Kawasan Inti Taman Nasional Tesso Nilo Terbakar

TNTN-Terbakar.jpg
(TIMSATGAS KARHUTLA FOR RIAUONLINE.CO.ID)

RIAU ONLINE, PANGKALAN KERINCI - Areal inti konservasi Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) kini terancam akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang semakin meluas. Selama beberapa pekan ini, areal penyangga terbakar. 

Kepastian ini diperoleh usai Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, terbang menggunakan helikopter di atas kawasan TNTN saat hendak menuju lahan terbakar di Kecamatan Langgam, Pelalawan. 

"Tadi kita terbang di atas TNTN cukup parah di buffer (zona penyangga) dan keliatan sudah mulai masuk ke bagian tengah," kata Siti kepada awak media di Pelalawan, Selasa, 13 Agustus 2019.

Siti Nurbaya terbang tak sendiri. Bersamanya, ikut terbang Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian serta Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo, dan Gubernur Riau Syamsuar.



Rombongan terbang menggunakan helikopter dari Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin Kota Pekanbaru dan bergerak ke arah timur, termasuk Pelalawan serta mengitari TNTN hingga kini babak belur dihajar kebakaran.

Siti menjelaskan, KLHK fokus menangani masalah di TNTN sejak 2016 silam, terutama okupasi dilakukan para pendatang secara ilegal. Hingga kini, tuturnya, kawasan TNTN telah dizonasi kelompok tertentu.

Bahkan, Siti blak-blakan menyebut lebih dari 8.000 kepala keluarga telah mendiami TNTN. Pemerintah, katanya, tengah berupaya melakukan penataan, meski pada akhirnya langkah penegakan hukum yang akan menjadi fokus utama penanganan sengkarut di taman nasional itu.

TN Tesso Nilo adalah kawasan konservasi berfungsi sebagai habitat asli satwa endemik gajah sumatera (elephas maximus sumatranus). Awalnya, luas TN Tesso Nilo adalah 38.576 hektare (ha) berdasarkan surat keputusan menhut No.255/Menhut-II/2004.Kemudian kawasan konservasi itu diperluas menjadi 83.068 ha dengan memasukkan areal hutan produksi terbatas berada di sisinya.

Berdasarkan SK No.663/Menhut-II/2009. Namun, kerusakan yang terjadi di kawasan itu akibat perambahan sudah sangat massif yang mengubah bentang alam hutan menjadi perkebunan kelapa sawit.