Bahrumsyah alias Abu Muhammad al Indonesi, komandan pasukan ISIS asal Asia Tenggara atau disebut Katibah Nusantara, yang dikabarkan tewas
(INTERNET)
RIAU ONLINE - Bahrumsyah alias Abu Muhammad al Indonesi, WNI yang menjadi komandan pasukan ISIS asal Asia Tenggara dikabarkan tewas dalam aksi bom bunuh diri untuk tentara Suriah yang gagal pada Senin, 13 Februari lalu.
Lalu, siapa sebenarnya sosok yang disebut sebagai Katibah Nusantara itu?
Dilansir dari detikcom, Bahrumsyah adalah seorang koordinator pengajian yang dilakukan Aman Abdurrahman alias Oman. Ia pernah menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Bahrumsyah juga menerbitkan tulisan-tulisan Oman melalui percetakannya.
Bersama seorang rekannya bernama Fachry, Bahrumsyah membentuk Forum Aktivis Syariat Islam (Faksi). Kelompok itu beranggotan murid dari Oman. Abu Jandal yang memiliki nama asli Salim Mubarok at-Tamimi dari Malang, Jawa Timur bergabung. Juga Siswanto dari Pondok Pesantren Al-Amin, Lamongan, serta aktivis JAT Iskandar Abu Qutaibah dari Bima, Nusa Tenggara Barat.
Baca Juga: Pentolan ISIS Asal Indonesia Ini Dikabarkan Tewas Di Suriah
Menurut Laporan Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) berjudul "The Evolution of ISIS in Indonesia", Faksi awalnya menunjukkan sikap netral saat ISIS masih berbentuk organisasi dan berkonflik dengan Jabhat an-Nusra, organisasi di bawah Al-Qaeda. Namun mereka mulai memberikan dukungan, saat ISIS menunjukkan tanda-tanda menjadi kekhalifahan Islam.
Oman rajin menerjemahkan bahan-bahan pro-ISIS yang berbahasa Arab, lantas disebar oleh murid-muridnya melalui internet. Dari LP Kembang Kuning, ia juga menyerukan agar digelar demo besar-besaran di Bundaran Hotel Indonesia untuk mendukung Daulah Islamiyah, yang sebentar lagi muncul.
Pada 16 Maret 2016, terjadi demo diikuti ratusan orang dengan dimotori oleh Bahrumsyah dan Fachry. Para pengikutnya oleh Oman diperintahkan untuk berangkat menuju medan "jihad". Keberangkatan mereka dilakukan secara bergelombang, bahkan sebelum ISIS "resmi" berdiri.
Sosok Bahrumsyah mulai dikenal sejak kemunculannya dalam video propaganda ISIS yang dirilis pada 22 Agustus 2015. Video menggambarkan sekelompok pasukan berwajah Melayu dilengkapi senjata laras panjang. Lokasinya berada di sebuah kamp di kawasan hutan Suriah. Panji Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) terlihat dikibarkan.
Klik Juga: Demi Gabung ISIS, Mantan Pejabat KemenKeu Ini Jual Rumah
Teriakan takbir berulang kali terdengar. Pasukan terlihat bersemangat meneriakkan yel-yel bernada dukungan kepada ISIS, yang diproklamasikan mantan pentolan Al-Qaeda, Abu Bakar al-Baghdadi.
Sang pengambil gambar, yang hanya terdengar suaranya, menyebut mereka tengah bersiap untuk berperang di Jabal Khilafah atau Gunung Abdul Aziz. Wilayah itu berada di pinggiran Kota Hasakah, arah timur laut dari Suriah.
Dengan nada santai, kadang diselingi canda, ia memperkenalkan beberapa anggota pasukan ISIS dari Indonesia. Di antaranya, Abu Urwah, Abu Salman al-Indunisy alias Bahrumsyah, dan Abu Abdurahman al-Indunisy.
Bahrumsyah, dalam video itu Sang pengambil gambar, yang hanya terdengar suaranya, menyebut mereka tengah bersiap untuk berperang di Jabal Khilafah atau Gunung Abdul Aziz. Wilayah itu terletak di pinggiran Kota Hasakah, arah timur laut dari Suriah.
Tidak lupa, dengan nada santai, kadang diselingi canda, ia memperkenalkan beberapa anggota pasukan ISIS dari Indonesia. Mereka antara lain Abu Urwah, Abu Salman al-Indunisy alias Bahrumsyah, dan Abu Abdurahman al-Indunisy. Video itu menampilkan Bahrumsyah berorasi untuk memompa darah peperangan anggota ISIS.
Bahrumsyah adalah pelopor Katibah Nusantara bersama Rosikien Nur. Saat keduanya bergabung, anggota pasukan ini diperkirakan mencapai 100 orang.
Lihat Juga: Polri: Markas Besar ISIS Hembuskan Pesan Teror Lewat Bom Panci
Namun, kepemimpinannya di Katibah Nusantara tidak berjalan mulus. Terjadi perpecahan internal. Seorang pentolan ISIS Indonesia dari Malang, Jawa Timur, Salim Mubarak at-Tamimi alias Abu Jandal al-Yemeni al-Indunisy, menuding Bahrumsyah melakukan korupsi uang operasional pasukan.
Setiap pejuang mendapat 700 pound Suriah atau Rp50 ribu per hari dari markas pusat. Namun, Bahrumsyah tidak menyalurkan uang itu. Pada April 2015, Abu Jandal mengajak beberapa personel asal Surabaya, Lamongan, Malang, Solo, dan Bekasi ke Ash-Shaddadi, Suriah, untuk mengadukan perbuatan Bahrumsyah kepada Komite Syariah Provinsi. Ia mendesak agar Bahrumsyah diganti.
Mereka juga mengadukan kesewenang-wenangan Bahrumsyah menuding pihak yang tidak sepaham sebagai kafir. Perilaku Bahrumsyah itu diduga dipengaruhi oleh mertua dari istri keempatnya, bernama Muhammad Agus Supriadi alias Abu Hamzah asal Depok, Jawa Barat.
Sementara, Abu Hamzah dikenal sebagai anggota Firqoh Abu Hamzah (FAH) sebelum bergabung dengan ISIS. Kelompok ini merupakan sempalan dari salah satu organisasi dakwah di Indonesia.
Aturan FAH pun hanya tegas ketika diberlakukan terhadap orang-orang yang tidak sepaham, dianggap kafir. Anehnya, mereka tidak mewajibkan salat Jumat dan melarang beribadah haji ke Mekah, Arab Saudi, sebelum khilafah berdiri.
Namun, Komite Syariah menolak aduan Abu Jandal. Ia justru ditahan selama satu bulan karena dianggap memecah belah Katibah Nusantara.
Kekecewaan dirasakan pasukan asal Indonesia dari kubu Abu Jandal setelah keputusan Komite Syariah itu. Mereka lantas hengkang dari Katibah Nusantara dan membentuk Katibah Masyaariq, yang berpusat di Homs, kota di wilayah barat Suriah, sebagai kesatuan sendiri.
Melalui surat, Bahrumsyah mengabarkan perpecahan itu kepada Aman Abdurrahman dan Abu Bakar Ba'asyir. Namun, Bahrumsyah hanya menerima kekecewaan dari sikap kedua ustad itu yang mempermasalahkan pengaruh Abu Hamzah. Ba'asyir malah mewanti-wanti Bahrumsyah akan adanya intel Indonesia yang menyusup ke Katibah Nusantara.
Kepemimpinan Katibah pun tidak hanya pecah menjadi dua. Satu pendukung ISIS asal Indonesia, Bahrun Naim, juga memainkan keberpihakan sendiri dengan bersikap netral. Bahrun memutuskan pindah ke Raqqah, kemudian Manbij, tempat berkumpul pasukan ISIS asal Eropa.
Akhirnya, pelanyaluran simpatisan ISIS ke Suriah juga terpecah menjadi tiga jalur, Bahrumsyah, Abu Jandal, serta Bahrun Naim, yang datang ke Suriah paling akhir. Ketiga, bahkan bersaing untuk menunjukkan keunggulan masing-masing dengan melancarkan operasi di kampung halaman, Indonesia.
Menurut perkiraan polisi dan BNPT, teror di Jalan Thamrin Jakarta, pada Kamis, 14 Januari 2016, turut dikomandoi oleh Katibah Nusantara. Mereka menuding komando tersebut berasal dari Bahrun.
"Bahrun Naim ingin mendirikan Katibah Nusantara di Indonesia, menjadi leader ISIS di Asia Tenggara," ujar Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian.
Namun, Bahrun membantah tudingan itu melalui rekaman yang tersebar di Internet. Ia mengaku tidak tahu-menahu terkait serangan yang terjadi di dekat Mal Sarinah itu. Bahkan soal komunikasi pemberian perintah.
"La wong saya jarang online, dikira komunikasi, komunikasi dari Hong Kong apa?" katanya.
IPAC juga menyebutkan, Bahrumsyah dan Bahrun Naim sudah mempunyai plot masing-masing di Indonesia, tapi tidak termasuk serangan di Jalan Thamrin. Bahrumsyah sudah mengorder Hendro Fernando untuk menyalurkan sejumlah uang ke Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline