RIAU ONLINE, JAKARTA-PangkostradLetjen TNI Dudung Abdurachman yang menyatakan semua agam benar di mata Tuhan menuai tanggapan positif dari Menteri Agama dan BPIP.
Namun, ada suara berbeda dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Pernyataan soal agama itu disampaikan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) kepada para prajuritnya, saat kunjungan di Batalion Zipur 9 Kostrad, Ujungberung, Bandung, Jawa Barat, Senin (13/9), lalu.
Dudung mulanya meminta prajurit TNI AD untuk bijak dalam bermedia sosial. Dia meminta mereka menghindari sikap fanatisme yang berlebihan terhadap agama. Sebab, menurutnya, semua agama sama di mata Tuhan Yang Maha Esa.
"Bijaklah dalam bermain media sosial sesuai dengan aturan yang berlaku bagi prajurit. Hindari fanatik yang berlebihan terhadap suatu agama. Karena semua agama itu benar di mata Tuhan," kata Dudung, dikutip detikcom dari keterangan pers Penerangan Kostrad, Selasa (14/9).
Dudung juga mengingatkan prajuritnya untuk selalu bersyukur atas segala kondisi, terkhusus dalam situasi pandemi COVID-19. Dia lalu menekankan soal profesional dan proporsional, baik dalam latihan maupun menerapkan tradisi pembinaan terhadap prajurit baru. Dudung meminta perilaku yang bersifat kekerasan dihindari oleh prajuritnya.
Tanggapan Menag
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas sepakat dengan Dudung. Yaqut mengatakan semua yang berlebihan memang tidaklah baik.
"Semua yang berlebihan kan tidak baik," kata Yaqut kepada detikcom, Selasa (14/9/2021).
Yaqut mengatakan fanatisme terhadap agama perlu diarahkan ke diri sendiri, bukan terhadap orang lain. Arah fanatisme ke dalam diri bisa menjadikan seseorang erat memegang keyakinannya. Namun fanatisme tidak perlu diarahkan untuk orang lain yang berbeda keyakinan.
Tanggapan BPIP
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) juga memberi respons positif. BPIP menilai sikap inklusif yang dimiliki Dudung perlu dimiliki oleh semua pemimpin di berbagai level di Indonesia.
"Pemimpin Indonesia harus seperti itu," kata Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, Antonius Benny Susetyo, kepada wartawan, Selasa (14/9/2021).
Namun Benny menekankan pernyataan Dudung harus ditempatkan sesuai dengan konteks dia berbicara. Dudung sedang berbicara di depan prajuritnya, bukan di forum lain. Publik perlu memahami konteks ini.
"Pangkostrad ingin menegakkan kembali Satpa Marga, menggairahkan nilai-nilai keagamaan universal yang berpihak pada kemanusiaan, tidak membeda-bedakan suku dan agama, karena kita bersaudara," kata dia.
Suara berbeda MUI
Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah MUI, Cholil Nafis, menanggapi pernyataan Dudung bahwa 'semua agama itu benar di mata Tuhan'.
Cholil Nafis berbeda pandangan dalam hal keyakinan ranah pribadi. Seseorang yang memeluk agama tentu bakal meyakini agama yang paling benar adalah agama yang dipeluknya.
Dengan kenyataan soal keyakinan itu, seseorang harus pula paham bahwa orang lain yang beragama juga punya keyakinan semacam itu. Ini bukan berarti semua agama harus disamakan.
"Semua agama benar. Itu menurut Pancasila untuk hidup bersama di Indonesia. Tapi dalam keyakinannya masing-masing pemeluk agama tetap yang benar hanya agama saya. Nah, dalam bingkai NKRI, kita tak boleh menyalahkan agama lain, apalagi menodai. Toleransi itu memaklumi, bukan menyamakan," kata Cholil dalam kicauan di akun Twitter-nya, Rabu (15/9/2021).
Menurut Cholil, setiap orang yang memeluk agama akan menganggap agama yang dipeluknya paling benar. Cholil menilai harus ada toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kyai Cholil Nafis
"Bagi kami, umat Islam, yang benar adalah hanya agama Islam. Kita wajib meyakininya agar iman menancap di hati. Hanya dalam kehidupan sosial berbangsa dan bernegara kita harus punya bertoleransi kepada umat beragama lain," ujarnya.
"Posisi TNI dan pemerintah tentu mengayomi semua umat beragama," lanjut Cholil.