RIAUONLINE, JAKARTA - Ketua Umum Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) Usamah Hisyam mengungkap kemarahan calon presiden Prabowo Subianto di depan para ulama Persaudaraan Alumni (PA) 212.
Momen itu terjadi sepekan sebelum Ijtima' Ulama digelar pada 16 September 2018. Yakni, ketika Dewan Penasihat Alumni 212 menggelar forum di Hotel Sultan, Jakarta.
Pertemuan itu digelar untuk menentukan calon presiden yang layak didukung dan kemudian akan disampaikan pada forum Ijtima Ulama.
Saat itu, tepat pukul 19.30 WIB seluruh Penasihat PA 212 kembali berkumpul usai istirahat, salat, dan makan. Prabowo masuk ke ruang rapat, didampingi beberapa sekjen partai, seperti Ahmad Muzani (Gerindra), Eddy Suparno (PAN) dan Afriansyah Ferry Noor (PBB).
Ketua Dewan Penasihat PA 212 Amien Rais memimpin rapat. Dia kemudian mempersilakan Prabowo berbicara dan memberikan penjelasan tentang apa yang akan diperjuangkan jika didukung PA 212.
Namun, kata Usamah, sambutan Prabowo justru di luar dugaan. Prabowo berbicara kencang, dengan nada suara tinggi. Dia memprotes pihak yang meragukan kualitas keislamannya, termasuk ibadah dan kemampuannya mengaji serta menjadi imam salat.
"Yang sangat mengejutkan, ia berbicara sambil meninju keras meja rapat di depannya, sampai lima kali tinju, sehingga para ulama dan tokoh-tokoh yang hadir terperangah. Suasana menjadi tegang," kata Usamah.
Kesaksian Usamah itu ditulis di situs muslimobsession dengan judul "Prabowo Marah Meninju Meja, Para Ulama Terperangah". CNNIndonesia.com telah mengonfirmasi kepada Usamah dan dia membenarkan telah menulis artikel tersebut.
Usamah bercerita, saat itu Prabowo duduk di tengah para ulama. Di sebelah kirinya, ada Amin Rais dan Ketua Dewan Syuro Front Pembela Islam (FPI) KH Misbachul Anam. Sementara di sebelah kanan Prabowo ada KH Muhammad Maksum, pendiri Pondok Pesantren Al Ishlah Bondowoso.
"Ada 28 ulama yang hadir, lihat semua [Prabowo marah]," kata Usamah kepada CNNIndonesia.com, Kamis 20 Desember 2018.
"Malam itu presentasi dari setengah delapan sampai jam 10. Marah di awal, setelah itu beliau presentasi tentang program kerja kalau terpilih jadi presiden. Presentasinya dibuka dengan kemarahan itu," kata Usamah.
Hingga presentasi Prabowo selesai, kata Usamah, forum Dewan Penasihat PA 212 itu tak pernah lagi membahas rekomendasi pencalonan Prabowo Subianto.
Usamah mengatakan pertemuan malam itu seakan menjadi legitimasi bahwa PA 212 secara resmi merekomendasikan Prabowo sebagai calon presiden di Pilpres 2019.
"Tak ada lagi musyawarah, apalagi voting. Saya juga tak bisa berbuat apapun lagi. Kecuali terpekur, bagaimana bila suasana rapat kabinet seperti itu? Wallahu a'lam," tulis Usamah.
Usamah menduga kemarahan Prabowo itu karena mengetahui ada ulama dan tokoh yang meragukan keislamannya. Dia pun mengakui bahwa dirinya adalah orang yang membuka pembahasan tentang tafsir pemimpin muslim yang harus diperjuangkan, sebelum nantinya PA 212 merekomendasikan nama ke Ijtima Ulama.
"Mungkin ada ulama, tokoh yang mempersoalkan keislamannya itu. Di PA 212 itu sebelum dia [Prabowo] datang, ulama yang mempersoalkan itu, memang saya," ujar Usamah.
Sebelum Prabowo hadir di forum itu, Usamah memang sempat menyampaikan pandangan terkait calon pemimpin muslim kaffah.
Dia mengatakan pemimpin muslim kaffah, setidaknya diketahui bahwa calon pemimpin itu harus bisa menjadi imam salat, fasih membaca Al-Fatihah serta surat-surat pendek dalam Juz 'Amma, dan bisa mengaji. Sebab menurutnya, sebagai pemimpin negara Indonesia dengan penduduknya mayoritas Muslim, seorang presiden harus bisa menjadi imam.
"Semua terdiam. Sejumlah ulama saling menatap. Seakan memberikan isyarat agar pembicaraan saya di setop. Tetapi saya tak peduli," kata Usamah.
Dia meminta hal prinsip itu dibahas terlebih dahulu. Usamah berpendapat, bagaimana mungkin setiap hari PA 212 berteriak memperjuangkan penerapan syariat Islam di negeri ini, sementara pemimpin yang akan diusung dan diperjuangkan sama sekali tidak mencerminkan figur yang memenuhi standar nilai-nilai syar'i.
Belum sempat masalah itu dibahas, azan magrib sudah berkumandang. Amien Rais pun menunda pertemuan untuk isoma. Di sela waktu istirahat, sejumlah ulama saling berbincang. Usamah dan Misbachul Anam tetap konsisten memperjuangkan agar PA 212 tetap merekomendaskan Rizieq Shihab sebagai capres.
Sepekan setelah forum itu, Ijtima' Ulama I berlangsung mulus dengan mengajukan nama tunggal Prabowo sebagai capres. Beberapa ulama dan tokoh pergerakan Islam yang dianggap menolak pencalonan Prabowo, tak diundang dalam Ijtima' Ulama, termasuk Usamah.
"Berdasarkan pengalaman dan argumentasi prinsipil itulah, saya tak ingin ikut bertanggung jawab di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala atas pencalonan Prabowo Subianto sebagai capres dengan baju ijtima' ulama," kata Usamah.
Dia pun memutuskan untuk mengundurkan diri dari PA 212 dan menyesalkan sejumlah kawan yang ada di sana karena telah menjadikan PA 212 sebagai tim sukses Prabowo. Beberapa tokoh dan ulama juga tak muncul di panggung reuni dua tahun Aksi 212 lalu.
"Ketika menjatuhkan Ahok dari jabatan Gubernur, kita menggunakan standar syariat Islam, pemimpin harus muslim kaffah, mendengungkan kalimat tauhid. Tetapi ketika memilih figur pemimpin negara, kita justru abaikan standar pemimpin muslim kaffah yang memenuhi syariat," tulis Usamah.
Saat dikonfirmasi terpisah, Sekjen PAN Eddy Soeparno membantah kesaksian Usamah.
"Seingat saya tidak ada kejadian seperti yang diberitakan," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
Begitu pula dengan Ketua Umum PA 212 Slamet Maarif yang meminta publik tak menghiraukan Usamah. Menurutnya, Usamah menyampaikan hal itu karena saat ini dia berada di kubu calon presiden Joko Widodo.
"Jangan percaya isu negatif dari kubu sebelah, tetap dalam komando ulama khususnya HRS," kata Slamet.
Tulisan ini sudah tayang di CNNIndonesia dengan judul "Amarah dan 5 Kali Tinju Prabowo di Hadapan 28 Ulama PA 212"
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id