RIAU ONLINE - Hingga Jumat, 6 April 2018, dini hari, Kepulauan Mentawai terus digoncang gempa dengan skala bervariatif sejak kemarin. Data yang dirilis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan terjadi peningkatan aktivitas kegempaan di zona Megathrust Mentawai.
Sementara, Seismograf milik Stasiun Geofisika di Silaing Bawah, Kota Padang Panjang, Sumatera Barat, merekam dan mencatat 11 kali aktivitas kegempaan di Kepulauan Mentawai sepanjang hari kemarin dan satu kali gempa pada hari ini dengan magnitude 4,3 skala richter. Gempa ini terjadi pada kedalaman 33 kilometer di 100 kilometer tenggara Kepulauan Mentawai.
Tercatat 12 kali gempa di Bumi Sikerei itu, yang semuanya diakibatkan adanya aktivitas subduksi lempeng di Samudera Hindia sebelah barat Kepulauan Mentawai, jalur subduksi lempeng tektonik India-Australia dan Eurasia di Indonesia yang memanjang dari pantai barat Sumatera sampai selatan Nusa Tenggara.
Pada sistem subduksi Sumatera, dicirikan dengan menghasilkan rangkaian busur pulau depan (forearch islands) yang nonvulkanik (Pulau Simeulue, Nias, Banyak, Batu, Siberut hingga Pulau Enggano).
Baca Juga Sejak Dini Hari, Mentawai 7 Kali Diguncang Gempa
Lempeng India-Australia menunjam ke bawah lempeng benua Eurasia dengan kecepatan 50 milimeter hingga 60 milimeter per tahun. Hal itu menunjukkan bahwa wilayah pantai barat Sumatera termasuk daerah yang aktivitas kegempaannya tinggi.
Sebab itu, BMKG mengimbau masyarakat tidak hanya di Kepulauan Mentawai namun juga di sepanjang garis pantai dan zona merah tsunami, agar dapat meningkatkan kewaspadaann. Pasalnya, jika terjadi gempa dengan kekuatan di atas 6 skala ritcher di zona Megathrust Mentawai, akan dapat memicu gelombang tsunami.
"Sampai saat ini, masih tercatat adanya aktivitas kegempaan di wilayah itu. Artinya, ini ada peningkatan. Untuk itu, semua lapisan tetap harus waspada dan jangan panik," kata Kepala Stasiun Geofisika Kelas 1 Silaing Bawah, Rahmat Triyono, melansir VIVA.co.id, Jumat, 6 April 2018.
Kendati demikian, Rahmat mengimbau masyarakat untuk tidak terpancing isu menyesatkan. Informasi tentang kegempaan dan tsunami sebaiknya diperoleh dengan seksama melalui sumber-sumber yang betul-betul berkompeten, seperti BMKG.
"Masyarakat jangan mudah terpancing isu menyesatkan. BMKG akan selalu mengeluarkan data atau warning (peringatan) setiap kali ada kejadian gempa bumi, terutama yang berpotensi tsunami," ujar Rahmat.
Klik Juga BMKG Ungkap Peta Tsunami, Ini Titik-Titiknya
Selain itu, BMKG juga mengimbau Pemerintah Sumatera Barat untuk memikirkan langkah antisipasi yang baik untuk menghadapi potensi ancaman tersebut.
Menurutnya, selama Pemeritah Provinsi Sumbar masih fokus terhadap wilayah pesisir yang berpotensi tsunami saja, seperti Mentawai, Pesisir Selatan, dan Kota Padang.
Pemerintah Provinsi Sumbar, kata Rahmat, seharusnya menyiapkan metode mitigasi yang jitu serta memperbanyak shelter da tempat penampungan sementanra di kawasan yang mengalami dampak gempa itu.
"Menghadapi segala ancaman gempa dan tsunami ini, semua lini harus bekerja sama, semua harus siap menghadapi ancaman itu. Jika berpotensi gempa 8,9 SR di zona Megathrust Mentawai, maka guncangannya bisa sampai ke daratan dengan kekuatan 6 hingga 7 MMI. Oleh karena itu sangat perlu sekali mitigasi bencana yang baik," kata Rahmat.
Berdasarkan data dan analisis BMKG, sejak tahun 1800, Megathrust Mentawai terjadi akibat siklus gempa yang berulang.
"Tetap waspada terhadap ancaman itu, BMKG Padang Panjang akan selalu memonitor dan meng-update perkembangan terhadap peningkatan aktivitas kegempaan di wilayah Kepulauan Mentawai," kata Rahmat.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id