Masker Mahalnya Minta Ampun, Apakah Boleh Dipakai Berulang Kali? Ini Kata Dokter

Masker-Bedah.jpg
(istimewa)

RIAU ONLINE, JAKARTA-Mahalnya masker bikin masyarakat kebingungan untuk melindungi diri. Kalau pun ada, harganya selangit dan bikin kantong bolong.

Di tengah kelangkaan masker, banyak orang terpikir untuk menggunakannya secara berulang. Padahal, belum tentu mereka membutuhkan masker.


Ahli respirologi anak, dr Madeleine Ramdhani Jasin SpA, menjelaskan, masker N95 dan masker bedah belakangan banyak dicari masyarakat. Di samping itu, ada juga yang memilih jenis lain, seperti masker kain dan masker kertas yang efek proteksinya minim.

Sebetulnya, siapakah yang perlu menggunakan masker? Bagaimana dalam kondisi krisis masker, apakah boleh dikenakan berulang kali? Berikut penjelasannya.

Masker Bedah 

Masker bedah utamanya untuk orang sakit supaya dia tidak menularkan virus ke sekitarnya. Andaikan ada orang sakit dan harus keluar rumah ataupun harus ke rumah sakit, dia harus pergi dengan memakai masker bedah.

Masker bedah juga dibutuhkan oleh petugas kesehatan yang menangani pasien batuk-pilek di rumah sakit. Selain itu, masker bedah direkomendasikan bagi orang yang berada di lingkungan padat atau ada yang batuk-pilek.

Warga Borong Masker

 

“Utamanya untuk orang sakit dan untuk petugas kesehatan,” kata Madeleine.



Dalam keadaan krisis masker seperti sekarang, masker bedah boleh digunakan lebih lama. Dalam praktik yang ideal, anjurannya adalah masker tersebut diganti tiap empat jam atau ketika sudah basah, kotor, atau terciprat.

"Dalam kondisi sekarang, ada anjuran CDC yang menyebut masker bedah dapat dipakai sampai delapan jam selama tidak basah, tidak kotor, dan tidak terciprat," ujarnya.

Bolehkah masker ini digunakan berulang? Madeleine mengatakan, masker bedah boleh dicopot dan dipakai lagi dalam satu hari, tetapi tentu harus dalam keadaan bersih, tidak kotor, tidak basah, dan tidak rusak.

Jika penggunanya hendak shalat atau makan, maskernya bisa disimpan dahulu. Buka dengan melepaskan talinya. Jangan bagian depannya karena bagian itu menangkap virus.

"Setelah itu, masker ditutup. Bagian putih di luar, bagian berwarna di dalam," kata Madeleine.

Simpan masker ke dalam kantong atau plastik. Jangan lupa cuci tangan setelah melepas masker dan ketika akan memasangnya lagi. "Setelah memakai masker, cuci tangan lagi," ujar Madeleine.

Masker N95

Masker N95 merupakan respirator, masker yang mempunyai kemampuan 95 persen atau lebih untuk memfiltrasi atau menyaring partikel yang ukurannya lebih besar dari 0,03 mikron. Umumnya masker ini digunakan oleh petugas kesehatan di rumah sakit yang akan melakukan tindakan yang dapat mengeluarkan aerosol, partikel sangat kecil, dan bisa bertahan di udara, misalnya nebulisasi atau intubasi.

 

“Tapi, untuk di masyarakat awam, masker N95 tidak dianjurkan karena tidak ada bukti bahwa pemakaian masker N95 di lapangan akan membantu untuk mengurangi atau menangulangi virus seperti corona,” ujar Madeleine dalam "Tanya Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)" live Instagram akun resmi IDAI, Kamis (26/3).

Bila N95 dipakai oleh masyarakat, tenaga medis berisiko kehabisan N95. Kelangkaan masker N95 akan merugikan kita semua.

"Jadi, kita harus bijaksana, harus waspada. Jangan sampai kita berperan dalam kelangkaan masker yang ada sekarang ini,” kata Madeleine.

Apakah N95 bisa dipakai ulang? Madeleine mengungkapkan, tim Respirologi dan Infeksi IDAI sering berdiskusi bersama. Selain itu, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, dalam saat krisis masker, ada dua opsi yang bisa dilakukan, yaitu penggunaan masker dalam durasi yang lebih lama atau dipakai berulang kali.

“Untuk masker N95, yang dianjurkan adalah memperpanjang waktu penggunaannya, misalnya, sampai delapan jam," kata Madeleine.

Namun, andaikan masker sudah kotor, kena percikan darah, atau ada tindakan yang mengenerasi aerosol, masker itu harus ganti. Kalau tidak, masker itu masih bisa digunakan.

Bagaimana dengan pemakaian berulang? Madeleine mengatakan, hingga kini memang ada kepustakaan yang menyatakan masker N95 bisa disterilisasi. Namun, IDAI masih perlu mengkajinya sehingga belum berani menganjurkan apakah hal itu dapat dilakukan.

Artikel ini sudah terbit di Republika