RIAU ONLINE, JAKARTA-Suwandi, ayah editor Metro TV Yodi Prabowo, tak yakin anaknya bunuh diri.
Pasalny sederet fakta yang ditemukan bikin dia ragu putranya bunuh diri.
Mulai dari bekas darah yang hanya sedikit hingga depresi, diragukan Suwandi.
Polisi diketahui menduga bahwa Yodi bunuh diri.
Namun, Suwandi menilai ada fakta yang tidak sinkron dengan dugaan bunuh diri seperti disebut pihak kepolisian.
"Saya tetap meyakini anak saya itu di situ dibuang. Dia, pelakunya itu pasti lebih dari satu orang. Dia (Yodi) dieksekusi di mana, habis itu dia dibersihin semua, taruh lah anak saya, dipakein segala helm, segala masker, ditaruh di situ untuk menghilangkan jejak si pelakunya, karena dibersihin semua," kata Suwandi saat berbincang dengan detikcom, Minggu 26 Juni 2020.
Yodi Prabowo semasa hidup
Selain bunuh diri, hasil pemeriksaan polisi menyatakan tidak ada sidik jari orang selain Yodi pada barang-barang yang ditemukan di TKP.
Suwandi sendiri menduga pembunuh putranya telah melakukan upaya untuk menghilangkan jejak.
"Bisa jadi dia (pelaku) pakai pisau itu (yang dibeli Yodi), dia (pelaku) pakai sarung tangan, kan bisa juga, untuk menghilangkan jejak, pelakunya itu, supaya polisi susah ngungkap. Bukan saya ngomong seolah-olah dia bunuh diri. (Tapi) untuk menghilangkan jejak pelakunya itu," sebut Suwandi.
Berikut sederet fakta kematian Yodi yang diragukan ayahnya:
Hanya Ada Sidik Jari Yodi di Barang-barang yang Ditemukan di TKP
Salah satu bukti yang dijadikan dasar dugaan Yodi bunuh diri ialah tidak ditemukan sidik jari orang lain pada barang-barang yang ditemukan di TKP penemuan mayat Editor Metro TV itu.
Namun, menurut ayah Yodi, Suwandi, putranya justru masih mengenakan sarung tangan saat ditemukan tewas di pinggir Tol JORR Ulujami, Pesanggrahan.
"Ya, kalau ada sidik jari korban, sidik jari almarhum, ya, saya nggak heran, orang Bapak kan tahu semua. Lihat juga di TKP itu kan pisaunya itu yang beli anak saya, ya kan. Terus, anak saya waktu ditemukan masih pakai sarung tangan, ya kan. Pisaunya di tempat kejadian ada di bawah tubuh korban, ya kan," sebut Suwandi.
Sayangnya, Suwandi tidak menjelaskan apakah sarung tangan yang masih dikenakan, menutupi seluruh jari mayat putranya.
Bekas Darah Hanya Sedikit
Suwandi tetap tidak yakin kalau putranya bunuh diri. Salah satu hal yang membuat Suwandi meyakini anaknya tidak bunuh diri, yakni soal ceceran darah yang hanya sedikit.
"Tapi faktanya, kalau dia melihat fakta-fakta itu, itu kan fakta, sidik jari kata ini, fakta, fakta di TKP juga kan ditemukan mayat itu bajunya bersih, nggak ada darah kan. Ada darah cuma sedikit. Di pisaunya juga cuma di ujung. Bapak bisa bayangin nggak? Itu ada tusukan 4 di dada, masak iya dia nggak ngeluarin darah, muncratannya nggak ke mana-mana? Itu satu," papar Suwandi.
Suwandi juga menganalisis jika putranya bunuh diri dengan posisi berdiri.
Jika demikian, dia meyakini bekas darah juga menempel pada masker, jaket dan celana.
"Lah, kalau dia (Yodi) bunuh diri di situ, nggak ada orang lain, itu kan sudah ditemukan pisaunya pisau korban, ya kan, sidik jari korban. Tapi faktanya, saya lihat itu waktu saya datang ke sana, itu bersih, jaketnya bersih, maskernya bersih, helmnya bersih, ya kan, celananya," katanya.
Dia menyakini bila putranya bunuh diri, darah sudah mengalir ke sulurh tubuh. Apalagi polisi meyebut Yodi menusuk tubunnya 4 kali.
"Logikanya itu begitu ditusuk sedikit saja darah sudah keluar, apalagi 4 kali sampai dalam, pasti darah itu akan muncrat ke mana-mana. Kalaupun dia nggak muncrat, dia akan beleber ke badan. Itu ke badan, terus ke bawah, kalau dia posisinya berdiri, ya, bunuh dirinya. Ke bawah terus ke celana. Berceceran (darahnya), terus pasti banyak (darahnya)," terang Suwandi.
Pisau Tertindih Mayat Yodi Prabowo
Selain itu, Suwandi juga meragukan fakta terkait pisau yang tertindih mayat putranya.
Yodi Prabowo semasa hidup
Jika anaknya bunuh diri dengan posisi berdiri, Suwandi meyakini pisau yang digunakan tidak akan tertindih mayat Yodi.
"Kalau memang dia posisi bunuh dirinya berdiri, yang gerakan terakhir dia nyabut pisaunya, umpamanya, kan di leher, masa iya itu anak saya kuat banget, terus masih pegang pisau itu terus? Paling nggak kan sudah ke buang, dan jatuhnya pasti akan berantakan nggak kaya orang tidur. Pisau nggak mungkin ada di bawahnya dia. Kan begitu. Ini saya orang awam, saya bukan penyidik. Saya hanya melihat di TKP," tutur Suwandi.
Yodi Prabowo Depresi
Polisi menyebut Yodi sempat merasa depresi usai melakukan konsultasi ke dokter ahli kulit dan kelamin di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Namun, Suwandi meyakini putranya tidak depresi.
"Sehari-harinya saya tidak pernah melihat anak saya menunjukkan tanda-tanda depresi. Sehari-harinya dia mau berangkat beliin ayam Richeese, yang pedas, yang ada level-levelnya. Dimakan lah sama dedeknya, adiknya itu yang umurnya 7 tahun yang levelnya cuma berapa, cuma dia (adiknya) merasa kepedesan, keringetan, dengan ekspresinya dia (adik), (Yodi) ketawa lepas, si almarhum ketawa, habis itu dia mandi, berangkat, berangkat kerja," ujar Suwandi.
Setahu Suwandi, orang depresi tidak memikirkan tanggung jawabnya. Menurut Suwandi, Yodi bukan orang yang sudah putus asa
"Orang depresi Pak, mandi aja malas, boro-boro mau mikirin tanggung jawab dia di sana ada kerjaan. Itu nalar saya yang saya bukan ahli psikolog, saya bukan ahli psikolog. Tapi dilihat dari situ sudah jelas," sebutnya.
Artikel ini sudah terbit di Detik.com