Kelompok Santoso Terima Miliaran Rupiah dari ISIS

Tentara-Patroli-di-Poso.jpg
(VOA/Yoanes Litha)

RIAU ONLINEDana miliaran Rupiah diduga berasal dari kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dikirim ke kelompok bersenjata di bawah kepemimpinan Santoso alias Abu Wardah Santoso as-Syarqi al Indunisi. 

 

Uang miliaran Rupiah itulah kemudian digunakan sebagai biaya operasional Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso. Anggota Tim Ahli BNPT, Wawan Purwanto, mengatakan, Santoso baru sekali menerima bantuan dari ISIS tersebut. 

 

Uang tersebut, kata Wawan, dikirim melalui perbankan tradisional di Timur Tengah, dimana nama pengirim dan penerimanya tidak tercantum, akan tetapi bisa sampai ke tujuan.

 

Baca Juga: Sekitar 500 Pejuang ISIS Tewas Akibat Serangan Suriah saat Merebut Kota Palmyra

 

"Disinyalir dia sekali memperoleh tetapi nilainya lumayan, milliaran. Pengiriman perbankan tradisional dari Timur Tengah, jadi pemberi dan penerima tidak dicantumkan tetapi dijamin sampai, gerakannya tertutup," ujar Wawan, Sabtu, 26 Maret 2016. 

 

Wawan menjelaskan, seperti dikutip dari voaindonesia.com, BNPT memperoleh informasi itu dari sumber-sumber bisa dipercaya. Ia menjelaskan, Santoso memang meminta langsung bantuan keuangan kepada ISIS guna memodali operasional kelompoknya.

 

Namun, Wawan memastikan tidak ada bantuan senjata diterima Santoso dari ISIS. Menurutnya, senjata kebanyakan diperoleh kelompok ini dari rampasan, seperti menyerang patroli lalu membawa kabur senjata.

 



"Sebetulnya sudah dilarang PBB, akan tetapi diam-diam masih saja ada melakukan. Kita tahunya dari sumber-sumber tertutup dari pergerakan di Suriah maupun sumber tertutup mereka berkolaborasi dengan sejumlah pihak di Indonesia," kata pengamat intelijen itu. 

 

Polisi dan tentara terus meningkatkan perburuan terhadap Santoso. Pemerintah sendiri, kata Wawan, telah memperpanjang operasi perburuan kelompok Santoso bersandi Tinombala selama enam bulan ke depan dengan kekuatan 2.500 orang di pedalaman Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.

 

Wawan menjelaskan, kekuatan Santoso sekarang ini semakin melemah, ruang geraknya semakin sempit, dengan anggota tinggal 38 orang. Pemantauan udara dilakukan Tim Tinombala berhasil menghadang kelompok Santoso, sehingga mereka berpencar menghindari kejaran aparat keamanan.

 

Operasi Tinombala menggunakan pesawat tak berawak atau drone dan helikopter untuk menyisir hutan dari udara. Dalam operasi tersebut, kata Wawan, polisi dan tentara telah menangkap 10 orang anggota jaringan Santoso, sementara dua orang lainnya tewas.

 

Klik Juga: Lagi, ISIS Rilis Video Ancaman Lanjutan Teror 'di Jantung' Belgia

 

"Kalau senjata memang kebanyakan memang dari rampasan, menyerang ketika lagi patroli ditembak mati, kemudian membawa kabur senjatanya itu. Beberapa kali terjadi seperti itu," ujarnya.

 

Direktur Lembaga Kebijakan dan Analisis Konflik (Institute for Policy and Analysis of Conflict), Sidney Jones, mengakui Santoso memang berbahaya karena memiliki senjata dan melawan pemerintah Indonesia.

 

Tetapi meskipun ia tertangkap, tidak berarti resiko terorisme di Indonesia akan berkurang karena paling berbahaya untuk Indonesia sekarang ini adalah sel-sel di Jawa, bukan di Sulawesi. Menurutnya, ada kelompok lama yang saat ini memiliki nama baru, wajah baru karena bekerjasama dengan ISIS.

 

"Karena ada orang-orang napi teror yang ditahan dalam penjara yang keamanan maksimum. Kenapa mereka bisa pakai HP, kenapa mereka bisa bertemu dengan orang yang membawa buku tentang Suriah dan lain sebagainya, kenapa mereka tetap bisa berkomunikasi dengan orang di luar, itu agak aneh," ujarnya.

 

Lihat Juga: Seorang Warga AS Bergabung dengan ISIS, AS Mulai Selidiki

 

Santoso menjadi buron pemerintah Indonesia karena diduga bertanggung jawab atas sejumlah kasus teror. Ia dan kelompoknya bergerilya di wilayah Gunung Biru sejak Desember 2012.

 

Sebelum menggelar operasi Tinombala, Polda Sulawesi Tengah juga sempat mengejar Santoso lewat Operasi Camar-Maleo I-IV yang berlangsung pada Januari tahun lalu hingga Januari tahun ini. Namun Santoso belum berhasil diringkus.

 


Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline