RIAU ONLINE - Indonesia kembali dirundung duka. Setelah gempa bumi mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) beberapa waktu lalu, bencana serupa terulang kembali di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah dengan magnitudo 7,4 yang disertai tsunami pada Jumat, 28 September 2018.
Korban berjatuhan, dua kota ini luluh lantak dan nyaris rata dengan tanah. Pascagempa, aliran bantuan dari berbagai pihak kini berdatangan untuk mengurangi penderitaan warga Palu dan sekitarnya.
Tak sedikit warga menjadi saksi dan menceritakan saat-saat mengerikan hingga mengharukan ketika detik-detik gempa dan tsunami menyapu daratan. Berikuta deretan kisah mengharukan dari para keluarga korban gempa dan tsunami Palu dan Donggala, seperti dilansir dari Liputan6.com, jaringan RIAUONLINE.CO.ID, Senin, 1 Oktober 2018:
1. Anthonius Gunawan Agung
Anthonius Gunawan Agung menjadi salah satu korban terdampak gempa Palu. Saat lindu magnitudo 7,4 mengguncang, dia tengah bertugas memandu Pesawat Batik Air yang siap landas menuju Makassar.
Baca Juga Korban Gempa Palu-Donggala Akan Dikubur Secara Massal di Sini?
Usai memastikan pesawat lepas landas, Agung baru menyelamatkan diri. Kala itu, posisinya ada di lantai 4 tower pengawas Bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu. Saat menara roboh, Agung nekat melompat dari atas hingga mengalami patah tulang. Namun, akhirnya Agung menghembuskan napas terakhirnya.
Tangis histeris keluarga mengiringi kedatangan jenazah Agung di kota kelahirannya, Makassar. Sang nenek, Oma Tola, yang paling kehilangan. Pasalnya, selama ini Oma Tola yang merawat Agung, sementara kedua orangtuanya bekerja.
"Kenapa kau duluan Agung, kenapa bukan nenekmu saja," teriak nenek Agung, Oma Tola, saat jenazah Agung diturunkan dari mobil ambulans.
2. Balita Ditemukan dalam Parit
Cerita pilu lainnya datang dari seorang balita yang selamat dari terjangan tsunami Palu. Balita laki-laki tersebut terpisah dari orangtuanya yang menjadi korban gempa.
Klik Juga Cerita Mencekam dari Langit Kota Palu Saat Dilanda Tsunami
"Kedua orangtuanya belum ditemukan," ucap Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita sambil memeluk erat tubuh mungil yang bersandar di pundaknya.
Agus mengatakan, anak-anak adalah satu dari empat kelompok rentan yang harus mendapatkan perlindungan sesaat setelah terjadinya bencana. Tiga kelompok lainnya adalah ibu hamil, lansia serta penyandang disabilitas.
3. Kesaksikan Jurnalis
Jurnalis senior, Frans Padak Demon selamat dar gempa dan tsunami di Donggala dan Palu. Secara lengkap dia membagi kisahnya kepada Liputan6.com, usai selamat dari maut.
Mercure Hotel di mana tempat dia menginap ambruk saat gempa magnitudo 7,4 datang. Usai melakukan kunjungan ke beberapa radio di Palu, Frans pamit kembali ke hotel. Saat sedang menunggu Grab, gempa yang sangat keras mengguncang. Setelah berhasil keluar studio, rumah warga di sekitarnya satu-persatu runtuh akibat guncangan gempa.
Lihat Juga Pilu Warga Palu, Mengendus Bau Mayat Demi Temukan Anggota Keluarga
Bersama staf radio lainnya, jurnalis senior ini naik ke bukit di timur Kota Palu di Laswani. Begitu mencoba kembali ke Hotel Mercure, bangunan itu telah porak-poranda.
"Eh ternyata Mercure sudah hancur diterpa gempa dan tsunami. Yang saya temukan hanya beberapa mayat yang bergelimpangan. Saya putuskan ke Bandara dan tidur di bawah pohon parkiran Bandara sambil menunggu pesawat pertama ke luar Palu."
4. Cerita Paskibraka Nasional 2018
Kisah pilu juga diceritakan salah satu anggota Paskibra Nasional 2018 perwakilan Sulawesi Tengah. Rezkiana Zapana, 16 tahun adalah Siswi SMA Negeri Model Terpadu Madani, Palu.
Sesaat gempa datang, dia tengah bersama ibunya di rumah. Sedangakan, ayah dan kakaknya sedang tak ada di tempat.
"Gempa-nya keras banget. Rumah depan rumahnya Kiki roboh. Kompleks perumahan kiki alhamdulillah tidak kenapa-kenapa," kata Kiki
5. Bocah Tersangkut di Atas Rumah
Seorang bocah 8 tahun berhasil selamat dari gempa dahsyat 7,4 disusul gelombang tsunami setinggi 3 meter menyapu daratan Palu. Bocah itu ditemukan Wakil Komandan Zeni Bangunan, Mayor Edy Harahap. Edy mengungkapkan sang bocah menceritakan hal mengejutkan. Katanya, tinggi gelombang mencapai 6 meter.
Edy memaparkan bahwa ombak pertama yang masuk ke tepi pantai telah menyeret sejumlah pedagang di pesisir pantai di Palu. Kemudian, ombak kedua menyusul dengan ketinggian sekitar 5-6 meter.
"Saya sampai tersangkut di atas rumah," ujar bocah tersebut.
6. Politikus PKB Abdul Kadir Karding
Politikus PKB Abdul Kadir Karding juga mengisahkan terkait gempa Palu dan Donggala. Karding yang merupakan warga asli Donggala, Sulawesi Tengah bercerita rumahnya kurang dari 50 meter dari bibir pantai.
Saat mencoba menghubungi kedua orangtuanya usai gempa magnitudo 7,4 mengguncang, Karding mengaku kesulitan. Hingga saat ini, orangtuanya belum bisa dihubungi. Jaringan komunikasi di sana diketahui belum pulih sepenuhnya.
"Saya lahir di Donggala, pusat di Palu. Jadi saya orang asli sana. Bapak-Ibu saya enggak bisa dihubungi, di Donggala sana. Semua keluarga besar saya sebagian besar di Donggala dan Palu," kata mantan Sekjen PKB itu di sela acara Solidaritas Masyarakat Sulteng di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu, 29 September 2018.
Artikel ini sudah tayang di Liputan6.com, dengan judul 6 Kesaksian hingga Cerita Haru Korban Gempa dan Tsunami Palu
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id