RIAU ONLINE, DENPASAR-Sebuah hotel di Bali sempat menolak turis China gara-gara wabah Corona.
“Itu informasinya dari Biro Perjalanan Wisata yang mengurusnya, tapi sudah ditangani masalahnya, mungkin miskomunikasi,” jelas Kepala Dinas Pariwisata Bali Putu Astawa, Kamis 30 Januari 2020.
Hal itu pula yang menjadi alasan, pihaknya mengumpulkan semua stakeholder pariwisata Bali untuk mendapatkan penjelasan langsung dari Dinas Kesehatan Bali sebagai pihak yang berwenang dalam menangani antisipasi wabah ini. “Intinya jangan terlalu panik juga meskipun kita terus mewaspadai,” tegasnya.
Mengenai adanya turis China yang tak bisa pulang ke negaranya dan kehabisan bekal di Bali, Astawa mengaku belum mendapatkan informasi. Tapi dia malah mendapat info adanya turis yang sengaja memperpanjang liburannya ke Bali karena takut pulang ke negaranya. Kondisi di lapangan seperti itu, menurutnya, masih dalam pemantauan.
Jumlah pembatalan kedatangan turis China sendiri diakuinya memang akan meningkat karena kebijakan pemerintah China membatasi penerbangan ke luar dari negara itu. Untuk pembatalan ke Bali, jumlahnya sudah mencapai lebih dari 9.000 orang.
“Ini yang harus kita antisipasi agar ada peningkatan kedatangan turis dari negara lain sehingga pariwisata bisa tetap hidup dan jangan sampai ada PHK,” ujarnya.
Terkait dengan masalah ini, Dinas Pariwisata Bali akan melakukan persembahyangan khusus di Pura Tanah Kilap, Kuta dengan melibatkan seluruh komponen pariwisata. “Tujuannya meminta perlindungan secara niskala (spiritual-red) dari Hyang Widhi Wasa dan semoga masalah ini bisa segera teratasi,” ujarnya.
Sementara itu Ketua Asosiasi Travel Indonesia (ASITA) Bali Ketut Ardhana menyebut, pariwisata Bali harus segera melakukan konsolidasi utuk meredam masalah ini. “Pembatalan memang tak bisa dihindarkan tetapi bagaimana nantinya mereka akan tetap ke Bali ketika masalah ini sudah selesai,” ujarnya.
Karena itu pihaknya mendukung permintaan Pemprov Bali agar turis yang sudah membayar booking tidak dikenai penalti tapi uangnya dikembalikan atau dijadikan deposit. “Jadi kalau situasi normal bisa digunakan oleh wisatawan itu untuk datang ke Bali,” ujarnya.
Mengenai jumlah nilai kerugian akibat pembatalan, menurut Ardhana, bisa dihitung dengan melihat rata-rata pengeluaran turis ke Bali sebesar USD 1,200 per-orang. (kanalbali/RFH)
Artikel ini sudah terbit di Kumparan.com