Sederet Fakta Terkait Blok Rokan Riau yang Diserahkan ke Pertamina

Ilustrasi-BLOK-ROKAN2.jpg
(detik.com)


RIAU ONLINE - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memilih PT Pertamina (Persero) untuk mengelola salah satu ladang minyak terbesar di Indonesia, Blok Rokan.

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengumumkan keputusan besar ini pada Selasa, 31 Juli 2018 malam.

Sebelumnya, Blok Rokan dikuasai PT Chevron Pacific Indonesia dengan waktu cukup lama dan akan mengakhiri masa kontraknya pada 2021 mendatang.

Sebenarnya, Chevron ingin mempertahankan Blok Rokan. Namun, Pertamina juga hendak menjadi pengelola selanjutnya. Hingga terjadi perebutan antara kedua perusahaan besar itu.

Lantas, apa alasan pemerintah memilih Pertamina? Berikut sederet faktanya seperti dilansir dari Detik.com, Rabu, 1 Agustus 2018.

1. Pertamina ambil alih Blok Rokan

PT Pertamina (Persero) akan mengambil alih pengelolaan Blok Rokan setelah kontrak yang dipegang PT Chevron Pacific Indonesia akan berakhir pada 2021.

"Setelah melihat proposal hari ini, jam 5 sore maka pemerintah lewat Menteri ESDM menetapkan pengelolaan Blok Rokan mulai tahun 2021 selama 20 tahun ke depan akan diberikan kepada Pertamina," kata Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, di Jakarta, Selasa, 31 Juli 2018.

Blok Rokan, Riau terdiri dari dua lapangan minyak besar, yakni Minas dan Duri. Lapangan Minas yang telah memproduksi minyak hingga 4,5 miliar barel minyak sejak mulai berproduksi pada 1970-an adalah lapangan minyak terbesar di Asia Tenggara.

Bahkan, produksi minyak Lapangan Minas pernah menembus angka 1 juta barel per hari (bph) pada masa jayanya. Kini, lapangan tua itu masih bisa menghasilkan minyak sekitar 45.000 bph.

Sedangkan Lapangan Duri, juga salah satu lapangan minyak terbesar yang pernah ditemukan di kawasan Asia Tenggara, mampu menghasilkan minyak mentah unik yang dikenal dengan nama Duri Crude.

Blok Rokan yang memiliki luas wilayah 6.264 km2. Pada 2016 lalu masih mampu menghasilkan minyak hingga 256.000 bph, hampir sepertiga dari total produksi minyak nasional saat ini. Chevron sudah memegang kontrak Blok Rokan sejak 1971 atau 50 tahun lalu.

2. Alasan Pemerintah Pilih Pertamina

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan pemerintah memutuskan menyerahkan pengelolaan Blok Rokan kepada Pertamina karena menimbang proporsal yang ditawarkan.

Pertamina menawarkan signature bonus atau bonus tanda tangan yang diberikan ke pemerintah sebesar Rp 11,3 triliun.

Bonus tanda tangan adalah bonus yang diserahkan sebelum penandatanganan kontrak. Tujuannya, untuk menunjukkan perusahaan yang menang lelang itu bonafide dan bersungguh-sungguh.



"Dari sisi komersial Pertamina, mengajukan dalam proposal signature bonus US$ 784 juta atau sekitar Rp 11,3 triliun," kata dia di Kementerian ESDM.

Arcandra menyebutkan sebesar US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun. "Potensi pendapatan negara selama 20 tahun ke depan sebesar US$ 57 miliar atau sekitar Rp 825 triliun. Insyaallah potensi pendapatan ini bisa menjadi pendapatan dan kebaikan bagi kita bangsa Indonesia," ujarnya.

Sebenarnya Chevron masih ingin mengelola blok tersebut. Sayangnya, penawarannya kurang memikat pemerintah. Namun, Arcandra enggan membeberkan.

"Penawaran dari Chevron jauh di bawah penawaran yang diajukan oleh Pertamina," tutupnya.

3. Cadangan Minyak Blok Rokan 1,5 Miliar Barel

Blok Rokan masih memiliki cadangan minyak yang besar. Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar menyebutkan cadangan minyak blok tersebut diperkirakan 500 juta hingga 1,5 miliar barel.

"Itu berkisar antara 500 juta barel of oil equivalent sampai 1,5 miliar tanpa EOR (enhanched oil recovery)," kata dia.

Sedangkan pengelolaan Blok Rokan, kata Arcandra, akan beralih ke Pertamina pada 8 Agustus 2021 mendatang.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Hulu Usaha Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengatakan, akan ada masa transisi terkait pengelolaan Blok Rokan.

"Jadi pemerintah sudah memutuskan, kemudian sesudah PSC (production sharing contrac) antara Pertamina ditandatangani, maka fokus berikutnya kerjasama antara Chevron sebagai eksisiting kontraktor dengan Pertamina sebagai leader kontraktor untuk melakukan kegiatan-kegiatan transisi sampai dengan masa kontrak yang sekarang habis guna menjaga tingkat produksi," jelasnya.

4. Tak Ada Kaitan dengan Politik

Diserahkannya pengelolaan Blok Rokan kepada PT Pertamina (Persero), dikatakan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, tidak ada hubungannya dengan masalah tekanan politik. Sementara saat ini, Blok Rokan masih dikelola PT Chevron Pacific Indonesia yang masa kontraknya habis tahun 2021.

Arcandra mengatakan, pengelola Blok Rokan harus memberikan yang terbaik pada pemerintah.

"Yang kita compare dari sisi komersialnya seperti yang saya sebutkan tadi, bahwa siapapun pengelola Blok Rokan atau blok-blok terminasi harus bisa memberikan bagian pemerintah yang lebih daripada kontrak sebelumnya," kata dia.

Dalam proposal tersebut, Arcandra mengatakan, Pertamina menawarkan bonus tandatangan (signature bonus) yakni bonus yang menunjukkan kesungguhan perusahaan mengelola Blok Rokan sebesar US$ 784 juta atau setara Rp 11,3 triliun.

Kemudian, dia mengatakan komitmen kerja pasti sebesar US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun.

"Potensi pendapatan negara selama 20 tahun ke depan sebesar US$ 57 miliar atau sekitar Rp 825 triliun. Insya Allah potensi pendapatan ini bisa menjadi pendapatan dan kebaikan bagi kita bangsa Indonesia," ujarnya.

5. Salam Perpisahan Arcandra untuk Chevron

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengucapkan salam perpisahan pada PT Chevron Pacific Indonesia setelah kontrak Blok Rokan akan diserahkan ke PT Pertamina.

"Terakhir atas nama pemerintah kami dari Kementerian ESDM mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Chevron yang sudah mengelola blok ini," kata dia.

Namun, Arcandra berharap Chevron tetap berminat untuk berinvestasi di Indonesia. Bahkan dia ingin Chevron mengelola blok-blok lainnya.

"Semoga Chevron tetap mau berinvestasi di Indonesia untuk blok-blok lain selain Blok Rokan," tambah Arcandra.

6. Tantangan Amien Rais Terjawab

Pengelolaan Blok Rokan menjadi sorotan sejumlah pihak, termasuk Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais. Amien meminta agar Blok Rokan tidak diserahkan ke asing. Amien ingin ladang minyak raksasa itu dikuasai Pertamina.

Bahkan, Amien menantang Presiden Joko Widodo dan Meneteri ESDM Ignasius Jonan untuk merebut kembali Blok Rokan.

"Kalau betul Blok Rokan bisa kembali ke Ibu Pertiwi, ke Pertamina, ini sebuah terobosan luar biasa. Cuma berani enggak Jonan, berani enggak Pak Jokowi? Kalau berani ya luar biasa," tutur Amien Rais di gedung Nusantara V, MPR RI, Jakarta, Senin (30/7/2018) lalu.

Dan kemarin, terjawab sudah tantangan Amien Rais setelah pemerintah menyatakan akan menyerahkan Blok Rokan ke Pertamina.