RIAU ONLINE, JAKARTA-Punya dua kader mumpuni untuk diusung sebagai Capres, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP hingga kekinian belum juga menentukan siapa jagoanya, Puan Maharani atau Ganjar Pranowo.
Sebagai pemenang Pemilu 2019 dengan meraih 27.053.961 atau 19,33 persen dari suara sah nasional, PDIP berhak mendaftarkan calon presiden dan calon wakil presiden sendiri tanpa berkoalisi.
Sementara, sejumlah partai lain sudah menentukan sosok yang bakal diusung sebagai capres. Partai Golkar misalnya, jauh-jauh hari melalui rapat pimpinan nasional memilih Ketua Umum Airlangga Hartarto sebagai bakal capres.
Partai NasDem, yang juga melalui forum rakernas Juni 2022, sudah mengumumkan tiga bakal capres. Uniknya, Tidak ada tiga nama bakal capres yang berstatus kader partai besutan Surya Paloh itu.
Ketiga nama tersebut ialah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Panglima TNI Andika Perkasa, dan—yang mengejutkan—Gubernur Jawa Tengah sekaligus kader PDIP Ganjar Pranowo.
Terbaru, Partai Gerindra dalam Rakernas di Sentul International Convention Center (SICC), Jumat-Sabtu, 12-13 Agustus 2022, mendeklarasikan Prabowo Subianto sebagai bakal jagonya untuk Pilpres 2024.
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristyanto, melalui Instagram resmi PDIP, Selasa 9 Agustus 2022, sempat mengumumkan empat kader partainya yang dianggap layak menjadi capres 2024.
Keempat kader yang dimaksud ialah Ketua DPR RI Puan Maharani, mantan Bupati Banyuwangi Azwar Anas, Menteri Sosial Tri Rismaharini, dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
"Siapa yang bekerja dan mengangkat harkat martabat bangsa, di situ rakyat memberikan apresiasi. Itulah yang nanti bakal dinilai oleh Ibu Megawati," kata Hasto.
Meski begitu, dari keempat nama kader PDIP tersebut, hanya ada dua nama yang kerap wara-wiri dalam hasil survei, yakni Ganjar dan Puan.
Namun, realitas politik keduanya hingga kini sangat berbeda. Ganjar kerapkali memenangkan survei politik, tapi susah untuk turun langsung ke berbagai daerah Indonesia. Sementara Puan, seringkali mendapat porsi kecil dalam survei elektabilitas, tapi gencar melancarkan gerilya politik.
Jalan terjal Ganjar
Ganjar Pranowo seringkali menjadi juara dalam survei-survei bursa capres 2024. Termutakhir, mantan anggota DPR RI itu berada di posisi teratas dalam survei yang digelar Poltracking Indonesia.
Melalui survei yang dilakukan tanggal 1 sampai 7 Agustus menggunakan metode sampel acak multilevel, persentase elektabilitas Ganjar mencapai 26,6 persen.
Hanya dua nama yang mampu mendekati elektabilitas Ganjar dalam survei Poltracking Indonesia, yakni Prabowo Subianto (19,7 persen) dan Anies Baswedan (17,7 persen).
“Selain tiga nama teratas itu, 7 nama lain elektabilitasnya di bawah 5 persen,” kata Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda saat memublikasikan hasil survei, Rabu 31 Agustus.
Agus Harimurti Yudhoyono, pentolan Partai Demokrat, menempati posisi keempat dengan persentase elektabilitasnya 4,7 persen.
Selanjutnya secara berurutan ada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (3,9 persen), Erick Thohir (2,8 persen), dan Sandiaga Salahuddin Uno (2,4 persen).
Di bawah Sandiaga adalah rekan separtai Ganjar, yakni Puan Maharani (2,2 persen). Kemudian Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (2,2 persen), dan posisi paling buncit ada Airlangga Hartarto (1,7 persen).
"Sementara yang tidak mau menjawab atau merahasiakan dalam survei sebesar 7,2 persen. Lalu tidak tahu atau tidak jawab sebanyak 8,9 persen," kata Hanta Yuda.
Hanta melanjutkan, lembaganya juga melakukan simulasi 4 pasangan capres-cawapres. Hasilnya, Ganjar selalu menang dengan siapa pun pasangan cawapresnya.
Simulasi pertama, Ganjar diduetkan dengan Airlangga Hartarto yang dihadap-hadapkan dengan pasangan Prabowo – Erick Thohir; Anies – Khofifah; dan Puan Maharani – Sandiaga Uno.
"Hasilnya Ganjar-Airlangga 24,4 persen, Prabowo-Erick 17,7 persen, Anies-Khofifah 13,8 persen, Puan-Sandiaga 3,6 persen. 13,8 persen tidak mau menjawab atau merahasiakan jawaban dan 26,7 persen tidak tahu atau tidak jawab," kata Hanta.
Responden juga disodorkan simulasi berbeda: Ganjar – Ridwan Kamil; Prabowo – Erick Thohir; Anies – Khofifah; dan Puan – Andika Perkasa.
Hasilnya, elektabilitas Ganjar – Ridwan Kamil 28,7 persen; Prabowo – Erick 17,6 persen; Anies – Khofifah 13 persen; Puan – Andika 1,9 persen. Sebanyak 13,3 persen responden tidak tahu menjawab atau merahasiakan jawaban, dan 25,5 persen tidak tahu atau tidak jawab.
Selanjutnya, Ganjar dicoba berduet dengan Erick Thohir. Melalui simulasi itu, pasangan tersebut mendapat elektabilitas 27,4 persen.
Sementara lawannya, Prabowo – Cak Imin hanya 15,6 persen; Anies – AHY 12 persen; dan, Puan – Andika 1,9 persen.
Terakhir, Ganjar dipasangkan dengan Sandiaga Uno, dan unggul dengan angka 25,5 persen. Lawannya, Prabowo – Khofifah 15,4 persen; Anies – Erick Thohir 13,5 persen; Puan – Ridwan Kamil 4,6 persen.
Ganjar sendiri sempat gencar bersafari ke berbagai daerah. Awal Mei tahun lalu misalnya, dia melancong ke luar Jateng, yakni ke Yogyakarta hingga Makassar Sulawesi Selatan untuk bertemu banyak tokoh.
Sementara pada saat bersamaan, PDIP Jateng menggelar acara halalbihalal. Tak ada undangan untuk Ganjar agar menghadiri ajang silaturahmi kader banteng tersebut. Dalam bulan yang sama pun, PDIP Jateng tercatat berkali-kali tak melayangkan undangan kegiatan kepada Ganjar.
Semua bermula pada tengah tahun 2021. Kala itu, DPC Seknas Ganjar Indonesia (SGI) Kabupaten Purworejo yang dipimpin Wakil Ketua DPC PDIP Albertus Sumbogo, mendeklarasikan kesiapannya mendukung Ganjar maju sebagai capres pada Pilpres 2024.
Setelah adanya deklarasi itu, Ketua DPP PDIP Bidang Pemenangan Pemilu sekaligus Ketua DPD Jateng Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul, melontarkan sindiran.
"Adagium di PDIP itu, yang di luar barisan, bukan banteng. Itu namanya celeng (babi hutan). Jadi apa pun alasan itu yang deklarasi, kalau di luar barisan, ya celeng," kata Bambang Pacul, Sabtu 9 Oktober 2021.
Mei 2021, Puan Maharani sebagai Ketua DPP PDIP diundang memberikan pengarahan kepada kader partai di Jateng untuk kepentingan soliditas menjelang Pemilu 2024. Tapi, Ganjar tak diundang karena dianggap sudah kelewatan.
"Tidak diundang! (Ganjar Pranowo) wis kemajon (kelewatan). Yen kowe pinter, ojo keminter (bila kamu pintar, jangan sok pintar)," tukas Bambang, Minggu 23 Mei 2021.
Juli 2022, beredar kabar PDIP melarang Ganjar Pranowo ke luar daerah Jateng. Informasinya, larangan itu disampaikan Sekretaris Jenderal Hasto dalam pertemuan dengan Ganjar yang juga dihadiri Ketua Fraksi PDIP DPR RI Utut Adianto.
Belakangan, Hasto membantah ada pertemuan tersebut. "Tidak, saya sudah bilang pertemuannya tidak ada. Pertemuan yang ada hanya di sekolah partai," kata Hasto, Kamis 21 Juli 2022.
Namun, ia mengakui ada perintah partai bagi kader-kadernya yang menjadi kepala daerah untuk fokus pada wilayah masing-masing.
"Kami tidak ingin seorang kepala daerah itu tidak mengakar, dan tidak menjadi pemimpin yang membangun legacy di wilyahnya, serta kemudian lebih asyik bertindak keluar. Kami pernah memberikan kritik bagi kepala daerah PDIP, terlalu sering, berapa di Jakarta kami berikan teguran tertulis," tuturnya.
Hasto menambahkan, "Kami tidak melarang. Tapi soft campaign itu untuk kepentingan partai, bukan pencitraan orang perorang."
Saat menghadiri perayaan Hari Anak Nasional bersama Presiden Jokowi dan sejumlah kepala daerah di kawasan Istana Bogor, Sabtu 23 Juli, Ganjar menepis rumor larangan keluar Jateng.
"Enggak, enggak dilarang," kata Ganjar. Dia mengatakan, dirinya selalu izin kepada partai kalau hendak keluar kota. "Biasanya kalau pergi, saya izin, enggak apa-apa."
Sebulan sebelumnya, di sela-sela Rakernas PDIP, persisnya Rabu 22 Juni, Ganjar juga menjelaskan situasi hubungannya dengan Bambang Pacul.
Ganjar mengibaratkan hubungannya dengan Bambang Pacul seperti perubahan cuaca yang biasa.
"Biasalah, namanya juga seperti ramalan cuaca. Kadang hujan, kadang panas. Mas Pacul di UGM teman saya, senior saya. Dulu di kesekjenan bareng. Di badiklat, bareng. Di fraksi juga bareng. Biasa saja buat saya," kata Ganjar.
Namun, saat berpidato dalam ajang yang sama, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengultimatum kader-kadernya untuk tidak bermanuver.
"Kalian siapa yang membuat manuver, keluar! Karena apa, tidak ada di dalam PDIP yang namanya main dua kaki, main tiga kaki, dan melakukan manuver," kata Megawati, Selasa 21 Juni.
Safari Puan
Belum pernah mencicipi ranking satu dalam survei bakal capres, tak lantas membuat Puan Maharani berhenti bergerak. Dia justru semakin menggencarkan kunjungan ke banyak daerah dan tokoh-tokoh politik.
Juli 2022 misalnya, Puan Maharani menyambangi sejumlah daerah mulai dari Kota Cirebon Jawa Barat sampai Purwokerto Jawa Tengah. Puan mengatakan, kunjungan itu dilakukan dirinya sebagai Ketua DPR. Tapi dia juga sekaligus menemui kader-kader partai di daerah tersebut sebagai petinggi PDIP.
Sabtu 27 Agustus, Puan melancong ke Nusa Tenggara Barat untuk mengonsolidasikan DPD PDIP setempat. Di Lombok Tengah, dia juga sowan ke ulama kharismatik TGH Turmudzi Badarudin.
Dua hari sebelumnya, Kamis 25 Agustus, saat berpidato di GOR Way Handak Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Puan menyebut akan ada presiden perempuan tahun 2024.
"Insya Allah, 2024, akan ada lagi kepala daerah perempuan, menteri perempuan, presiden perempuan juga akan ada lagi, Insya Allah. Tapi semua itu harus dengan perjuangan," kata Puan berpidato di hadapan 8.000 kader perempuan PDIP.
Tak hanya ke daerah-daerah, Puan Maharani juga gencar menyambangi partai-partai politik. Senin 22 Agustus, Puan yang didampingi Hasto serta sejumlah petinggi PDIP, menemui Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh.
"Membahas berbagai persoalan bangsa dan negara, dan juga terutama langkah-langkah konsolidasi menjelang Pilpres 2024," kata Hasto tentang persamuhan tersebut.
Akhir pekan ini, Sabtu 3 September, Puan dijadwalkan bertemu Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.
Hanya selang sehari, Minggu 4 September, Puan direncanakan menemui Ketua Umum sekaligus bakal capres Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Pertemuan Puan dengan mantan pasangan ibunya saat Pilpres 2004 itu, akan digelar di kediaman Prabowo, Hambalang, Bogor.
Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDIP Utut Adianto mengatakan, safari politik Puan Maharani dilakukan atas perintah Megawati Soekarnoputeri.
"Ibu Ketua DPR RI Mbak Puan, yang juga Ketua DPP Bidang Politik, ditugaskan Ibu ketua umum partai untuk menjalin silaturahmi dan komunikasi politik," kata Utut, Kamis 25 Agustus.
Condong ke Puan
Meskipun Ganjar seringkali menempati posisi teratas survei, hal tersebut belum bisa menjadi jaminan dirinya dipilih oleh Megawati sebagai capres 2024.
Jokowi, Presiden RI sekaligus kader PDIP, saat berpidato dalam acara Rakernas sukarelawan Bravo 5 di Ancol, Jakarta Utara, 26 Agustus, menebalkan prediksi tersebut.
Dia mewanti-wanti sukarelawan Bravo 5 yang dulu mendukungnya, agar tak terburu-buru menentukan pilihan capres 2024.
Jokowi menjelaskan, prasyarat menjadi capres tak cukup bermodalkan elektabilitas tinggi berdasarkan survei-survei politik.
"Belum tentu yang elektabilitasnya tinggi itu diajukan oleh partai atau gabungan partai. Kalau mereka enggak mau, bagaimana?" kata Jokowi.
Kepada Suara.com, Jumat 2 September hari ini, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion Dedi Kurnia Syah justru menilai Puan Maharani mempunyai peluang lebih besar menjadi capres dari PDIP.
"Peluang keterusungan Puan Maharani jauh lebih besar, baik berdasarkan penilaian kapasitas kepemimpinan, maupun loyalitasnya kepada PDIP,” kata Dedi.
Selama tidak ada situasi yang mendesak sehingga mengharuskan Megawati menerbitkan keputusan darurat, kedua aspek itu bakal menjadi dasar penentuan siapa jago PDIP pada Pilpres 2024.
Menurut Dedi, Puan mencatatkan prestasi bagus berskala nasional saat menjadi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan maupun sebagai Ketua DPR.
“Mulai dari program KIP, KIS, hingga UU sistem stabilitas keuangan nasional yang dijadikan rujukan pemerintah untuk menggelontorkan anggaran besar-besaran dalam program bantuan sosial di banyak skema. Ini sedikit bukti Puan berada beberapa tingkat dari sisi prestasi dibanding Ganjar,” kata Dedi.
Masalahnya, kata Dedi, persentase elektabilitas Puan masih belum bisa mengungguli lawan-lawannya, termasuk Ganjar.
Namun, sambung Dedi, karakter massa pemilih PDIP berbeda dengan partai-partai lainnya. Basis pendukung mereka lebih mendahulukan citra partai dibanding tokoh.
“Soal kepartaian, elektabilitas PDIP berada di puncak, meninggalkan rival-rivalnya. Maka elektabilitas Ganjar bisa bergeser ke Puan.”
Di lain sisi, PDIP tidak bisa menegasikan persentase elektabilitas Ganjar Pranowo yang selalu tinggi pada setiap survei politik. Tapi persoalannya, PDIP bukan tipe partai yang menjadikan survei elektabilitas sebagai acuan utama.
“Sejauh ini PDIP mempunyai mekanismenya sendiri, kecuali ada hal mendesak. Kalau membaca geliat PDIP, termasuk pernyataan Jokowi yang menegaskan capres tak melulu soal elektabilitas, itu sinyal kuat Jokowi menaruh harapan pada keterusungan Puan.“
Gencarnya gerilya politik Puan juga menjadi sinyalemen adanya orientasi politik PDIP membangun koalisi. Puan juga semakin intensif pergi ke daerah-daerah untuk mendekati masyarakat sebagai upaya mendongkrak naik popularitasnya.
Tak bisa tutup mata
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Jakarta, Adi Prayitno, mengakui adanya kecenderungan elite PDIP memilih Puan Maharani sebagai capres 2024 ketimbang Ganjar.
Tapi Adi mengatakan, PDIP juga tak bisa tutup mata begitu saja terhadap persentase elektabilitas Ganjar yang terbilang tinggi.
“Politik PDIP itu sentralistik. Soal pilpres, keputusannya pasti di tangan Megawati. Yang ada saat ini hanya sebatas wacana, endorsement. Jadi susah membaca suhu politik di PDIP ini,” kata Adi.
Sementara ini, kata Adi, elite-elite PDIP secara struktural lebih condong mendukung Puan sebagai capres.
“Tidak ada elite PDIP yang mengkritik soal pencapresan Puan,” kata dia.
Namun, di tingkat massa akar rumput, terdapat suara pendukung PDIP yang menginginkan Ganjar Pranowo ditunjuk sebagai capres.
Puan akhir-akhir ini semakin gencar melakukan kunjungan ke daerah-daerah. Tapi menurut Adi, safari tersebut belum tentu bisa menaikkan persentase elektabilitasnya bila masih dalam kerangka kunjungan kerja sebagai Ketua DPR RI.
Apalagi, kata Adi, Puan Maharani jarang sekali bicara tentang pencapresan dirinya kepada awak media maupun khalayak.
Karenanya, kalau hendak menaikkan popularitas, Puan Maharani harus menunjukkan agresifitas politiknya.
“Kalau ke daerah atas nama pemimpin DPR, ya serba terbatas. Saya kira Puan harus mulai keluar dari pakem itu, bila ingin ikut meramaikan kontestasi pilpres. Sebab, elektabilitasnya masih tercecer dibanding sosok lain, itu harus diakui.“
Menemui tokoh-tokoh partai juga dinilai Adi belum bisa mengunci Puan bakal mendapat dukungan luas sebagai capres.
“Tak bisa menggunakan pendekatan elite partai. Di partai tak ada resistensi, tapi kan di publik bisa.“
Situasinya beda dengan Ganjar Pranowo. Kata Adi, survei-survei elektabilitas yang menempatkan Ganjar pada posisi tinggi bisa dijadikan acuan bahwa publik lebih mendukung Ganjar.
“Ya faktanya begitu, Ganjar meraih suara dan dukungan publik. Survei itu suara akar rumput, bukan suara elite. Suara publik misalnya. Suara basis pemilih PDIP itu kan cenderung ke Ganjar sebenarnya, ketimbang Puan.”