Pesawat Hercules yang Jatuh Hasil Barter Agen CIA

Hercules-Pesawat.jpg
(INTERNET)

RIAUONLINE - Pesawat Hercules yang jatuh di Jalan Djamin Ginting, Medan, Selasa (30/6/2015) dengan menewaskan sekitar 113 penumpangnya, ternyata punya cerita tersendiri saat didatangkan dari Amerika Serikat, negara pabrikannya.


Berikut ceritanya yang RIAUONLINE.CO.ID sarikan dari berbagai sumber untuk Anda pembaca setia kami.

 

Sejak diproduksi pada 1954, Hercules C-130 sama sekali tak pernah dijual hingga Indonesia memilikinya secara cuma-cuma pada 1959.

 

Pesawat angkut militer raksasa ini diberikan Presiden Amerika Serikat kala itu, John F Kennedy, memohon-mohon kepada Presiden Soekarno, untuk melepas Alan Pope, pilot yang tertangkap usai menerbangkan pesawat gunakan mendukung Permesta.

 

(BACA Inilah Pesan Terakhir Serda Ainul Abidin)

 

Alan Pope merupakan agen Central Intelligence Agency (CIA) yang disusupi guna membantu pemeberontakan PRRI/Permesta, 1958.

 

Sayangnya, saat membawa logistik persenjataan buat prajurit Permesta di udara Maluku, tepatnya di Pulai Morotai, pesawat Indonesia mampu melacak dan mengejar pesawat dipiloti Alan Pope itu.

 

Ketika itu, Kapten Pnb Dewanto, berhasil menembak jatuh pesawat Alan Pope. Di dalam pesawat ditemukan berbagai logistik persenjataan dan Alan Pope ditangkap prajurit di daratan.

 

Bung Karno tadinya dikerjai Amerika, sekarang balas mengerjai Amerika. Bung Karno sadar, tertangkapnya Allen Pope mendongkrak posisi tawar Indonesia di hadapan Amerika. Cerita selanjutnya adalah bagaimana Presiden D. Dwight Eisenhower alias Ike dan John F. Kennedy jadi repot dibuatnya.


Guna membujuk Soekarno, Presiden JFK, panggilan John F Kennedy, membujuk Bung Karno, untuk melepaskan Pope. Namun, Bung Karno cerdik. Ia melakukan negosiasi tarik ulur.

 

(Baca Berikut 10 Nama Prajurit Paskhas 462/Pulanggeni)

 

Di masa D. Dwight Eisenhower (Ike), negosiasi berlangsung alot. Bung karno tak suka gaya Ike. Tidak hanya cuma menuntut Amerika mesti minta maaf, melainkan juga masih ada sederet permintaan lain bikin Amerika “maju kena mundur kena”.

 

Eisenhower minta Indonesia melepaskan pilot Allen Pope. Tapi Bung Karno tidak mau melepas begitu saja dengan gratis. Pilot itu adalah kartu truf-nya.

 

Bagaimana tidak? Soalnya kalau tidak segera diselamatkan, bisa-bisa pilot itu buka mulut tentang info rahasia yang berkaitan dengan permainan CIA.



 

Peristiwa tertangkapnya Allen Pope adalah tamparan bagi Amerika. Itu mungkin terwakili dalam kalimat Allan Pope ketika tertangkap. Setelah pesawat B-26 yang dipilotinya jatuh dihajar mustang AU dan kapal pemburu AL, komentar Pope,

 

Biasanya negara saya yang menang, tapi kali ini kalian yang menang”. Setelah itu dia masih sempat minta rokok.

 

(BACA : Isak Tangis Pecah di Keluarga Serda Ainul Abidin

 

 

Taktik kotor itu jadi gunjingan internasional. Tanpa ampun, kedok Amerika dengan CIA-nya berhasil dibuka Indonesia, lengkap dengan bukti-bukti telak. Amerika terpaksa berubah 180 derajat menjadi baik pada Soekarno. Semua operasi CIA untuk mengguncang Bung Karno (untuk sementara) dihentikan.

 

Amerika berusaha mati-matian minta pilotnya dibebaskan. Segala cara pun mulai dilakukan untuk mengambil hati Bung Karno. Eisenhower mengundang Soekarno ke AS bulan Juni 1960. Lalu Soekarno juga diundang John Kennedy di bulan April 1961.

 

Di balik segala alasan diplomatik tentang kunjungan itu, tak bisa disangkal itu semua buntut dari cara Bung Karno memainkan kartunya terhadap Amerika.

 

Selama periode itu, Bung Karno main tarik ulur dengan pembebasan Pope. Tarik ulur itu berjalan alot. Karena Bung Karno ogah melepaskan Pope begitu saja. Bung Karno sengaja berlama-lama “memiting leher” Allan Pope sebelum Amerika meng-iya-kan permintaan Indonesia. Amerika mati kutu.

 

Tak ada jalan lain. Negosiasi pun segera dimulai. Negosiasi alot yang memakan waktu 4 tahun, sebelum akhirnya Allen Pope benar-benar bebas.

 

Dimulai dengan Ike atau Eisenhower yang membujuk, merayu dan mengundang Bung Karno ke Amerika. Namun sesudahnya Bung Karno tetap tidak mau tunduk diatur-atur Ike. Situasi mulai berubah sedikit melunak setelah kursi kepresidenan AS beralih ke John F. Kennedy.

 

John Kennedy tahu, kepribadian Soekarno sangat kuat dan benci di-dikte. Karena itu dengan persahabatan dia mampu “merangkul” Soekarno. “Kennedy adalah presiden Amerika yang sangat mengerti saya”, kata Bung Karno.

 

Dengan John, negosiasi mulai mengarah ke titik terang. Berkaitan itu pula, John mengirim adiknya Robert Kennedy ke Jakarta. Robert membawa sejumlah misi, diantaranya: “bebaskan Pope”.

 

John Kennedy tahu, kepribadian Soekarno sangat kuat dan benci di-dikte. Karena itu dengan persahabatan dia mampu “merangkul” Soekarno. “Kennedy adalah presiden Amerika yang sangat mengerti saya”, kata Bung Karno.

 

Dengan John, negosiasi mulai mengarah ke titik terang. Berkaitan itu pula, John mengirim adiknya Robert Kennedy ke Jakarta. Robert membawa sejumlah misi, diantaranya: “bebaskan Pope”.

 

Dari berbagai literatur sejarah diceritakan, Buat Bung Karno, pilot itu dibebaskan atau tidak dibebaskan, hasilnya sama saja. Ini tidak akan membuat korban-korban bom si pilot bisa hidup kembali. Jadi kenapa tidak memanfaatkan saja ketakutan Amerika yang ciut kalau pilot itu buka mulut?

 

(BACA : Danlanud Roesmin Nurjadin Turut Berduka Cita

 

Bung Karno memainkan kartu trufnya. Indonesia betul-betul sengsara dan kelaparan, jadi butuh uang dan nasi. Indonesia sedang bertempur melawan Belanda untuk merebut Irian Barat, butuh senjata, sejumlah perangkat perang dan armada tempur.

 

Permintaan Bung Karno itu tentu saja tidak disampaikan dengan cara mengemis. Tapi dengan cara menyeret Amerika untuk membuat interpretasi diplomatik. Mau tidak mau, isyarat diplomatik Soekarno bikin Amerika harus bisa membaca yang tersirat di balik yang tersurat.

 

Dibanding Ike alias Eisenhower, John Kennedy lebih peka membaca isyarat itu. Itulah yang dimaksud Bung Karno bahwa John Kennedy mengerti dirinya. Kennedy tidak cuma sekedar mengundang Bung Karno ke Amerika untuk plesiran. Tapi juga ada tindak lanjut nyata di balik undangan diplomatik itu.

 

John paham Indonesia butuh perangkat perang untuk merebut Irian Barat. Di antaranya armada tempur. Karena itu diajaknya Bung Karno mengunjungi pabrik pesawat Lockheed di Burbank, California. Di sana Bung Karno dbantu dalam pembelian 10 pesawat hercules tipe B, terdiri dari 8 kargo dan 2 tanker.

 

Hasilnya? Hercules dari Amerika, menjadi cikal bakal lahirnya armada Hercules bagi AURI (armada yang kelak ikut bertempur merebut Irian Barat).

 

Bung Karno bisa membuat Amerika menghentikan embargo. Lalu menyuntik dana ke Indonesia. Juga beras 37.000 ton dan ratusan persenjataan perangkat perang. Kebutuhan itu semua memang sesuai dengan kondisi Indonesia saat itu.

 

Ternyata begini ini yang namanya negosiasi tingkat tinggi. Akhirnya Allen Pope dibebaskan secara diam-diam oleh suatu misi rahasia di suatu subuh, Februari 1962.