Di Awal 2018, Tercatat 438 Bencana Alam Tewaskan 60 Jiwa

Banjir-di-Bandung.jpg
(VOA INDONESIA/BNPB)

RIAU ONLINE - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan di awal tahun 2018, terlah terjadi 438 bencana alam yang menewaskan 60 orang dalam dua bulan terakhir.

Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebut ratusan bencana tersebut meliputi 167 puting beliung, 120 banjir, 120 tanah longsor, 12 kebakaran hutan dan lahan, 10 banjir, 7 gelombang pasang, serta dua gempa.

"Total selama Januari dan Februari, sampai dengan tanggal 22 Februari, terdapat 438 kejadian bencana dengan 60 orang meninggal dan hilang, 93 luka-luka, hampir 300 ribu jiwa mengungsi dan terdampak. Ini pasti bertambah karena saat ini sedang berlangsung banjir di Kuningan, di Jawa Timur, dan beberapa (daerah) di Jawa Tengah terjadi banjir," kata Sutopo, melansir VOA Indonesia, Senin, 26 Februari 2018.

Akibat bencana tersebut, tambahnya, terdapat 297.756 orang terpaksa mengungsi dan 11.324 rumah rusak dengan 1.492 rusak berat, 3.016 rusak sedang, dan 6.816 rusak ringan. Musibah yang terjadi dalam kurun Januari hingga Februari ini juga merusak 173 unit fasilitas umum.

Menurut Sutopo, tanah longsor menjadi bencana yang mematikan selama dua bulan ini. Sebab, bencana ini telah merenggut korban terbanyak, baik yang meninggal maupun hilang, yakn 46 dari 60 orang.

Daerah-daerah rawan longsor kategori sedang dan tinggi di Indonesia sangat luas, tersebar di sepanjang Bukit Barisan di Sumatera, Jawa bagian tengah dan selatan, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Daerah bahaya longsong itu terdapat di 274 kabupaten dan kota.

Lebih lanjut Sutopo mengungkapkan jumlah penduduk tinggal di 274 kabupaten/kota rawan longsor berkategori sedang dan tinggi tersebut sebanyak 40,9 juta orang, termasuk 4,28 juta bayi berusia di bawah lima tahun, 323 ribu penyandang disabilitas, dan 3,2 juta orang lanjut usia.

"Semua terpapar oleh longsorsaat musim hujan. Kemampuan mereka untuk menghindari, memproteksi diri, atau memitigasinya masih sangat minim. Dan sebagian besar mereka adalah golongan ekonomi menengah ke bawah," tambahnya.



Sutopo menyebutkan puncak musim hujan terjadi pada Februari. Hujan tinggi berpotensi terjadi di semua provinsi di Pulau Jawa, yakni Banten, jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sebab itu, BNPB membagi peta rawan bencana longsor di semua provinsi di Jawa agar masyarakat dan pemerintah setempat meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana banjir dan longsor.

Saat ini, tegas Sutopo, wilayah paling riskan saat ini adalah Jawa karena kerusakan lingkungan sudah berlangsung puluhan tahun, seperti seperti deforestasi, berkurangnya kawasan resapan air, dan bertambahnya jumlah penduduk.

Sementara, aktivis lingkungan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Dwi Sawung mengatakan pengurangan risiko bencana harus menjadi arus utama pembangunan nasional. Selain itu tambah Sawung, pemukiman harus ditempatkan di daerah yang lebih aman.

"Seharusnya tidak boleh mereka bermukim di tempat rawan longsor, Upaya relokasi, kalau masyarakat tidak mau masyarakatnya dikasih penyadaran bahwa tempat yang dia tinggali rentan," jelas Sawung.

Pemerintah lanjutnya juga harus segera menambah sistem peringatan dini rawan longsor yang saat ini baru terpasang 200-an alat. Sementara tambahnya Indonesia membutuhkan ratusan ribu unit sistem peringatan dini rawan longsor.

Dari 34 provinsi, lima provinsi mengalami musibah tanah longsor terbanyak selama 2010-2018 adalah Jawa Tengah (1.334 kali), Jawa Barat (961 kali), dan Jawa Timur (526 kali), Sumatera barat (146 kali), dan Kalimantan Timur (98 kali).

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id