Pakar Ini Prediksi Jakarta Tenggelam pada 2030

Jakarta.jpg
(Internet)

RIAU ONLINE - Laporan hidrologi baru-baru ini menunjukkan masa depan yang menakutkan bagi Jakarta, yang menghadapi ancaman terendam pada tahun 2030.

Dalam sebuah wawancara salah satu penulis laporan tersebut, Firdaus Ali, seorang ahli hidrologi dari Universitas Indonesia, telah mengidentifikasi dua faktor utama.

Pertama, katanya, adalah fenomena pemanasan global yang telah menyebabkan kenaikan di Laut Jawa dan gempa yang lebih sering terjadi. Selain itu, penggunaan air tanah secara berlebihan dan pembangunan gedung bertingkat tinggi dan pesat di kota membuat Jakarta tenggelam, sedikit demi sedikit.

"Kecuali tembok laut dibangun segera, Jakarta akan benar-benar berada di bawah air," kata Firdaus dilansir laman SUARA.COM, Selasa 2 Januari 2018.

Dia menambahkan, permukaan kota menurun 5 sampai 12 sentimeter (hampir 2 sampai 5 inci) per tahun.



Menurut laporan 21 Desember, daerah pesisir telah tenggelam setinggi 32 cm (12,5 inci) dalam beberapa tahun terakhir.

Hampir 40 persen wilayah Jakarta terletak di bawah air dan sebagian besar daerah yang terkena dampaknya berada di Jakarta Utara. Situasi tersebut telah menyebabkan banjir tahunan selama musim hujan di Jakarta. Baru-baru ini banjir memakan waktu berhari-hari untuk mereda.

Firdaus meminta pihak berwenang membangun tembok lepas pantai di sekitar kota untuk mengatasi kesengsaraan air yang sering terjadi.

"Dinding laut bertindak sebagai benteng melawan naiknya permukaan laut dan bisa menahan proses tenggelamnya," jelasnya.

Sebagai informasi, pemerintah pusat pada bulan Maret memulai pembangunan tembok laut di Muara Baru, Jakarta Utara. Namun, pembangunan tersebut menghadapi masalah saat bendungan tersebut pecah dan menyebabkan banjir pesisir di lingkungan sekitar.

Seorang pejabat di Kementerian Kelautan, Ridwan Djamaluddin, mengatakan tenggelamnya kapal tersebut akibat perpaduan antara pemadatan dan pengadukan air tanah.

Industri dan pengembang, kata Ridwan, ditemukan menjadi pelanggar berulang ketika harus menggali sumur secara ilegal. "Karena itulah dinding laut sedang dibangun, untuk mengurangi efek genangan."

Proyek dinding laut sepanjang 4,5 kilometer (panjang 15 kilometer) terbagi dua lokasi di Jakarta Utara. Lingkungan Muara Baru akan memiliki penghalang 2,3 km (1,75 mi) yang melindunginya dari laut dan 2,2 km lainnya (1,64 mil) akan dipasang di lingkungan Kalibaru. Sejauh ini, sekitar 2,6 km (1.10 mil) konstruksi tembok telah selesai.(2)