RIAUONLINE - Para nelayan lokal di Perairan Natuna, Kepulauan Riau (Kepri) mulai dibuat jengah oleh intimidasi dari Kapal Coast Guard China hingga nelayan asing yang mengeruk ikan di perairan Indonesia.
Sejumlah nelayan bahkan kesulitan mendapatkan ikan lantaran terumbu karang yang rusak akibat pukat trawl yang digunakan nelayan asing mencuri ikan di wilayah Natuna.
Nelayan lokal terpaksa menangkap ikan di perbatasan Malaysia yang masih banyak ikan dengan risiko pengusiran hingga penangkapan oleh Polisi Maritim Malaysia.
Menurut nelayan lokal Natuna, kini mereka kerap menjumpai kapal-kapal patroli negara lain saat tengah melaut.
Dedi, nelayan yang mengunggah video Coasd Guard China memotong jalur haluan kapal mereka saat melaut di Natuna Utara mengisahkan peristiwa yang terjadi pada Kamis, 8 September 2022 itu.
"Ketika kami berada di titik koordinat 06'15.394 N 109'37.320 E tiba tiba sebuah kapal Coast Guard mendekati pompong kami dan memotong jalur haluan kami seakan ingin mengusir kami dari area tersebut. Namun tidak kami hiraukan karena saya yakin saya masih jauh berada di wilayah Laut Indonesia," Ujar Dedi, seperti dilansir dari Batamnews, jaringan RIAUONLINE, Minggu, 18 September 2022.
Dedi mengaku tidak peringatan maupun komunikasi dari kapal Coast Guard China itu. Hal ini menguatkan asumsi para nelayan bahwa Coast Guard berbendera China tersebut bertujuan untuk mengintimidasi para nelayan Natuna saja. Menurut Dedi, kejadian itu sering terjadi.
"Kemaren ini kita nampak dua Coast Guard dan satu kapal perang China di sekitar perairan tersebut. Mereka mengawal kapal kapal China yang sedang melakukan penangkapan ikan di wilayah itu," tuturnya.
Padahal, kata Dedi, rekan-rekannya di kawasan itu masih 70 mili dari batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan jelas masih berada di Laut Natuna Utara.
Tak hanya kapal asing berbendara China, Dedi pun mengaku melihat beberapa kapal asing lain berbendera Vietnam dan Taiwan tengah menangkap ikan menggunakan trawl atau pukat harimau.
"Di lokasi itu memang sudah sering kita temukan kapal kapal asing yang mengeruk ikan menggunakan trawl. Bahkan pernah kami didekati dan salah satu ABK mereka sempat meminta rokok ke kami sambil mengatakan, 'Minta rokok, Natuna baik baik ya. Batam the best', " kata Dedi menirukan ucapan nelayan asing itu.
Menurutnya, ABK yang bisa berbahasa Indonesia tersebut merupakan ABK asal Vietnam yang pernah ditangkap pihak Indonesia ataupun mereka sudah sering menangkap ikan di laut Natuna dan sering berkomunikasi dengan nelayan lokal.
Mereka tidak hanya menangkap ikan menggunakan trawl tapi juga memasang rumpon rumpon dari bambu yang disebar di wilayah laut perairan Natuna.
"Diantara mereka ada juga yang baik juga, pernah kami dikasih beras dan ikan dari kapal mereka. Tapi tetap saja kami kecewa dengan pemerintah karena tidak bisa mengamankan laut kita. Sementara nelayan asing menangkap ikan saja dikawal kapal patroli mereka," tutur Dedi.
Kekesalan para nelayan Natuna tidaklah tanpa alasan, pasalnya kejadian serupa hampir setiap tahun terjadi dan hingga kini belum ada solusi yang konkrit dari pihak pemerintah.
"Kasih kami satu kapal perang selama satu tahun. Biar kami tuntaskan masalah ilegal fishing di laut Natuna utara," ujarnya sedikit kesal.