Pensiun dari Kepala BNN, Buwas Ingin Jadi Bapak RT Saja

Kepala-BNN-Budi-Waseso.jpg
(POSKOTA NEWS)

RIAU ONLINE, JAKARTA - Mulai hari ini, Kamis 1 Maret 2018, Komjen Budi Waseso atau Buwas tak lagi menjabat Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN). Hari ini juga, Buwas juga resmi pensiun dari Kepolisian Indonesia (Polri).

Lalu, apa yang akan dilakukan Buwas setelah pensiun dari posisi tersebut?

Ternyata, Jenderal bintang tiga polisi itu mengaku ingin menghabiskan waktu bersama keluarga. Jadi bapak rumah tangga (RT), istilah dia.

Baca juga: Sah, Irjen Heru Winarko Jadi Kepala BNN

"Yang pasti saya jadi bapak rumah tangga membantu ibu rumah tangga," ujar Buwas sebelum pelantikan Kepala BNN baru, di Istana Kepresidenan, Jakarta yang dikutip dari Liputan6.com.

Dia mengaku memiliki alasan khusus memilih menjadi bapak rumah tangga. Padahal, selama ini, Buwas dikenal berani dan nyentrik saat memberantas peredaran narkoba.

"Yang jelas jadi bapak rumah tangga karena saya harus mulai lindungi anak-cucu saya dari permasalahan narkoba," kata Buwas.

Menilik sejenak karir Buwas, ia selama ini terkenal dengan gaya kepemimpinannya yang nyentrik semenjak menjadi Kabareskrim Polri. Buwas saat menjadi Kepala BNN pernah menggelontorkan sejumlah wacana untuk pencegahan pemberantasan narkoba.



Buwas pernah dibuat jengkel dengan peredaran narkoba dari lapas. Dia menyebut 50 persen peredaran narkoba di Indonesia dikendalikan dari lapas. Namun, masalah ini sulit terselesaikan. Terlebih, pihak lapas beralasan kekurangan petugas jaga.

Saking jengkelnya, dia sampai memilih untuk menggunakan hantu kalau memang bisa untuk menjaga operasi barang haram di balik jeruji besi.

"Selalu berkelit kelebihan kapasitas. Manusianya kurang. Ya saya kan sudah sering bilang kalau sudah tidak percaya manusia ya kita kerja sama dengan buaya. Kalau bisa pakai hantu ya pakai hantu yang jaga," tutur Budi Waseso di Kantor BNN tahun lalu.

Wacana ini kembali digelontorkannya saat Ditjen Pas Kemenkumham berencana menerapkan sistem "one person one prison" atau satu orang satu sel untuk napi narkoba. Sistem itu diterapkan untuk mencegah pengendalian dan peredaran narkoba di lapas.

"Saya bilang, kalau uji coba (sistem one person one prison) terakhir ini tidak bisa, praktikkan ide saya dengan dijaga oleh buaya. Karena buaya tidak bisa disuap, tidak bisa dipengaruhi," ujarnya.

Buwas juga geram saat kasus penyelundupan sabu 1 ton di kawasan Batam, Kepulauan Riau terungkap. Untuk para pelaku dan bandar narkoba lainnya, dia menyebut lebih baik langsung dijadikan makanan hiu saja daripada kasusnya dikembangkan.

"Tidak usah lagi ditangkap. Kalau perlu dipotong-potong kasih ikan hiu. Jadi mahal siripnya, makan ikan bandar," tutur Budi Waseso penuh emosi.

Dia pun memerintahkan anggotanya agar bertindak tegas dengan menembak mati setiap pengedar narkoba. Dia menilai, cara itu cukup efektif untuk memutus mata rantai penyelundupan dan peredaran narkoba di Indonesia.

"Penegakan hukum di Indonesia selama ini kurang tegas dalam hal masalah narkotika. Itu sebabnya Indonesia menjadi negara sasaran bagi 11 negara penyuplai obat-obatan terlarang," ujar Budi Waseso di Surabaya, Jawa Timur, Kamis 11 Januari 2018. (1)

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id