Rumah ibu Imran, Yuliati Rahman (51), dibakar anak bungsunya karena tak dihidangkan lauk ikan, Senin, 5 Maret 2018
(LIPUTAN6.COM)
RIAU ONLINE - Seorang warga Gunung Potong, Kelurahan Sanua, Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari tega membakar rumah milik orangtuanya hanya karena persoalan makan siang.
Imran (19), anak bungsu dari dua bersaudara, sejak sang ayah meninggal dunia beberapa tahun lalu, ia dan kakaknya Indra (20) yang merupakan seorang buruh pelabuhan dirawat oleh ibunya. Sedangkan sang ibu hanya menggantungkan hidup dengan berjualan sembako di kios kecil depan rumah.
Kapolsek Kemaraya Iptu Fajar, mengatakan, sebelum membakar rumah, Imran baru saja pulang setelah seharian menghilang karena alasan bekerja pada salah satu rekannya. Pemuda itu mengaku kerap dipanggil rekannya bekerja membuat kanopi.
Siang itu, sekitar pukul 13.00 WITA, Imran tiba-tiba muncul di dalam rumahnya. Saat itu, hanya ada sang ibu di rumah, sedangkan kakaknya tengah bekerja di Pelabuhan Nusantara Kendari.
Anak durhaka itu kemudian mencari ibunya dan meminta jatah makan siang dengan nada marah-marah. Ibunya yang sabar hanya berusaha menenangkan Imran.
"Mana nasi? Mana ikan?!!" ujar Iptu Fajar meniru perkataan Imran yang penuh amarah kepada ibunya, melansir Liputan6.com, Selasa, 6 Maret 2018.
"Hanya ada sayur dan nasi, Nak," jawab ibu Imran, Yuliati Rahman (51), berdasarkan cerita Iptu Fajar.
Mendengar jawaban dari sang ibu, Imran langsung naik pitam. Pemuda yang dikenal bandel di lingkungannya itu lantas mengancam akan membakar rumah dan memecahkan barang-barang di dalam rumah jika tak ada ikan.
"Ibunya langsung lari keluar dan turun ke bawah gunung berjarak sekitar 700 meter dari Polsek melaporkan ancaman anaknya ke pos penjagaan Polsek," ujar Iptu Fajar,
Sejumlah petugas Polsek Kemaraya , setelah mendengar pengakuan ibu Imran, kemudian langsung berlari ke rumah pelapor. Namun, malang tak dapat ditolak, rumah berukuran 6x6 hasil berjualan sembako Yulian Rahman itu nyaris ludes dilalap si jago merah saat polisi tiba di TKP.
Melibatkan sejumlah anggota Polsek Kemaraya, polisi memburu pembakar rumah tersebut. Akhirnya, Imran berhasil ditangkap di rumah salah satu rekannya di BTN Hombis Kelurahan Lepo-lepo, Kecamatan Baruga, Kendari, Senin, 5 Maret 2018, sekitar pukul.01.00 WITA.
Pelaku kemudian terancam hukuman 15 tahun pencara sesuai pasal 187 subsider pasal 188 KUHP. Sementara, di depan polisi, Imran mengaku awalnya hanya ingin membakar kamar ibunya. Tidak ada niat untuk membakar seluruh rumahnya.
"Saya hanya mau bakar rak sepatu plastik di belakang pintu kamar tidur ibu saya," ujar Imran.
Namun, tindakan "sumbu pendek" Imran berubah fatal. Lelehan rak sepatu plastik milik ibunya langsung menyambar lemari pakaian yang terbuat dari kayu dan berisi kain mudah terbakar.
"Usai dia bakar rak sepatu, dia langsung lempar rak itu diatas kasur kamar tidur ibunya. Kasur terbuat dari kapuk, menyebabkan ruangan kamar cepat terbakar," ungkap Kapolsek Kemaraya.
Kondisi rumah Yuliati Rahman usai dibakar sang anak (Liputan6.com)
Sejumlah tetangga tak mampu berbuat banyak saat melihat api yang membakar rumah Yuliati Rahman mulai membesar. Lokasi air yang jauh, menyebabkan warga hanya mampu menyiram rumah korban dengan beberapa ember air.
"Api yang berkobar sudah tidak mampu dipadamkan, namun warga hanya berusaha melindungi rumah di sampingnya agar tidak ikut dilalap api," terang Kapolres.
Sulitnya medan untuk mencapai rumah Yuliati Rahman di atas gunung Potong, menyebabkan pemadam kebakaran tidak mampu mencapai lokasi. Sebab, jalan menuju Gunung Potong dikenal terjal dan berbatu serta jarang dilintasi kendaraan roda empat.
Anak kedua dari pasangan Yuliati Rahman (51) dan Ali Rahman (59) dikenal manja oleh ibunya. Kadang, Imran tak pulang ke rumah selama berhari-hari dengan alasan bekerja.
Meski bekerja, ibunya tak pernah meminta penghasilannya. Justru, Imran selalu meminta uang kepada ibunya secara paksa setiap kali kehabisan uang.
"Dia selalu minta uang, kadang marah dan suka memaksa, tidak tahu untuk dipakai apa," ujar Yuliati Rahman di Polsek Kemaraya.
Imran biasanya akan mengamuk dan membanting barang di dalam rumahnya jika tak diberi uang. Setelah itu, dia pun pergi meninggalkan rumah.
"Kalau dia datang kembali di rumah, ada ada saja alasan yang buat dia marah," ujar ibunya.
Kapolsek Kemaraya membenarkan perilaku Imran. Kapolsek menerangkan, saudara Imran, Indra juga pernah masuk tahanan polisi karena kasus kriminal. Indra yang bekerja sebagai buruh pelabuhan, pernah ditahan setahun lebih di Rutan Kelas IIA Kendari.
"Kakaknya pernah ditangkap pada 2017 karena memiliki senjata tajam. Jadi, memang bersaudara sudah pernah ditahan di Polsek Kemaraya," ujar Iptu Fajar yang dibenarkan sejumlah anggotanya.
Kerap menghilang dari rumahnya, Imran diduga menjalani pergaulan bebas. Sebab, Imran sudah berani hidup di luar rumah meskipun memiliki penghasilan tak tetap.
Kecurigaan keluarga bertambah, karena meskipun digaji, uang milik Imran tak jelas ke mana perginya. Yang ada, ibunya selalu menjadi sasaran amarah.
"Saat digeledah tangkap, ada anggota menemukan bong, alat pengisap sabu di rumah rekannya. Tapi, kita tidak sampai di situ," ujar salah seorang anggota polisi yang enggan disebut namanya.
Polisi hanya kasihan kepada orangtua Imran. Sebab, sejak rumahnya terbakar habis, Yuliati Rahman harus menumpang tidur di rumah salah satu keluarganya.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id