Nasi Goreng Permintaan Terakhir Lutfi

Luthfi-Usai-Dimandikan.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/ZUHDY FEBRIYANTO)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Heri Wirya, ayahanda Muhammad Lutfi (9), bocah korban meninggal dunia akibat paparan asap pembakaran hutan dan lahan, menceritakan ke RIAUONLINE.CO.ID, jelang anak laki-lakinya itu menghembuskan nafasnya, Rabu (21/10/2015) subuh. 

 

Selasa (20/10/2015) lalu, cerita Heri, anaknya libur dan bangun pukul 10.00 WIB. Usai bangun, tiba-tiba dua jam kemudian Lutfi badannya demam. Ia meminta sang ibunda untuk dibelikan obat. Usai minum obat dan makan, korban tertidur hingga pukul 19.00 WIB. (Klik Juga: Lagi Korban Asap. Lutfi Hembuskan Nafas Jelang Azan Subuh

 

"Saat bangun pukul 19.00 itulah Lutfi minta dibelikan nasi goreng. Usai makan, ia kembali tidur, baring-baring lagi. Pas pukul 22.00, ia muntah-muntah di kasur, disertai kejang-kejang," kata Heri dengan terbata-bata sambil mengusap air matanya.

 

Saat muntah-muntah di kasur disertai kejang-kejang, cerita Heri, berlanjut dua jam hingga pukul 00.00. Tak mau berisiko, akhirnya Heri dan istri membawa Lutfi langsung ke Rumah Sakit Santa Maria, Rabu dini hari.

 

Setibanya di RS Santa Maria, korban langsung diberikan penanganan medis. Ia dibawa ke ruang ICU dan dipasang berbagai macam alat di sekujur tubuhnya, seperti selang infus, alat penghitung detak jantung hingga oksigen. Namun, alat-alat tersebut tak banyak membantu Lutfi. (Baca: Lutfhi Tak Punya Riwayat Penyakit Parah

 

"Selama ini, anak saya sama sekali tak pernah mengalami sakit apapun juga, apakah asma atau lainnya. Setibanya di RS Santa Maria usai muntah-muntah di kasur, berbagai alat terpasang di tubuh Lutfi," kenang Heri sambil memegang hasil rontgen bagian dada anaknya. 



 

Sebelumnya, saat bincang-bincang dengan RIAUONLINE.CO.ID, Heri Wirya tak mampu membendung air matanya saat menceritakan saat anak kesayanganya, Ramadhani Lutfi Aerli (9), menghembuskan napas terakhirnya, Rabu (21/10/2015), jelang azan Salat Subuh berkumandang. 

 

Para sanak saudara, tetangga dan handai taulan, silih berganti mendatangi rumah serta menghibur keluarganya. Padahal, keceriaan anak laki-laki Heri ini masih terbayang-bayang di dalam pikirannya saat ia bersekolah Senin (19/10/2015). (Baca Juga: Selamat Jalan Hanum, Gadis Kecil Korban Ganasnya Asap Riau

 

Data RIAUONLINE.CO.ID, Lutfi menjadi korban ketiga akibat asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), setelah sebelumnya menimpa Muhanum Anggriawati (12) dan Muhammad Iqbal, PNS Kementerian Agama di Pekanbaru. 

 

Heri menceritakan, Selasa (20/10/2015), bocah laki-laki itu tidak sekolah usai Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru meliburkan proses belajar-mengajar selama dua hari, Selasa dan hari ini, Rabu (21/10/2015). Lutfi baru bangun dari tidurnya sekitar pukul 10.00 WIB. (Klik Juga: Mukhlis: Anak Saya Gagal Pernapasan

 

Tak lama kemudian, dua jam berselang, Lutfi mengeluhkan badan panas. Korban lalu meminta tolong ke ibunya untuk dibelikan obat. Usai dibelikan obat, Lutfi tertidur hingga pukul 19.00. 

 

Pada 10 September 2015 lalu, gadis kecil bernama Muhanum Anggriawati (12), menjadi korban kerakusan dan ketamakan perusahaan kayu serta sawit saat membuka lahan dengan cara membakarnya. Meninggalnya Hanum, biasa ia dipanggil, mendapat empati warga Pekanbaru. 

 

Hanum, menghadap Sang Khalik Kamis (10/9/2015), sekitar pukul 13.00 WIB, usai dirawat selama empat hari di ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad, Pekanbaru. Hanum merupakan anak pertama Mukhlis, wartawan Harian Vokal. (Lihat Juga: Kembali, Jokowi Berjanji 2 Pekan Api Padam

 

"Hanum sulit bernafas akibat kabut asap yang semakin pekat. Hanum tumbang saat bermain dan tak sadarkan diri lagi. Kami dimaklumkan terjadi penumpukan lendir di tenggorokan dan paru-parunya, sehingga perlu mendapat perawatan intensif dari dokter ICU RSUD Arifin Achmad, tempat ia dirawat," kata Pemimpin Redaksi Harian Vokal, Eka Putra Nazir, Kamis (10/9/2015), kepada RIAUONLINE.CO.ID

 


Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline