Ternyata Pengukuran Suhu Tubuh Pakai Termometer Inframerah Rentan Kesalahan

Bupati-Pelalawan-HM-Haris-diperiksa-suhu-tubuhnya.jpg
(Johanes Tanjung)

RIAU ONLINE, JAKARTA-Pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer inframerah ternyata rentan akan kesalahan. Hasil pengukuran yang salah diceritakan dr. Shela Putri Sundawa  di akun miliknya @oxfara.

Saat duukur, suhu tubuhnya hanya mencapai 31,5 derajat celcius. Padahal suhu normala manusia berkisar 35,5-37,5. Di atasnya demam dan di bawahnya kedinginan.

Shela, sapaannya, mengatakan bahwa pengukuran suhu menggunakan termometer inframerah harus memastikan alat ukurnya sudah terkalibrasi dengan baik, dan cara pengukurannya juga sudah sesuai agar tidak salah ukur suhu tubuh.

Semakin jauh jaraknya, juga akan semakin luas yang diukur. Oleh karena itu, jika tidak dilakukan dengan baik, pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer inframerah bisa berisiko salah ukur. Lalu, bagaimana dengan efektivitasnya saat digunakan dalam mendeteksi Covid-19?

"Menurut saya cukup baik kalau dilakukan dengan pemeriksaan yang baik pula. Mau menggunakan termometer apapun, asal sesuai penggunaannya dan sudah terbukti hasil akurat," kata dr. Shela melalui sambungan telepon, Kamis 19 Maret 2020.

Termometer inframerah memang memiliki akurasi berbeda, sekitar satu derajat, dibanding termometer yang lain, lanjutnya. Bagaimana penggunaannyapun berbeda, bergantung pada sensitivitasnya, apakah lebih dekat atau sedikit lebih jauh.



"Setiap merek punya kesensitifan yang berbeda. Makin jauh, yang diukur semakin luas, nanti mungkin berpengaruh juga dengan hasilnya. Ada mungkin yang harus ditempelkan, ada yang harus dijauhkan," sambungnya lagi.

Hal ini disebabkan termometer inframerah tidak hanya digunakan untuk mengukur suhu tubuh orang, namun juga bisa digunakan untuk mengukur mesin, misalnya. Objek yang diukur menggunkaan kalibrasi berbeda, dan setelah beberapa kali pakai, termometer ini juga harus dikalibrasi ulang.

Dalam pendeteksian Covid-19, menurut dr. Shela, pengecekan suhu tubuh ini bagus untuk mendeteksi lewat gejala awal, yakni demam. Metode ini bisa menjadi salah satu skrining awal, sehingga jika ditemukan orang demam, bisa segera dirujuk, walau mungkin sakitnya bukan karena Covid-19.

Baginya, yang dianjurkan dengan pengecekan suhu tubuh adalah nantinya orang tersebut bisa memeriksa sendiri di rumah. Pasti semua orang memiliki termometer karena bukan barang yang sulit dicari.

"Kalau mau dikonfirmasi (suhu tubuhnya), bisa di rumah karena kemungkinan salahnya bisa besar," tuturnya.

Dr. Shela menyebut bahwa sebagai pencegahan, kita tidak perlu juga mengecek suhu tubuh sendiri setiap hari di rumah. Bila kita merasa tubuh kita sehat, tidak ada keluhan, ya tidak perlu.

Suhu normal manusia berada dalam kisaran 36,5 - 37,5 derajat celcius. Kurang dari itu, maka berarti hipotermi atau terlalu dingin. Jika lebih tinggi, berarti demam. Suhu di bawah 35 derajat celsius adalah lethal atau mematikan untuk manusia.

Artikel ini sudah terbit di Suara.com