RIAU ONLINE - Dua kapal perang Indonesia dikerahkan untuk memperkuat pertahanan di Laut Pasifik. Keduanya yakni kapal perang jenis korvet yakni KRI Malahayati (362) dan KRI Fatahillah (361).
Panglima Koarmada III Laksamana Muda TNI Rachmad Jayadi di Sorong mengatakan Komando Armada (Koarmada) III menghadirkan dua kapal perang itu guna memperkuat pertahanan laut pasifik. Pasalnya, kekuatan kapal perang yang dimiliki Koarmada III saat ini berukuran kecil, sehingga perlu memperkuat armada dengan kapal perang yang memadai.
"Dua kapal perang yaitu KRI Malahayati (362) dan KRI Fatahillah (361) siap akan mengarungi semua wilayah yang menjadi tanggung jawab Koarmada III," ujar Rachmad, Minggu, 21 Mei 2023.
Rachmad menjelaskn dibutuhkan armada yang memadai untuk memaksimalkan penjagaan kedaulatan NKRI dari segala sesuatu yang membahayakan negara. Apalagi, kondisi Laut Pasifik merupakan wilayah kerja Koarmada III sangat luas.
"Wilayah Koarmada III berhadapan langsung dengan laut Pasifik maka harus diperkuat dengan armada yang kuat dan memadai," kata Rachmad.
Dia menyebut, KRI Malahayati (362) merupakan kapal kedua dari kapal perang jenis perusak kawal berpeluru kendali kelas Fatahlillah milik TNI AL.
"Nama Malahayati berasal dari seorang laksamana perempuan pertama di dunia modern yang berasal dari Aceh," ujarnya.
Rachmad menjelaskan KRI Malahayati sebuat fregat yang dibuat oleh galangan kapal Wilton-Fijenoord, Schiedam, Belanda, pada 1980 khusus untuk TNI AL. Tugasnya, sebagai armada pemukul dengan kemampuan antikapal permukaan, antikapal selam, dan antipesawat udara. KRI Malahayati termasuk dalam kelas Fatahillah bersama KRI Fatahillah (361) dan KRI Nala (363).
Selain KRI Malahayati, kata Rachmad, ada KRI Fatahillah (361) yang merupakan kapal pertama dari kapal perang jenis Perusak Kawal Berpeluru Kendali kelas Fatahillah milik TNI AL.
"Nama Fatahillah diambil dari seorang pahlawan nasional yang berjasa merebut Sunda Kelapa dari tangan Portugis dan menamainya Jayakarta," ungkap dia.
Sementara KRI Fatahillah adalah sebuah korvet. Ia menyebut kapal ini dibuat oleh galangan kapal Wilton-Fijenoord, Schiedam, Belanda, pada tahun 1979 khusus untuk TNI AL.
"Kapal ini bertugas sebagai armada pemukul dengan kemampuan anti kapal permukaan, anti kapal selam dan anti pesawat udara," ujar Rachmad.
KRI Fatahillah memiliki berat benaman 1.450 ton, panjang 8.385 meter, lebar 1.110 meter, draft 330 meter, kecepatan 21 knot dan awak kapal 82 orang.
“Kami harus tegak lurus, apa yang diperintahkan oleh pimpinan maka kita antisipasi dan persiapkan semuanya,” ujarnya. (ANTARA/Yuvensius Lasa Banafanu)
Dilarang mengutip berita ini, kecuali seizin ANTARA