(Imelda)
Jumat, 26 Juli 2019 09:27 WIB
(Imelda)
RIAUONLINE, PERAWANG - Tugas rutin sehari-hari beratapkan sinar matahari terik, masuk ke wilayah berbahaya bukan saja karena apinya, tetapi perjuangan menempuh jalur yang dilalui menguras tenaga ekstra plus pakaian khusus yang cukup berat, seperti ransel dengan persiapan makanan dua hari serta topi dan penutup muka dan baju yang sering didominasi warna oren ini, sudah menjadi hal biasa bagi regu kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Tim ini harus tetap melakukan proses yang sangat rumit untuk bisa sampai ke hutan atau lahan belantara baik melalui jalur udara atau bahkan loncat dari heli kopter dan juga lewat jalur darat dengan tahapan tindakan rekasi cepat yang menarik untuk perlu disimak oleh masyarakat umum.
Jika selama ini masyarakat secara umum sudah mengetahui tugas dan fungsi team pemadam kebakaran membawa mobil tanki air dan tiba di tempat melakukan penyemprotan dengan hanya pipa besar, ternyata beban petugaas reaksi cepat Karhutla ini perlu keahlian yang tidak saja mengandalkan kekuatan fisik yang fix, namun keberanian yang mantap untuk terjun di wilayah yang sulit dijangkau serta kemungkinan untuk tidak pulang akibat rintangan yang sangat besar di tengah hutan.
Demikian yang dikisahkan seorang petugas kebakaran tim reaksi cepat Asia Pulp & Paper Sinar Mas Ardi Tarigan (24), yang usai latihan simulasi RPK APP Sinar Mas Kamis (25/7) menuturkan kisahnya saat melakukan tugas sekitar 2 minggu lalu saat memadamkan api bersama rekannya.
Ardi Nata Tarigan, menuturkan kisahnya saat pengalaman timnya kehilangan kontak dengan pusat komando karhutla atau situation system room APP Sinar Mas yang terletak di markas besar Perawang sehingga bersama seorang temannya ia harus bermalam di tengah hutan.
Pri berkulit sawo matang dan bertubuh ramping ini mengatakan hal itu terjadi saat memadamkan api dipantau dan di survey ada titik api akibat pemabakaran lahan warga yang berlokasi di Kabupaten Bengkalis.
"Kejadian itu kira-kira dua minggu lalu, kami ditugaskan memadamkan api di Kabupaten Bengkalis. Ketika itu sudah pukul 5 sore dan harus melakukan tugas sampai tuntas. Oleh karena helikopter tidak bisa terbang malam karena bahaya melakukan terbang malam karena jarak pandang helikopter terbatas, maka kami harus menginap di tengah hutan,"ujarnya.
Tugas itu dilakukannya juga ketika Pemerintah Provinsi Riau menetapkan status siaga darurat karhutla atau saat menemukan titik api. Teamnya harus tanggap dan cepat mencegah kebakaran di wilayah dan sekitar wilayah konsesi.
'Kami tahu bahwa helikkopter tidak mungkin menjemput kami, karena sudah malam. Jadi kami harus menunggu tim distrik menjemput kami dengan menunggu untuk menemukan keberadaan kami melalui jalur darat,"paparnya.
Selang waktu sekitar jam 6 hingga jam 10.00 WIB malam, sinyal hanphone mati total sehingga distrik jalur darat sulit menemukan keberadaan Ardi. Sementara sejak waktu itu tim distrik terus melakukan upaya menemukan keberadaan mereka, dengan menurunkan sepeda motor x trail karena sulit dijangkau dengan mobil. Namun hasilnya sempat nihil beberapa jam, hingga akhirnya sekitar pukul 10.00 WIB malam pantau sinyak kembali bisa menemukan Ardi dan temannnya. Hanya saja team jalur darat tidak bisa untuk masuk ke tempat kebaradaan Ardi t karena sudah malam.
Hal keberadaan Ardi sudah ditemukan lokasinya tersebut, dikatakan Fire Operation management Head PT Arara Abadi Deny Widjaya yang juga didampingi koordinator team RPK APP Sinar Mas Sangga Saprianto. Deny memastikan Ardi ditemukan dan baru pulang ke rumah dengan selalu memantau keberadaan Ardi yang bergantian tidur di tengah hutan bersama temannya.
"Ketika sinyal dapat saya juga bisa pulang dan tetap memantau Ardi, dari rumah dan kami justru lebih tidak bisa tidur. Mengingat mereka masih di dalam hutan,"jelasnya.
"Untuk memastikan saving bateray HP tersedia, kami sepakat mematikan handphone karena tak ada sinyal agar besok pagi bisa menghubungi tim situation room," tutur Ardi lagi.
Ketika ditanya bagaimana ia bisa tidur dan bertahan di tengah hutan belantara tersebut, dengan sikap yakin ia menjelaskan dengan yakin bahwa bekal Team Reaksi Cepat dibekali ransel yang berisikan kantong tidur, air minum dan persediaan makanan yang cukup untuk dua hari.
"Kita tidur di "hotel", jelasnya sambil menunjuk ransel yang berisikan kantong tidur yang teamnya sebut "hotel". Secara bergatian mereka tidur melewati malam di hutan belantara Bengkalis.
"Kami makan snack yang sudah ada dibawa dalam ransel juga dan buat api unggun untuk cegah datangnya binatang buas dan bergantian tidur sampai pagi, "paparnya.
Paginya langsung kami nyalakan handphone dan saya memanjat pohon akasia yang tingginya sekitar dua meter untuk mendapatkan sinyal. Akhirnya bisa contact lagi dan dijemput," katanya.
"Mereka harus berjaga dan tidur secara bergantian agar bisa istirahat yang cukup," ujar Deny. Pagi harinya tim distrik menjemput mereka kembali degan heli,"ujarnya.
Ardi mengaku melewati malam tersebut juga dengan kehawatiran. rasa deg-degan tetap menyelimuti jiwanya. Namun kesadaran berpikir ia jaga sepanjang di tengah hutan tersebut dan juga berdoa."Sebab hutan yang mereka masuki masih ada binatang buasnya."Saya pernah melihat beruang hitam saat tugas," ungkap Ardi.
Menurut Sangga, bahwa sekitar 8 hari lalu ketika melakukan tugas wilayah tugas mereka memadamkan api menemukan onggokan kotoran yang masih panas. Diduga itu merupakan salah satu kotoran binatang buas karena wilayah di sekitar Giam Siak kecil masih wilayah keberadaan Harimau.
"Sehingga ketika berada di wilayah-wilayah tersebut, maka temanya harus memastika keselamatan personilnya terlebih dahulu ketika menemukan tanda-tanda bahaya seperti menemukan kotoran binatang di hutan," jelasnya.
Manager Media Relation Emmy Kuswandari mengatakan secara nasional APP keberadaan team reaksi cepat sejak tahun 2016 hingga kini telah mampu menekan kebakaran secara signifikan yakni 80 persen.
Hingga akhir 2018, APP Sinar Mas telah berhasil menurunkan angka kebakaran hutan hingga mendekati target zero fire pada periode berjalan. Kini hanya 0,07% dari seluruh area konsesi pemasok APP Sinar Mas yang terdampak api akibat kebakaran. (Imelda Vinolia)