(VIVA.co.id)
Rabu, 11 Juli 2018 10:58 WIB
Editor: Yola Ristania Vidiani
RIAU ONLINE - Kemesraan hubungan politik dengan Partai Gerindra ditunjukkan Demokrat jelang pendaftaran calon presiden dan wakil presiden Pemilu 2019.
Elit Demokrat menjelaskan alasan lebih dekat dengan koalisi Prabowo Subianto daripada Joko Widodo. Menurut Kepala Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean, sejarah hubungan antara Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri masih menjadi memori yang membekas.
Dikatakan Ferdinand, meski kader Demokrat, termasuk SBY sudah mencoba menjalin silahturahmi dengan elite PDIP, namun belum bisa mencairkan komunikasi dengan Megawati. Alasan ini yang dinilainya sulit untuk merapat ke koalisi Jokowi.
"Kalau di internal Demokrat bahkan Pak SBY sama sekali tidak jadi penghalang dan ingin membina silaturahmi hubungan baik. Tapi, tampaknya justru dari pihak bu Mega yang enggan dan masih membekas," ujar Ferdinand, melansir VIVA.co.id, Rabu, 11 Juli 2018.
Dia menekankan hal ini jelas berpengaruh terhadap sikap koalisi Demokrat untuk Pilpres 2019. Menurutnya, Demokrat untuk koalisi di Pilpres 2019 perlu persamaan pemahaman dan bukan ditentukan hanya sepihak.
"Demokrat ingin koalisi yang dibangun dengan kesetaraan mutual respect. Membicarakan cawapres, visi misi secara bersama-sama," tuturnya.
Ferdinand membandingkan dengan koalisi Prabowo yang dinilainya masih mengedepankan mutual respect. Ia menyebut koalisi Prabowo menghargai aspirasi Demokrat soal Pilpres 2019.
Baca Juga
Baca Juga SBY: Saat Ini Demokrat Tak Punya Capres
"Tentu dengan kondisi tersebut, kami mungkin akan lebih komunikasi dengan Prabowo dengan Gerindra yang masih mungkin untuk bersama," jelasnya.
Untuk diketahui, hubungan politik SBY dengan Megawati berawal dari persaingan menuju Pemilu Presiden 2004. Ketika itu, Demokrat mendorong SBY untuk maju sebagai capres melawan Megawati.
Sikap politik SBY ini menjadi sorotan karena ketika itu statusnya sebagai Menteri Politik, Hukum, dan Keamanan Kabinet Gotong Royong pemerintahan Megawati. Hubungan dingin antara SBY dan Mega dimulai sejak itu.
Gayung bersambut dengan respons suami Megawati, Taufik Kiemas yang menyindir SBY seperti jenderal bintang empat kayak anak kecil. SBY pun mengundurkan diri dari posisi Menko Polhukam. Momen politik ini terjadi kurang dari dua bulan menjelang pendaftaran Pilpres 2004.
Di Pilpres 2004, SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla mengalahkan duet Megawati-Hasyim Muzadi. Di putaran dua, SBY-JK unggul telak dari Mega-Hasyim dengan perolehan 60,62 persen berbanding 39,38 persen.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id
