Ada Apa Dibalik Jenderal Kardus vs Jenderal Baper?

Pertemuan-SBY-dan-Prabowo-di-Cikeas.-2017.jpg
(merdeka.com/muhammad luthfi rahman)


RIAU ONLINE - Suhu politik Indonesia makin memanas di detik-detik terakhir pendaftaran capres-cawapres. Mulai muncul friksi di kubu Prabowo Subianto. Partai Demokrat merasa dikhianati Prabowo sehingga muncul istilah jenderal kardus yang ditujukan kepada Ketua Umum Partai Gerindra tersebut.

Saling serang tak terelakkan. Jenderal Baper, demikian Gerindra membalas pernyataan Demokrat yang ditujukan kepada Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Lalu ada cerita apa di balik jenderal kardus vs jenderal baper?

Sikap Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto membuat Demokrat murka, karena 'selingkuh' dari partai berlambang mercy itu. Prabowo dituding menerima lobi-lobi politik di luar sepengetahuan Demokrat dalam menentukan cawapres.

Sebutan jenderal kardus pun kemudian dilontarkan Wasekjen Demokrat Andi Arief untuk Prabowo, lantaran langkahnya yang tak cakap dalam memperhitungkan harmonisasi koalisi.

"Ada politik transaksional yang sangat mengejutkan. Itu membuat saya menyebutnya jadi jenderal kardus, jenderal yang enggak mau mikir!" kata Andi pada Kamis, 9 Agustus 2019, melansir merdeka.com.

Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Salim Segaf dan Ustaz Abdul Somad, awalnya menjadi calon kuat untuk mendampingi Prabowo. Namun di akhir-akhir pendaftaran capres-cawapres, nama Wagub DKI Sandiaga Uno tiba-tiba muncul sebagai pasangan Prabowo di Pilpres 2019 mendatang.



Padahal sebelumnya, Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon mengatakan nama Sandiaga masih sekadar aspirasi baru. Menurutnya, Sandiaga belum ditugaskan Prabowo menjadi pendampingnya untuk memimpin Indonesia.

"Yang menjadi berkembang aspirasi nama Sandiaga, AHY, beberapa nama akan dibahas," kata Fadli Zon, Rabu, 8 Agustus 2018.

Akhirnya nama Sandiaga mencuat sebagai pendamping Prabowo. Hal ini membuat hubungan dengan Partai Demokrat memanas. Pasalnya, nama pria kelahiran Pekanbaru itu tidak pernah ada sebelumnya, begitu pula hasil ijtima ulama yang didukung PKS.

Munculnya nama Sandi ternyata membuat Wasekjen Demokrat Andi Arief berang. Tak hanya menyebut Prabowo Jenderal kardus, bahkan Andi menuding bahwa ada uang Rp 500 miliar yang diberikan kepada PAN dan PKS dari Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra Sandiaga Uno. Andi yakin, Prabowo telah melakukan politik transaksional dengan menerima suntikan dana segar sebesar Rp 500 miliar.

"Benar, saya dengar dan bisa dicek dalam karir politik saya bahwa saya tidak pernah bohong," kata Andi.

Namun, Andi mengaku tak kecewa pada pencapresan Prabowo-Sandi. Dia hanya ingin Prabowo tahu bahwa Sandi sempat ingin menggulingkan Prabowo dalam pencapresannya.

"Suatu hari utusan Sandi Uno diutus bertemu saya untuk menggulingkan pencalonan Prabowo-AHY menjadi Sandi-AHY, esoknya saya ditemukan dengan Sandi Uno. Saya sampaikan ke SBY lalu SBY bilang 'saya tak akan pernah khianati Prabowo," cuit Andi.

Pernyataan Andi Arief yang menyebut Prabowo jenderal kardus tentu membuat Gerindra geram. Gerindra pun menyebut Ketua Ummum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) jenderal baper karena sering mengeluh.

Bukan hanya itu, SBY juga dituding sering menerima uang dari hasil korupsi. Hal itu terlihat dari banyaknya kader Demokrat yang terlibat kasus korupsi.

"Wah dia mah salah, sebenarnya Jenderal kardus itu bos-nya Andi Arief yang suka terima kardus-kardus. Gini lho kalau Jenderal kardus itu Jenderal yang mimpin partai politik sering terima kardus. Kalau Prabowo itu Jenderal yang suka keluar duit," kata Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Pouyono.