SEORANG pegawai mengenakan masker akibat hari yang penuh kabut asap di Singapura, Kamis (10/9/2015). Asap kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan di Pulau Sumatera.
(VOAINDONESIA.COM/AP)
RIAUONLINE, PEKANBARU – Asap tebal sisa kebakaran hutan dan lahan di Sumatera kini berimbas ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Kabut asap pekat kini telah memperburuk kualitas udara di negara tersebut. Indeks Standar Pencemaran Udara yang ada di Kuala Lumpur menunjukkan status Tidak Sehat dengan angka ISPU 117-146 PSI, sedangkan Serawak berada pada status Tidak Sehat dengan angka ISPU 126-156 PSI. Untuk Singapura sendiri berstatus Sedang dengan angka ISPU 81-92 PSI.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan hari ini hampir 65 persen wilayah Sumatera tertutup asap. Bahkan wilayah selatan-barat daya Malaysia tertutup asap pekat. (KLIK JUGA: Bagaimana Rasanya Malam Minggu dengan Udara Berbahaya?)
“Pada pagi hari jarak pandang Pekanbaru, Rengat, Dumai semuanya 100 meter. Sore hari mulai membaik 1 km. Kualitas udara di Sumatera dan Kalimantan yang terpapar asap masih tidak sehat hingga berbahaya,” tutur Sutopo dalam Rilisnya, Sabtu (12/9/2015) malam. (BACA JUGA: Selamat Jalan Hanum, Gadis Kecil Korban Ganasnya Asap Riau)
Sementara itu untuk hotspot di Sumatera hingga Sabtu malam ada 833 titik yang tersebar hampir di seluruh Provinsi se-Sumatera. Sebaran konsentrasinya antara lain di Sumatera Selatan 621 titik, Jambi 100 titik, Bangka Belitung 45 titik, Lampung 25 titik, Riau 14 titik, Bengkulu 10 titik, Sumatera Barat 12 titik, Kepulauan Riau lima titik. Untuk di Kalimantan terdapat 353 titik panas yaitu, Kalimantan Selatan 110 titik, Kalimantan Tengah 107 titik, Kalimantan Timur 130 titik, Kalimantan Barat satu titik, dan Kalimantan Tenggara lima titik.
Ribuan masyarakat di berbagai daerah di sumatera melakukan sholat Istisqa untuk mohon hujan. Di sosial media kini merebak ajakan masyarakat menaruh ember diisi air dan garam di atap rumah. Cara ini dipercaya dapat membantu percepatan proses terjadinya hujan. Hal ini dibantah Sutopo. Menurutnya untuk membentuk uap air hingga terkondensasi diperlukan massa uap air yang banyak. Dinamika atmosfer sangat menentukan hujan suatu wilayah. (BACA: BPBD Dirikan Posko Kesehatan di 5 Titik)
“Tidak semudah itu membuat hujan dari penguapan air asin dari jutaan ember sekalipun Ini adalah informasi yang menyesatkan jadi harap untuk itu tidak usah ikut menyebarkan berita tersebut,” tandasnya.