RIAU ONLINE - Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura Sultan Aji Muhammad Sholehuddin II, pagi tadi meninggal dunia di usia 93 tahun.
Jenazah Sultan Kutai Kartanegara ke-21 itu rencananya akan dimakamkan Senin 6 Agustus 2018. Kabar duka itu beredar pagi tadi.
Sultan Aji Muhammad Sholehuddin menghembuskan nafas terakhirnya sekira pukul 09.30 WITA, di Tenggarong. Namun demikian, dia juga sempat dibawa ke RSUD AM Parikesit.
"Beliau meninggal di rumah. Cuma untuk kepastian secara klinis dibawa ke rumah sakit," kata Kabag Humas dan Protokol Sekretariat Kabupaten Kutai Kartanegara Davip Haryanto, dilansir laman MERDEKA.COM, Minggu 5 Agutus 2018.
Davip menerangkan, jenazah Sultan saat ini kembali berada di kediamannya. Oleh keluarga, rencananya jenazah akan dibawa ke kedaton kesultanan.
"Posisi sekarang jenazah beliau di rumah duka. Oleh keluarga, nanti akan dibawa ke kedaton, supaya (halaman) lebih luas," ujar Davip.
Ditanya perihal riwayat kesehatan Sultan, Davip menerangkan, kesehatannya memang menurun. Setelah lebaran Idul Fitri di bulan Juni 2018 lalu, Sultan memang sempat dirawat di rumah sakit.
"Kemudian kegiatan adat dan budaya Erau di hari kedua (19 Juli 2018) beliau juga keluar dari rumah sakit, setelah sempat dirawat 13 hari," sebut Davip.
"Jadi beliau saat ini, sebelumnya memang habis sakit dan sekarang masuk dalam masa pemulihan kesehatan," tambahnya.
Jenazah Sultan sendiri, rencananya akan dimakamkan Senin 6 Agustus 2018 besok, di Pemakaman Raja Kutai Kartanegara di Kompleks Museum Mulawarman, di Jalan Tepian Pandan, Kelurahan Panji, Tenggarong.
"Pasti ada prosesi. Kami dari Pemkab, masih koordinasi dengan pihak keluarga. Karena rencana akan dikembumikan besok di pemakaman samping keraton," demikian Davip.
Sultan Aji Muhammad Sholehuddin dari kerajaan Kutai Kartanegara sekaligus kerajaan tertua di Indonesia itu dilahirkan 24 Oktober 1924.
Dia merupakan putra dari pasangan Aji Muhammad Parikesit dan Adji Ratu Bariah (bergelar Ratu Praboeningrat). Almarhum mempunyai istri bernama Aji Aida yang dia nikahi tahun 1949 silam.