RIAU ONLINE - Tahukah kamu, ternyata Pasar Senen Jakarta menyimpan sejarah perantauan orang Minang. Kisah keberadaan trio Minang yang pernah menguasai perdagangan di salah satu pasar terbesar di Ibu Kota itu. Ketiganya adalah Djohan, Djohor, dan Ajoeb Rais.
Pada 1921, Djohan mengawali petualangannya di Batavia. Catatan peneliti dan dosen di Universitas Leiden, Suryadi Sunuri menyebutkan, kemungkinan besar Djohan merupakan pria Minang asal Sawahlunto.
Awalnya, pria yang hanya tamat kelas 2 sekolah rakyat itu ingin merantau untuk mencoba peruntungan menjadi pegawai negeri atau swasta.
Namun, menurut Suryadi Sunuri dalam tulisannya, seperti dikutip dari Liputan6.com, setibanya di Batavia, Djohan berubah pikiran. Karena perdagangan di Batavia ramai sehingga Djohan berpikir untuk menjadi pedagang atau pengusaha.
Baca Juga Yusof Bin Ishak, Presiden Pertama Singapura Berdarah Minang Dan Melayu Langkat
Djohan yang tidak mengantongi modal kemudian menemui seorang pedagang Arab untuk membantu menjual dagangannya. Singkat cerita, Djohan kemudian mampu membuka lapak sendiri setelah paham dan mengenal cara berdagang. Meski masih mengambil bahan dari pedagang Arab tersebut, Djohan menjalani usahanya dengan sabar dan tabah.
Djohan pun mampu memiliki modal sendiri dari tabungan hasil keuntungan hingga mampu membuka lapak dagangannya sendiri. Pengusaha Minang itu membeli bahan dagangannya dengan pembayaran kontan. Dengan begitu, Djohan bisa membeli barang dagangannya dengan harga murah dan menjualnya dengan harga bersaing dengan pedagang-pedagang Arab itu.
Dari lapak kecil, Djohan ahkirnya mampu menyewa toko di pasar itu. Saat usahanya semakin berkembang dan terus menghasilkan keuntungan, Djohan pun membeli beberapa petak toko untuk usahan perdagangannya. Seiring usahanya yang terus berkembang nama Djohan juga semakin bersinar di daerah tersebut.
Klik Juga Wah, Pencipta Lagu Kebangsaan Singapura Ternyata Putra Minangkabau
"Setelah Djohan sukses, dia mengajak saudaranya Djohor untuk membantu bisnis perdagangnnya di Pasar Senen," lanjut Suryadi.
Djohan dan Djohor pun berkolaborasi membangun bisnis hingga nama usaha mereka pun dipadukan menjadi "Handelsvereeniging Djohan-Djohor” (Perusahaan Dagang Djohan-Djohor).
Bisnisnya semakin menggurita dan usaha perdagangannya terus menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan. Tak hanya Djohor, Djohan juga mengajak Ajoeb Rais, yang juga pengusaha Minang untuk berkolaborasi dan bermitra.
Perusahaan mereka terus berkembang dengan sejumlah cabang di berbagai daerah, di antaranya di Pekalongan, Semarang, Surabaya, Bandung hingga Medan.
Majalah Panji Pustaka mencatat, trio Minang ini menjadi kompetitor bagi pengusaha Arab dan China. Padahal, pengusaha Arab dan China telah lebih memulai usahanya di kawasan tersebut.
Lihat Juga Anda Miliki Darah Minangkabau? Inilah Urang Awak Pada Mata Uang Di Empat Negara
"Semendjak itoe keadaan di Pasar Senen jadi beroebah benar. Dahoeloe jang ada disana hanja toko orang Tionghoa semata-mata, tetapi semendjak toko Djohan-Djohor berdiri, toko-toko orang Boemipoetera jang lain didirikan poela. Dan sekarang toko-toko kain orang Boemipoetera soedah sebanding banjaknja dengan toko-toko orang Tionghoa," tulis Pandji Poestaka, No. 91, Thn XV, 12 November 1937.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id