RIAU ONLINE, BANDA ACEH-Setelah aksinya viral beberapa tahun lalu karena menggendong anak saat mejaga kotak suara pada Pemilu 2019, kini, Brigadir Teuku Murizal Saputra (33) kembali bikin membagikan kabar mengejutkan.
Pernikahannya kembali bikin heboh, karena maharnya yang tinggi, 100 mayam emas (333 gram) dan uang tunai Rp 100 juta. Di Aceh, ukuran mahar ini sungguh fantastik. Video pernikahannya viral di media sosial, banyak publik yang kepo, dan bertanya-tanya.
Polisi itu, Brigadir Teuku Murizal Saputra (33 tahun) menceritakan kisahnya kepada acehkini, Jumat (21/2). Dia baru saja menikahi adik iparnya, Maya Karmila (29 tahun) atau adik kandung dari mendiang istrinya yang meninggal dunia setelah 28 hari melahirkan anak kedua.
Pernikahan dengan cinta dan kasih sayang keduanya berlangsung di rumah mempelai wanita, Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara.
Teuku Murizal menuturkan, Maya Karmila merupakan sosok yang selama ini merawat kedua anaknya, Teuku Sakiral (7 tahun) dan Pocut (3 tahun). Sementara istri pertamanya atau kakak kandung Maya, meninggal karena sakit pasca-melahirkan Pocut.
Ketika kakak kandung Maya meninggal, Pocut baru berusia 28 hari. Hari-hari selanjutnya, Pocut kemudian dirawat oleh Maya. "Tanpa saya suruh, tanpa perintah, dia langsung mengasuhnya," kata Murizal.
Ketika anak bungsunya diasuh adik ipar, Murizal mengaku memberikan semua keperluan sehari-hari, termasuk membeli susu. Dikarenakan kesibukannya sebagai anggota polisi, Murizal kemudian berinisiatif memberikan kartu ATM berisi saldo dari gaji bulanannya kepada Maya.
"Biar saldo yang ada di ATM dipakai untuk keperluan anak saya dan juga dia yang merawat anak saya," tutur Murizal. Selain merawat anak kakak kandungnya, Maya sehari-hari bekerja sebagai bidan honorer di Puskesmas Lhoksukon, Aceh Utara.
Tiga bulan lalu, Maya akhirnya mengembalikan kartu ATM kepada Murizal. Murizal sempat terkejut melihat saldo tabungan kartu ATM yang hampir tiga tahun ini dipegang oleh Maya.
Bukannya berkurang, saldo tabungan kartu ATM malah semakin bertambah. "Masih utuh, belum dipakai," kata Murizal. Menurut dia, selama ini Maya membiayai kehidupan Pocut dengan uang miliknya.
Nah, mahar Rp 100 juta ketika pernikahan itu, sebut Murizal, merupakan uang yang selama ini terkumpul di saldo rekening ATM yang sama sekali tidak disentuh oleh Maya. "Jadi semua saldo yang ada di ATM, saya berikan ke dia," ujarnya.
Dengan mahar sebanyak itu, Murizal sempat membuat keluarga mempelai wanita terkejut. Bahkan orang tua Maya sempat ingin menolaknya. "Jangan begitu, ini membuat kami malu," ucap Murizal menirukan ucapan orang tua Maya ketika proses lamaran.
Jumlah mahar 100 mayam emas terbilang banyak, karena kebanyakan pria di Aceh memberikan mahar 10 hingga 20 mayam emas ketika menikah. Namun setelah dijelaskan, orang tua Maya pun paham dan menyetujui pernikahan mereka.
Murizal menyebut selama ini tidak punya keinginan untuk menikahi Maya yang tak lain adalah adik iparnya. "Sampai detik jelang menikah, kami masih sebagai abang ipar dan adik ipar," kata dia.
Tetapi, mengingat anak bungsunya sejak kecil bersama Maya, dia pun menjadikan Maya sebagai ibu dari anak-anaknya. "Dari dulu anak yang paling kecil sudah memanggilnya Nyanyak (Mamak)," ujar dia. Demi cinta anak-anak itu, mereka bersatu membangun rumah tangga.
Artikel ini sudah terbit di Suara.com