Raja Jogja Belum Mau Lock Down karena Pikirkan Ekonomi Wong Cilik/Sri Sultan HB X dan GKR Hemas/gkrhayu
(gkrhayu)
RIAU ONLINE, YOGYAKARTA-Demi nasib pedagang cilik dan eknomi warga Jogja, Sri Sultan Hamengku Buwono X (Sultan HB X) menyatakan masih mempertimbangkan kebijakan lockdown atau tutup akses pariwisata menyusul adanya temuan satu pasien positif Corona di Yogya.
"Kalau kami berlakukan putus dan tutup (akses), lalu semua toko tidak ada pembeli, mal sepi, pariwisata tutup, orang jualan tidak laku karena tidak ada yang datang, kira-kira ekonomi daerah itu hancur nggak? Itu jadi pertimbangan," ujar Sultan di Kantor Kepatihan, Ahad, 15 Maret 2020.
Gubernur DIY ini mengatakan pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta merinci sampai Ahad sore, 15 Maret 2020, sudah ada 19 orang diperiksa terkait virus Corona. Dari jumlah itu, 14 orang dinyatakan negatif, empat orang menunggu uji laboratorium, dan satu orang positif terpapar.
Pasien yang terpapar merupakan seorang anak bawah lima tahun (balita) berusia 3 tahun 8 bulan yang kini masih diiisolasi di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Sardjito.
"Kami belum menyatakan (Corona di Yogya) sebagai KLB (Kejadian Luar Biasa), sehingga kami memang belum melakukan close untuk pariwisata," ujar Sultan.
Sultan mengatakan kebijakan penutupan akses wisata memang masih jadi kajian pihaknya secara matang. Ia memastikan lockdown itu jadi pertimbangan jika memang situasinya atau keadaannya memang mengharuskan demikian. "Kalau situasinya dampak Corona memang sampai di situ (KLB), maka kami akan lockdown," kata Sultan.
Sultan mengaku perlu kehati-hatian melakukan penutupan akses. Ia bercerita ada sebagian masyarakat yang berprofesi pedagang kecil datang kepadanya karena khawatir Yogya memberlakukan penutupan akses wisata gara-gara Corona.
"Warga itu bertanya kepada saya, 'Kalau nanti jualan saya nggak laku, bapak Gubernur mau tidak mengganti biaya hidup saya?'," ujar Sultan menirukan ucapan warga yang menemuinya.
Karena itu, Sultan mengaku tak mau buru-buru mengambil keputusan yang berdampak besar, khususnya pada perekonomian kebanyakan warga seperti para pedagang kecil.
"Makanya kalau belum waktunya ya jangan (lockdown). Kalau memang sudah waktunya baru kami lockdown," kata Sultan.
Artikel ini sudah terbit di Tempo.co