RIAU ONLINE, JAKARTA-Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Georgievna Vorobieva mengatakan Presiden Rusia Valdimir Putin berencana datang ke Indonesia mengikuti kegiatan G20.
Dia mmenegaskan bahwa pihaknya tidak khawatir dengan adanya upaya bahkan desakan dari Amerika Serikat dan beberapa negara Barat untuk mengeluarkan Rusia dari organisasi kerja sama G20.
Lebih jauh, dia menyatakan bahwa Rusia mendukung penuh presidensi Indonesia di G20 tahun ini, terutama lewat slogan "Recover Together, Recover Stronger". Dia menyatakan ini sebagai tema yang bagus dan tepat karena berfokus pada pemulihan ekonomi global.
"Kami mendukung Presidensi Indonesia di G20 tahun ini. Dan kami tahu bahwa di G20 ini tidak termasuk membahas krisis Rusia-Ukraina ini, tetapi lebih pada pemulihan dan peningkatan ekonomi global dan lainnya," tuturnya, Rabu (23/3/2022), dalam sesi jumpa pers di kediaman resminya di Jakarta.
Anggota G20 berfoto di tahun 2019
"Mengeluarkan Rusia (dari G20) tidak akan membantu, akan menyulitkan pencapaian tujuan itu," tambahnya.
Diketahui, Indonesia saat ini memang tengah memegang presidensi G20, di mana selain Rusia, juga terdapat Amerika Serikat dan negara-negara anggota G7 yang menginisiasinya, yang sejauh ini mengecam keras aksi militer Rusia ke Ukraina.
Sementara itu diketahui pula, AS dan sejumlah negara sudah menjatuhkan berbagai sanksi serta aktif mengimbau pihak-pihak lain untuk juga menjatuhkan sanksi lainnya.
Ketika ditanya apakah kira-kira Presiden Rusia Vladimir Putin sendiri berencana untuk ikut hadir di agenda KTT G20 yang rencananya bakal digelar menjelang akhir tahun ini di Bali, Dubes Vorobieva menjawab diplomatis.
"Tergantung perkembangan situasi, tetapi sejauh ini beliau (Putin) memang berencana akan hadir di KTT G20 nanti," jawabnya dikutip dari suara.com
Aksi militer atau yang disebut operasi militer spesial oleh Rusia ke wilayah Ukraina sudah berlangsung hampir sebulan lamanya, tepatnya sejak pagi hari 24 Februari 2022 lalu. Sejumlah wilayah sejauh ini sudah dikuasai militer Rusia, dengan kerusakan fisik di mana-mana, selain korban baik dari militer kedua pihak maupun sipil.
Jutaan pengungsi warga Ukraina sejauh ini sudah lari terutama ke wilayah negara-negara tetangga di sebelah barat. Sementara itu di meja perundingan, masih terus diupayakan pertemuan diplomasi khususnya antara pihak Rusia dan Ukraina, meskipun progresnya berjalan lambat.