RIAUONLINE, PEKANBARU – Cerita sedih dan menyanyat hati disampaikan Shella, sahabat satu kos Syariah, tamatan sebuah sekolah menengah di Ranai, Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.
Syariah, kata Shella, pada hari naas itu, Selasa (30/6/2015), seharusnya ia tak jadi korban jatuhnya pesawat Hercules di Medan. Hari itu, Syariah sudah memesan tiket pesawat komersil untuk pulang ke Natuna.
Namun, Syariah terlambat datang ke Bandara Sultan Syarif Kasim II (SSK II), Pekanbaru. Pesawat yang rencananya berangkat pukul 06.00 WIB, sudah bersiap-siap hendak take off.
(KLIK : Papa Bobok di Sana Ma, Terus Kapan Bisa Ketemu Lagi)
“Sementara barang-barang penumpang sudah masuk pesawat. Setibanya di bandara, Syariah menangis karena terlambat” ujar teman sekamar Syariah lainnya, Zaleha, saat bincang-bincang dengan RIAUONLINE.CO.ID, Kamis (2/7/2015).
Ia menjelaskan, Syariah ke Bandara ditemani tantenya berusaha untuk berangkat hari itu ke Natuna. Keduanya kemudian menjumpai pihak berwenang di Lanud Roesmin Nurjadin, agar diizinkan bisa jadi penumpang di pesawat militer itu.
"Saat itu Syariah menangis hendak pulang ke Ranai-Natuna, Kepulauan Riau," kata Zaleha.
(KLIK : Pak, Jangan Bawa Ainul Ya Pak)
Padahal, sehari sebelum keberangkatan Syariah, Senin (29/6/2015), Shela menuturkan, Syariah mengikuti tes masuk menjadi perawat di Sekolah Tinggi Kesehatan (Stikes) Hangtuah, di Jalan Mustafa Sari, Belakang Hotel Mayang Garden, Pekanbaru.
Selama bergaul, tuturn Shela, almarhumah anak yang ceria dan senang bercanda. Namun, saat sahur bersama di hari keberangkatannya, Selasa naas itu, Syariah tidak seperti biasanya.
(KLIK : Pupus Sudah Keinginan Anan Jadi Ahli Kehutanan)
"Ia lebih banyak diam sambil menundukkan kepalanya," cerita Shela mengenang sahur terakhir mereka.