RIAUONLINE, JAKARTA - Jika kita membuka mesin pencari Google hari ini, Sabtu 1 Desember 2018, maka akan muncul gambar seorang pejuang wanita asal Indonesia pada Doodle Google.
Dia adalah Maria Walanda Maramis, yang dikenal sebagai wanita tanpa kenal lelah memperjuangkan nasib perempuan dalam dunia politik pada awal abad 20.
Dilahirkan di Kema, suatu desa kecil di Minahasa, Sulawesi Utara, pada 1 Desember 1872, Maria Walanda Maramis adalah anak bungsu dari tiga bersaudara anak pasangan Maramis dan Sarah Rotinsulu. Bersama ketiga saudaranya, ia dibesarkan oleh seorang pamannya setelah kedua orang tuanya meninggal dalam selang waktu berdekatan.
Menurut informasi yang dipasang Doodle Google, Maria dan saudara perempuannya, Antje, hanya mengikuti pendidikan dasar karena mereka perempuan. Sementara saudara laki-laki mereka, Andries, menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
Setelah pindah ke Manado, Maria mulai menulis di kolom sebuah surat kabar lokal “Tjahaja Siang.” Tulisan-tulisannya menggarisbawahi pentingnya peran ibu, yang senantiasa berjuang guna memastikan pendidikan dan layanan kesehatan, serta kesejahteraan keluarga.
Pada tahun 1917 ia mendirikan sebuah organisasi yang memusatkan perhatian pada isu-isu ini.
Organisasi yang diberi nama PIKAT – singkatan dari bahasa Melayu “Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya.” Dengan telaten ia mendidik anggota PIKAT untuk mengetahui keahlian dasar rumah tangga seperti memasak, menjahit dan membesarkan anak-anak, serta berbagai peran lain. Organisasi ini kemudian meluas hingga memiliki cabang di Jawa.
Dengan menampilkan sketsa wajah Maria Walanda Maramis, Doodle Google mencatat bahwa sosok perempuan kuat ini mulai mengalihkan perhatian pada dunia politik dengan memperjuangkan hak perempuan agar suara mereka didengar, setidaknya dalam badan perwakilan Minahasa, yang dikenal sebagai “Minahasa Raad.”
Semula badan ini hanya beranggotakan laki-laki, tetapi Maria berjuang keras agar perempuan dapat ikut duduk menjadi wakil-wakil di badan tersebut. Perjuangannya membuahkan hasil ketika pada tahun 1921 pemerintahan di Batavia, sebutan pemerintah Hindia Belanda untuk “Jakarta,” mengizinkan perempuan ikut dalam pemilu.
Untuk menghormati apa yang telah dilakukannya bagi perempuan Indonesia, pada tahun 1969 pemerintah menyatakan Maria Walanda Maramis sebagai pahlawan nasional.
Perjuangannya bagi emansipasi perempuan dalam dunia politik Indonesia, khususnya di Minahasa, diperingati pada hari ulang tahunnya, dan sebuah patung dibangun untuk mengenang peran penting yang dimainkannya. Patung Walanda Maramis yang terletak di Komo Luar, sekitar 15 menit dari pusat kota Manado ini, menunjukkan sosok perempuan yang mengenakan kain dan berdiri gagah sambil memegang tangan seorang anak perempuan.
Doodle adalah salah satu aplikasi di dalam Google yang menghadirkan perubahan pada layar utama dan informasi yang menyenangkan, mengejutkan dan terkadang spontan; untuk merayakan hari libur, hari jadi, kehidupan perintis, ilmuwan, atau artis terkenal.
Doodle yang ada sejak taun 1998, jauh sebelum Google dikenal luas, adalah konsep yang diperkenalkan dua pendiri Google – Larry dan Sergey – yang semula ingin menunjukkan kehadiran mereka pada Festival Burning Man di Nevada.
Seiring perjalanan waktu tuntutan menghadirkan informasi dan gambar yang lebih beragam meningkat, sehingga akhirnya Google membentuk tim tersendiri yang terdiri dari pakar teknik dan ilustrasi, yang dijuluki “the doodlers.”
Bagi mereka membuat gambar dan informasi unik semakin memperkaya beranda Google dan menghadirkan senyum bagi pengguna Google di seluruh dunia. Hingga saat ini sudah ada lebih dari 2.000 gambar dan informasi – atau disebut “doodles” - yang dibuat untuk halaman depan Google.
Tulisan ini sudah tayang di VOA Indonesia dengan judul "Google Tampilkan Pahlawan Perempuan Indonesia, Maria Walanda Maramis"