Pangeran Diponegoro Juga Bernazar Potong Rambut

Potong-Rambut.jpg
(INTERNET)

RIAUONLINE Tahukah Anda, nazar potong rambut alias gundulkan rambut, ternyata sudah dikenal sejak zaman dahulu kala di nusantara. Para pahlawan nasional dan raja kerajaan zaman dulu memotong rambutnya usai melaksanakan misi dan itu berhasil. 

 

Di masa lalu, tutur Anthony Reid, laki-laki dan perempuan Asia Tenggara menghargai rambutnya seperti mencintai kepalanya. Rambut merupakan suatu lambang dan petunjuk diri yang menentukan.

 

Tak heran jika hingga kurun niaga (abad ke-17), laki-laki dan perempuan didorong untuk menumbuhkan rambut sepanjang dan selebat mungkin.

 

“Oleh karena itu,” tulis Reid dalam Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680, “memotong rambut lebih merupakan pengorbanan.”

 

(Klik Juga: H Agus Salim: Alhamdulillah, Adik Saya Punya Agama Baru, Katolik)

 

Misalnya, pemotongan rambut kawula, terutama perempuan istana, setelah mangkatnya seorang raja sebagaimana dilaporkan di Aceh, Patani, Siam, dan Johor pada abad ke-17. Pemotongan rambut ini, “secara simbolis mewakili pengorbanan yang di zaman pra-Islam mungkin harus menyita jiwa manusia.”

 

Begitu pula dengan sang raja. Upacara pemotongan rambut panjang Aru Palakka pada 1672 setelah kemenangannya atas Makassar dan rambut Susuhunan Pakubuwono I pada 1715 “mungkin bisa diterangkan dalam hubungannya dengan sumpah berkorban setelah beroleh rahmat tuhan.”



 

Aru Palakka merupakan raja Bone yang meloloskan diri ketika kerajaan Makassar menyerang kerajaan Bone untuk menguasai pelayaran di Indonesia Timur dan produksi beras Sulawesi Selatan.

 

Aru Palakka, bersekutu dengan Kompeni, menghancurkan kerajaan Makassar. Aru Palakka mencukur rambutnya di atas Gunung Cempalagi, Bone, Pulau Selebes (Sulawesi).

 

Menurut Muhammad Yamin dalam Sedjarah Peperangan Dipanegara: Pahlawan Kemerdekaan Indonesia, mencukur rambut seusai mendapat kemenangan adalah adat bagi pahlawan peperangan yang bernazar.

 

(Baca Juga: Bupati Toeloes, Chairil Anwar, dan Pembantaian Ribuan Warga Rengat

 

Selain Aru Palakka, Pangeran Diponegoro pernah bernazar akan menggunduli kepalanya jika meraih kemenangan dalam peperangan. 

 

“Sebelum berjuang di kaki Gunung Merapi, Dipanegara berjanji di Rejasa akan mencukur rambutnya menjadi gundul, jikalau mendapat kemenangan dalam perjuangan,” tulis Yamin.

 

“Setelah sembahyang Jumat, maka Dipanegara serta diturut oleh segala pahlawan, Senapati dan Rakyat yang setia menggundulkan kepalanya, sebagai memenuhi nazar yang telah dibuatnya. Semenjak itu maka balatentera Dipanegara memakai rambut pendek.”

 

Pada masa perang kemerdekaan, Sutomo alias Bung Tomo, pengobar Pertempuran Surabaya 10 November 1945, juga pernah bernazar tidak akan mencukur rambutnya yang gondrong sebelum Indonesia benar-benar merdeka.

 

Bung Tomo menunaikan nazarnya. “Ini sangat menggerakkan semangat pemuda untuk mencurahkan seluruh jiwa raganya kepada perjuangan kemerdekaan,” tulis S. Sulistyo Atmojo dalam Mengenang Almarhum Panglima Besar Jenderal Soedirman, Pahlawan Besar Vol. 1.

 


Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline

 

Sumber: historia.id