Kisah TKW Indonesia yang Kehilangan Satu Ginjal dan Disiksa 2 WNI di Qatar

ILUSTRASI-TKW.jpg
(MERDEKA.COM)

RIAU ONLINE - Sri Rabitah, tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia harus bersabar setelah menyadari bahwa ginjalnya tinggal satu semenjak bekerja di Qatar beberapa tahun yang lalu.

Sri mengingat bahwa sang majikannya di Qatar pernah membawanya ke meja operasi. Bermula dari 2014 lampau, saat seorang wanita menjanjikan akan memberangkatnya ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

"Waktu itu saya dijanjikan oleh orang bernama Ibu Ulfa untuk diberangkatkan ke Abu Dhabi (Uni Emirat Arab)," kata Sri dikutip dari detikcom, Senin, 27 Februari 2017.

Perempuan dari Dusun Lokok Ara, Desa Sesait, Kayangan, Lombok Utara, NTB, ini bercerita, dari desanya dia diberangkatkan ke Jakarta Timur dan ditampung di sebuah perusahaan. Namanya, kata Sri, PT Falah Rima Hudaity Bersaudara. Selama empat bulan ia tinggal di perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia itu.

Setelah lama menunggu, ternyata Sri tidak dikirim ke Abu Dhabi UEA, namun ke Doha Qatar, dia dimasukkan ke kantor perusahaan bernama PT Aljazira. Keesokan harinya, dia dijemput majikan yang akan mempekerjakannya.

"Majikan saya orang Palestina, Madam Gada namanya. Yang laki-laki namanya Ahmad," kata Sri.

Kemudian, Sri dititipkan ke rumah ibu dari Madam Gada setelah sepekan bekerja di rumah Madam Gada. Suatu hari di rumah itu, seorang kolega majikannya mengabarkan bahwa Sri akan pergi untuk melakukan pemeriksaan kesehatan di rumah sakit.

"Kata dia, Sri, besok kamu pergi untuk medikal," kata Sri yang mengaku bisa berbahasa Arab lantaran pernah empat tahun lebih bekerja di Arab Saudi ini.

Tibalah saatnya Sri untuk pergi ke rumah sakit. Sejam perjalanan menggunakan mobil, ia sampai di lokasi. Entah rumah sakit apa, Sri tak tahu. Yang jelas, di ingat betul pemasangan infus di lengannya.

"Tanpa permisi, saya tiba-tiba diinfus. Ini tumben pergi medikal (pemeriksaan -red) kok diinfus? Kata dokter, kondisi saya sedang lemah. Dia meminta saya untuk rileks dan slow saja," kata Sri.

Sri mendengar dari kejauhan, ibu dari Madam Gada berbicara dengan dokter bahwa kondisinya normal. Anehnya, Sri tiba-tiba dibawa ke suatu ruangan. Dokter mengatakan, Sri harus menjalani pemeriksaan organ tubuh.



Di ruangan itu, Sri dibaringkan di bawah lampu yang menyala sangat terang. Pisau, gunting dan jarum jahit disiapkan di sana. Kemudian, infus ditancapkan lagi. Sri terlelap, karena dia sudah tak ingat kejadian dan perlakuan apa lagi yang dikenakan ke tubuhnya.

"Setelah sadar, saya di ranjang. Ada bekas goresan pisau di perut kanan. Masih terasa sakit di pinggang sebelah kanan, seperti ada benang juga di pinggang kanan saya," kata Sri.

Sri meminta kepada dokter untuk izin buang air kecil, namun dokter tak memperbolehkannya karena kantong kencing sudah disediakan. Patuhlah Sri kepada dokter. Namun dia melihat urinenya seperti gumpalan darah. Tak lama, Sri dibawa ke ruang lainnya lagi. Ada tabung besar di ruangan itu.

"Saya dimasukkan ke tabung besar itu. Keluar dari ruangan itu, bekas jahitan di pinggang sebelah kanan saya hilang, bekas itu menjadi bersih seperti kulit semula," ujar Sri.

Dia mengingat-ingat, kira-kira total hanya sebulan dia di Qatar. Singkat cerita, Sri dipulangkan ke Indonesia. Sudah tiga tahun dia merasakan sakit yang tak kunjung reda. Sakit itu terpusat di pinggang kanannya. Sebab itu, ia tidak bisa melakukan pekerjaan dengan maksimal. Bahkan, sulit baginya untuk menggendong bayi.

Sri kemudian pergi ke dukun, sempat sembuh, tapi kumat lagi. Lantas, Sri pergi ke Puskesmas Kayangan dekat rumahna dan dirujuk ke Rumah Sakit Daerah (RSUD) Tanjung, Lombok Utara untuk menjadi rontgen.

"Dari rontgen itu baru saya tahu, ternyata ada selang di dalam tubuh saya," kata Sri.

Sri lalu dirujuk lagi ke RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk kembali menjalani rontgen. Kondisi badannya sehat, namun lagi-lagi hasilnya sama dengan sebelumnya, bahwa ada selang di tubuhnya. Selang itu adalah alat untuk mengganti ginjal kanannya. Artinya, ginjal kanan Sri sudah tidak ada. Sri baru menyadari bahwa ia hanya punya satu ginjal.

"Ternyata ginjal saya cuma satu. Dokter menjelaskan ke saya. Dia tunjukkan yang mana yang ada ginjalnya dan yang mana yang tidak ada. Ginjal kanan saya diganti oleh alat untuk bertahan, saya tidak tahu namanya tapi seperti selang yang melilit," tuturnya.

Tak hanya kehilangan ginjal kanannya, Sri Rabitah juga mengalami siksaan di negeri rantau. Ironisnya, orang Indonesia yang sebangsa dan setanah air dengannya juga ikut menyiksa Sri.

Wanita 24 tahun mengaku setelah menjalani operasi di rumah sakit itu, ia dipulangkan oleh majikannya ke PT Aljazira. Di kantor PT itu, ia dianiaya, disiksa, dipukul sampai memar, hingga ditendang.

"Di kantor PT itu saya dianiaya, disiksa, dipukul sampai memar, ditendang sampai jatuh dari tangga," tutur Sri

Sri kembali ke kantor PT itu lebih awal, sebab majikannya memang mengembalikannya. Saat dikembalikan itulah, dua orang Indonesia menyiksa Sri tanpa ampun.

"Yang nendang saya namanya Bu Yanti, agensi dari Indonesia, dari Sukabumi. Ada juga Pak Umar. Namun yang kasar sekali ini yang perempuan," kata Sri.

Entah siapa Bu Yanti dan Pak Umar yang Sri maksud, tentu ada banyak sekali nama Yanti dan Umar dari Indonesia. Namun hanya itu yang dia ingat. Dia tak akan bisa lupa kekejaman mereka.

"Dia tidak mau terima penyakit yang saya derita. Dia bilang, 'Saya cuma mau terima uang dari kamu. Nggak usah banyak sandiwara.' Banyak juga teman-teman yang disiksa, tapi nggak terlalu disiksa seperti saya. Mereka sekadar ditempeleng dan dipukul dengan buku saja. Tapi saya ditonjok dan ditendang sampai jatuh dari tangga, sampai patah tangan kiri saya," kata Sri yang mengaku tangannya sudah disembuhkan oleh seseorang di Lombok.

Kini, Sri menunggu tanggal 2 Maret 2017 untuk menjalani operasi mengeluarkan selang dari dalam tubuhnya. Operasi akan dilakukakna di RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline