RIAU ONLINE - Bung Karno sudah wafat hampir setengah abad, namun tetap hidup di hati banyak rakyat Indonesia. Agar ajaran Sang Proklamator tak luntur, seorang pria asal Surabaya, Jawa Timur berkeliling Indonesia.
Hartono, telah tiba di Denpasar Bali. Dengan tas ransel besar bertuliskan, "Back Packer Jelajah Indonesia" lengkap dengan Garuda beserta poster Bung Karno dan Sang Saka Merah Putih yang terus berkibar, Hartono menembus teriknya matahari Bali, seperti RIAUONLINE.CO.ID lansir dari Liputan6.com.
Memulai perjalanan panjangnya dari Sabang, Hartono bercerita sudah menempuh perjalanan selama empat tahun. Sudah 34 provinsi dan seluruh kota-kota besar ia datangi. "Sekarang sudah selesai. Saya mau kembali ke Surabaya," kata Hartono.
Awalnya, Hartono tak sendiri, namun bersama lima rekannya, yakni Heru, Andi, Yance, Ncis dan Dony. Sayang, Heru dan Andi harus meregang nyawa pada 2014 kala menjelajah Papua.
"Keduanya meninggal jadi korban kerusuhan di Timika. Mereka tewas terkena sumpit. Jasadnya sudah dipulangkan ke Yogyakarta dan Jakarta. Mereka berdua anak Mapala (Mahasiswa Pecinta Alam)," ucapnya.
Sedangkan, Yance, Ncis, dan Dony memutuskan untuk tidak melanjutkan penjelajahannya. "Mereka tidak kuat, akhirnya tidak melanjutkan perjalanan. Mereka memutuskan mundur di Papua," ujarnya.
Kini, Hartono harus menyudahi perjuangannya menempuh ribuan kilometer seorang diri demi mengingatkan bangsa tentang ajaran Bung Karno. "Tujuan saya hanya ingin menyampaikan pesan moral kepada anak negeri, bahwa sejarah jangan dilupakan," kata dia.
Menurut Hartono, saat ini perkembangan tekonologi yang sangat pesat telah membuat anak negeri mulai lupa dan meninggalkan pesan-pesan, nilai dan ajaran Bung Karno. Tak ingin hal itu terjadi, hati Hartono tergerak untuk menyadarkan ingatan publik.
Selama perjalanannya berkeliling Indonesia, Hartono mengaku begitu banyak suka duka yang ia alami untuk dikenang. Peristiwa merenggut dua nyawa rekannya di Papua menjadi peristiwa yang sulit terlupakan. Soal tempat tinggal, Hartono mengatakan akan rehat dimana saja saat ia merasa lelah.
"Kalau capek di hutan, ya tidur di hutan. Banyak juga ketemu binatang buas, utamanya di Sumatera. Saya pernah bertemu macan dan binatang buas lain," tutur dia.
Aksinya itu ia jalani tanpa adanya donatur. Ia menyerahkan perjalanan hidupnya kepada nasib. "Ini tanpa biaya. Kadang sih ada donasi dari orang-orang yang lewat dan peduli," ujar dia.
Jika ada tempat-tempat yang pernah disinggahi Bung Karno, di tiap kota yang dilalui, Hartono mengaku pasti menyempatkan diri untuk mengunjunginya.
Dari Bali, ia kini tengah berjalan untuk kembali ke Surabaya, tempat ia dilahirkan dan kembali berkumpul bersama keluarga yang bertahun-tahun ditinggalkannya.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline