Ali Imron Kaget Sikap Umat Islam Dalam Kasus Ahok: Kok Lebih Brutal dari Teroris?

Ali-Imron.jpg
(Suara.com)

RIAU ONLINE, JAKARTA-Perlakukan Intoleransi yang diterima Basuki Tjahja Purnam bikin terpidana kasus terorisme Bom Bali, Ali Imron heran. Dia merasa  kaget terhadap sikap orang-orang Islam di Indonesia dalam menyikapi kasus tersebut.

Hal ini disampaikannya dalam diskusi bertajuk "Intoleransi dan Tantangan Kebhinnekaan" yang diselenggarakan oleh PBNU. Acara ini berlangsung pada Jumat 28 Februari 2020 di Gedung PBNU, Jakarta Pusat.

Cuplikan video acara tersebut diunggah ke akun Instagram @164channel.pbnu pada Sabtu 7 Maret 2020.

Dalam video berdurasi 9 menit ini, Ali Imron mengungkapkan keheranannya terhadap intoleransi dalam kasus Ahok.

"Tentang intoleransi dan anti keberagaman, saya sebagai teroris itu justru kaget. Kagetnya begini. Saya ikuti gonjang-ganjing itu pasca-kasus Ahok," kata Ali.

Ia melanjutkan, "Di media dan macam-macam kok masyarakat, yang Muslim maksudnya, kok lebih brutal daripada teroris."

Perkataan Ali Imron ini membuat orang-orang yang hadir di acara tersebut tertawa dan bertepuk tangan.



Ali mengklaim dirinya sebagai teroris paling tinggi di Indonesia saat ini. Namun, kejadian intoleransi dalam kasus Ahok, membuatnya geleng kepala.

"Artinya, bahwa belum ada (teroris) membawa satu ton bom kecuali saya. Ini kan sudah paling atas, kalau radikal itu paling atas," ujar Ali.

Ia menambahkan, "Tetapi ketika saya saksikan intoleransi, kasus Ahok yang mendekati pilpres yang kemarin itu, saya sampai gedek-gedek. Kok seperti itu".

Ali kemudian berusaha meluruskan pemahaman yang salah seperti dalam kasus tersebut.

Menurutnya, toleransi itu ajaran Islam. Sehingga orang yang intoleransi berarti tidak mengikuti ajaran Islam.

"Toleransi adalah bagian dari akhlak Islam. Kebhinekaan atau keberagaman ini sunnatullah. Hukum alam tidak bisa kita tolak dan tidak bisa ditentang. Kalau kita menentang (keberagaman), berarti kita menentang sunnatullah," ucapnya.

Ali Imron mengakui dirinya sebagai teroris memang termasuk radikal. Namun ia tidak membenarkan intoleransi.

"Masalah radikalisme tentunya teroris ini yang paling tinggi. Yang intoleransi, anti keberagaman itu masih di bawahnya. Yang kami lakukan itu tidak ada hubungannya intoleransi karena kami menerima. Kami sebagai teroris itu menerima ada toleransi," katanya.

Ia menambahkan, "Kalau saya ini tidak menerima adanya keberagaman, tentunya sudah banyak sekali yang kita bom".

Artikel ini sudah terbit di Suara.com