan program bakteri Wolbachia, apa ya?

Teknologi Wolbachia merupakan program tambahan pemberantasan DBD selain upaya 3M+, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan Jumantik.

Mengutip situs Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Peneliti World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, Prof. Adi Utarini menjelaskan teknologi Wolbachia dinilai mampu mengendalikan virus dengue penyebab DBD.

Peneliti yang akrab disapa Prof. Uut itu menjelaskan Wolbachia adalah bakteri yang bisa tumbuh alami di serangga terutama nyamuk, kecuali aedes aegypti.

Sehingga dengan membuat nyamuk aedes aegypti mengandung bakteri Wolbachia, maka dengan sendirinya saat nyamuk menghisap darah mengandung virus dengue maka nyamuk resisten atau terhindar sebagai pembawa virus dengue.

Bakteri Wolbachia yang ada di tubuh nyamuk ades aegypti membuat virus dengue tidak akan menyebar ke tubuh manusia.



Di Indonesia, uji coba penyebaran nyamuk mengandung Wolbachia sudah dilakukan di Yogyakarta dan Bantu. Jika nanti terbukti efektif maka uji coba dan penyebaran akan diperluas.

Prof. Uut juga mengatakan kasus demam berdarah dengan Wolbachia bisa ditekan hingga 77 persen. Bahkan ia mengklaim lebih efektif dan lebih murah dibanding pemberian vaksin dengue.

“Penelitian WMP Yogyakarta, sudah menghasilkan bukti bahwa di wilayah yang kita sebari nyamuk angka denguenya menurun 77,1% dan angka hospitalization karena dengue berkurang 86,1%. Intervensi ini efektivitasnya lebih bagus daripada vaksin dengue,” ujar Prof. Uut dalam unggahan Kemenkes 22 Juli 2022 lalu.

Jika teknologi ini sukses tersebar ke seluruh Indonesia dan jadi program nasional, optimis bisa menurunkan kasus penularan virus dengue penyebab DBD.

Prof. Uut juga memastikan, meski nyamuk aedes aegypti mengandung bakteri Wolbachia tidak akan berdampak pada kesehatan saat menggigit manusia.

Penelitian ini juga secara langsung sudah disaksikan dan dipelajari Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat ke Yogyakarta.

"Belajar bagaimana menurunkan prevalensi dengue dengan cara mengontrol nyamuknya bukan menghilangkan, tapi membuat nyamuknya tidak menularkan virus lagi," jelas Menkes Budi beberapa waktu lalu.

Sementara itu data Kemenkes menunjukan di awal 2023 hingga minggu ke-20, menunjukan tercatat 33.027 kasus DBD dengan 258 kematian.

Padahal Kemenkes juga punya target, di 2030 tidak ada penemuan kasus kematian DBD. Dengan sebelumnya di 2024, lebih dulu ditargetkan kasus DBD berkurang hanya 10 per 100.000 penduduk dikutip dari suara.com