RIAU ONLINE, JAKARTA-Selama ini kita sering mendengar warga Jakarta mengucapkan kata Lu dan Gue menjadi kata ganti. Ternyata ada kata-kata yang selama dianggap milik warga Betawi.
Padahal kata 'Lu', 'Gue' dan 'Cincong' seringkali muncul dalam percakapan warga Ibu Kota. Ketiganya dinilai lebih fleksibel dipakai untuk pergaulan sehari-hari.
'Lu' dimaknai sebagai kata ganti orang kedua 'Kamu/Anda" sedangan 'Gue' diartikan sebagai 'Aku'.
Beda halnya dengan 'Cincong' yang biasanya dilontarkan sebagai sindiran kepada mereka yang banyak bicara.
Meski begitu, belum banyak tahu bila ketiga kata tersebut bukan berasal dari Bahasa Betawi, melainkan budaya China.
Dijelaskan Alwi Shahab dalam bukunya yang berjudul "Waktu Belanda Mabuk, Lahirlah Batavia", terjadi akulturasi antara penduduk Tionghoa dengan pribumi terutama warga Jakarta sejak ratusan tahun silam.
Percampuran dua budaya tersebut berpengaruh pada sejarah dan kebudayaan di Ibu Kota. Banyak infrastruktur warga Jakarta yang berbau nuansa China.
Begitu juga dengan makanan, pakaian dan bahasa yang terpengaruh kultur Tionghoa. Dari aspek bahasa kemudian muncul sejumlah kata atau istilah berbau dialek China seperti 'Lu', 'Gue' dan 'Cincong'.
Ketiga kata itu hingga kekinian sering digunakan orang untuk menjalin pembicaraan dengan sebaya.
Kata 'Cincong' kerap disandingkan dengan kata 'banyak' sehingga 'banyak cincong' dimaknai sebagai banyak bicara. Sementara 'Lu' dan 'Gue' menjadi sapaan akrab antardua orang.
Selain tiga kata tersebut, ada beberapa kata serapan dari Bahasa China yang digunakan sehari-hari seperti: loteng, gincu, mie, kue, juhi, kuasi, kecap, teh, capcai, siomai dan tongseng.
Di lain pihak, dengan penggunaan kata-kata tersebut menunjukkan bila antara pribumi dan masyarakat Tionghoa yang notabene pendatang menjalin kerukunan satu sama lain.
Artikel ini sudah terbit di Suara.com