RIAU ONLINE - Dalam tiga tahun terakhir, terjadi peningkatan dalam kasus kematian ibu hamil dan bayi di Indonesia. Nahasnya, tetap saja ada ibu hamil yang ditolak rumah sakit karena berbagai alasan.
Dilansir dari kumparan, Rabu, 8 Maret 2023, berikut sederet kisah pilu dari para ibu yang ditolah rumah sakit, bahkan hingga ada yang meregang nyawa.
Tragedi RSUD Ciereng Subang
Seorang ibu hamil bernama Kuranesih (39) mendapat penolakan dari RSUD Ciereng Subang. Nahas, sang ibu meninggal dunia karena tak mendapat penanganan dari rumah sakit.
Padahal UU Kesehatan menyatakan bahwa rumah sakit tidak boleh menolak pasien dalam keadaan darurat dengan alasan apa pun, termasuk biaya. Hal itu tertuang di UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 Pasal 190 ayat (2) yang berbunyi:
“Jika menyebabkan kematian, dipenjara maksimal 10 tahun dan denda paling banyak Rp 1 miliar.”
Direktur RSUD Ciereng, Subang, dr. Ahmad Nasuhi, sudah mengambil tindakan sesuai standart operational procedure (SOP).
"Kalau RSUD sudah menjalankan sesuai dengan SOP yang berlaku. Malahan sudah sempat ada penanganan terlebih dahulu juga saat waktu di IGD," kata Direktur Utama RSUD Ciereng, Subang, dr. Ahmad Nasuhi, Selasa, 7 Maret 2023.
Saat memberikan konfirmasih permintaan rujukan Puskesmas, menurutnya, pihak RSUD telah menyebut ruang ICU penuh dan menyarankan untuk mencari rumah sakit lainnya mengingat pasien membutuhkan ICU.
"Hari Kamis (16 Februari 2023) masuk ke RSUD Subang, tapi sebelumnya pasien ini sudah diinformasikan lewat bidan yang membawa pasiennya bahwa kondisi ICU penuh," katanya.
Sementara kasus ini dalam pengusutan Polres Subang. Polisi mulai menggali informasi dan mengumpulkan bahan keterangan dari sejumlah pihak.
"Mendata, mencari informasi keterangan," kata Kapolres Subang, AKBP Sumarni, melalui sambungan telepon
Tapi ternyata, kejadian ini bukan yang pertama. Tak hanya ibu hamil, mereka yang sakit dalam kondisi parah bahkan ada yang tak tertolong karena sikap rumah sakit.
RS tolak Ibu Hamil di Palu hingga Melahirkan di Mobil
Ibu hamil dari Kota Palu terpaksa melahirkan di dalam mobil setelah bolak balik mencari pelayanan di rumah sakit. Bahkan, 6 rumah sakit di ibukota Sulawesi Tengah itu telah dikunjungi.
Peristiwa itu terjadi pada 2021 dan diungkap melalui Facebook oleh akun Rizky Agung di Info Kota Palu (IKP).
Akun Rizky Agung menyebutkan alasan sejumlah pihak rumah sakit menolak pasien ibu hamil tersebut. Di antaranya, karena dokter untuk operasi tidak ada.
Sedangkan di rumah sakit lainnya, pihak keluarga pasien mendapat jawaban bahwa dokter bisa mengoperasi, namun pasien yang mengantre untuk operasi sudah banyak. Sehingga, pihak keluarga pasien disarankan mencari rumah sakit lain.
Ada pula rumah sakit yang menolak dengan alasan dokter yang akan mengoperasi sudah berumur sehingga tidak memungkin untuk melakukan tindakan operasi di malam hari.
Setelah bolah balik mencari rumah sakit di Kota Palu dan hanya mendapat penolakan, akhirnya keluarga pasien kembali ke rumah sakit semula. Saat di perjalanan, tepatnya di depan SPBU Maluku, kepala bayi sudah keluar. Sang ibu sudah melahirkan di dalam mobil saat setibanya di halaman rumah sakit yang dituju.
“Beberapa laporan, langsung kami respon cepat dan menanyakan langsung ke sejumlah direktur-direktur rumah sakit yang ada. Dan beberapa penjelasan yang kami terima,” kata Wali Kota Palu Hadianto Rasyid, Rabu 25 Agustus 2021.
Ibu di Bali
Sebuah kisah pilu dari seorang ibu di Bali sempat diunggah Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Dapil Bali Arya Wedakarna. Sang ibu disebut ditolak RS Wangaya, Denpasar. Akibatnya, ibu tersebut meninggal dunia saat hendak dibawa ke RSUP Sanglah pada September 2022.
"@rsud.wangaya termasuk RS menolak meminjamkan Ambulance dr RS Wangaya ke Sanglah. Bayangkan, anak muda itu harus "membonceng" ibu beliau dengan sepeda motor dan ibu beliau dinyatakan meninggal saat di tiba di RS Sanglah," kata dia di akun Instagramnya.
Humas Pemkot Denpasar, Dewa Rai, mengaku telah meminta keterangan dari pihak RSUD Wangaya. Disebutkan bahwa yang terjadi bukanlah penolakan untuk merawat di UGD RSUP Wangaya milik Pemerintah Kota Denpasar.
"Jadi saat itu, ruang perawatan di UGD sudah penuh dan bed juga sudah penuh sementara petugas medis harus menangani pasien yang sudah ada disana," katanya.
Ibu di Malang
Sri Indawati (33), seorang ibu yang sedang mengandung 7 bulan harus kehilangan nyawa setelah mendapat penolakan perawatan dari sejumlah rumah sakit dengan alasan ruangan sudah penuh. Warga Jalan Mertojoyo, Lowokwaru, Kota Malang itu meninggal pada Rabu, 28 Juli 2021 sekira pukul 02.00 WIB.
Namun, belum diketahui gejala penyakit yang diderita ibu hamil itu. Menurut suaminya, Abdul Bari (35), istrinya sering mengelukan sakit tenggorokan dan sesak napas sejak awal kehamilan.
"Terakhir, seminggu kemarin ngaku agak sesek dadanya, dibuat makan terus muntah. Akhirnya, kemarin itu saya inisiatif periksa ke rumah sakit" kisah dia.
Akan tetapi, RS UMM yang menjadi tujuan utama menolak marawat sang istri dengan alasan kuota ruang penanganan penuh. Dirinya sempat akan membawa dokter kandungan di RSI Unisma hari itu juga.
Namun, istrinya menolak dan meminta periksa ke seorang bidan di kawasan Joyogrand. Di sana, istrinya diberikan sejumlah resep obat. Hasilnya, perlahan istrinya mulai pulih dan sehat.
Tak Sanggup Bayar Tes Corona Berujung Maut
Seorang ibu, Ervina Yana, di Makassar terpaksa merelakan bayi yang dikandungnya setelah ditolak beberapa rumah sakit saat hendak melahirkan. Peristiwa ini terjadi pada Juni 2021, saat pandemi corona Delta melanda dan membuat rumah sakit kelimpungan.
Sang ibu dtolak lantaran tidak mampu membayar biaya tes COVID-19 yang harus dilakukan sebelum proses persalinan.
Ia sudah mendatangi beberapa rumah sakit dan semua harus mewajibkan dia menjalani prosedur serupa. Setidaknya sudah tiga rumah sakit di Makassar yang dikunjungi Ervina, namun semuanya mewajibkan dia untuk menjalani swab test dengan biaya mencapai Rp 2,3 juta.
Ervina terpaksa mengurungkan niat untuk dirawat karena tidak sanggup membayar biaya tersebut. Bahkan, Ervina sempat keliling di sejumlah rumah sakit untuk segera melakukan persalinan. Sayang, anak dalam kandungannya tidak lagi bergerak karena tak kunjung ditangani dokter.
Setelah mendapat bantuan dari rekan-rekannya, akhirnya Ervina mendapat perawatan lebih lanjut di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Ananda.
"Selasa, 16 Juni 2020, sekitar pukul 14.00 WITA, pasien masuk ke poliklinik obgin melakukan konsultasi dan pemeriksaan dengan keluhan gerakan bayi tidak terasa sejak 1-2 hari yang lalu," ujar dokter Fadli Ananda, Rabu, 17 Juni 2021
Sederet kisah tersebut hanyalah segelintir cerita yang terekam dan viral di masyarakat. Hal ini berpotensi terjadi di masyarakat desa atau daerah terpencil.
"Jumlah kematian ibu (dan bayi baru lahir) meningkat sepanjang pandemi COVID-19 3 tahun terakhir, yang menunjukkan masih diperlukannya penguatan ketahanan pelayanan kesehatan di Indonesia terutama pelayanan kesehatan maternal neonatal yang termasuk pelayanan kesehatan esensial di sebuah negara," ujar Komite Stunting PB IDI, dr Hud Suhargono, SpOG (K), dalam konferensi pers di PB IDI, Jakarta Pusat, Kamis, 2 Maret 2023.