RIAU ONLINE, PEKANBARU - Ditangkapnya 3 pedagang yang memperjualbelikan satwa langka di Pasar Palapa Pekanbaru merupakan peran penting dari salah satu Civil Society Organization (CSO), Scorpion Monitoring. CSO ini merupakan pelapor yang melaporkan adanya praktik jual beli satwa langka di Pasar Palapa kepada Polda Riau.
Senior Investigator dari Scorpion Monitor, Marison Guciano mengatakan sebelum dirinya melaporkan adanya praktik jual beli satwa langka di Pasar Palapa Pekanbaru, ia bersama tim terlebih dulu melakukan investigasi lapangan selamadua2 minggu. Investigasi dilakukan untuk memastikan satwa apa saja yang dijual, dari mana asalnya dan seberapa sering siklus penjualan berjalan di pasar tersebut.
BACA JUGA : Polisi Tangkap 8 Binatang Dilindungi dari Pasar Palapa
"Kita melakukan investigasi dengan menurunkan beberapa orang secara bergantian rutin hampir setiap hari untuk memastikan berapa jumlah satwa langka yang ada di pasar tersebut. Pada awal investigasi kita menemukan 10 kukang dan satu elang yang merupakan satwa langka," terang Marison kepada RIAUONLINE.CO.ID, Sabtu (27/2/2016).
Senior investigator yang berasal dari Jakarta ini langsung turun untuk melihat kondisi satwa langka yang ada di Pekanbaru. Hasilnya, ia menemukan keadaan pasar binatang yang ada di Pekanbaru ini sangat memprihatinkan dan buruk.
"Harus digarisbawahi bahwa dari investigasi yang kita lakukan selama beberapa minggu ini kita melihat Pasar Palapa ini sangat buruk sekali," pungkasnya.
Dari hasi investigasi tersebut, ia menemukan fakta, pasokan satwa langka kebanyakan dijual di Pasar Palapa Pekanbaru berasal dari Kawasan Taman Nasional Rimbang Baling yang berada di Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar.
"Informasi kita terima ini nantinya akan kita selidiki kembali ke lapangan apa benar daerah tersebut menjadi sumber pasokan satwa langka ini. Lalu juga ada kita mendapat informasi soal perdagangan satwa langka online di Pekanbaru, namun sekarang masih kita selidiki lebih lanjut karena ini sedikit lebih panjang investigasinya," kata Marison usai memantau kondisi delapan satwa berhasil diamankan.
Kebanyakan satwa langka ini dijual dan dibeli oleh orang-orang sesuai kebutuhannya masing-masing. Harganya disesuaikan dan beragam sesuai dengan kelangkaannya. Ada yang digunakan untuk peliharaan, hobby, obat bahkan digunakan untuk kegiatan yang sifatnya klenik dan mistis.
KLIK JUGA : Peternak Ikan Rugi Rp 12,5 Miliar saat Banjir di Kampar dan Kuansing
Ia menjelaskan, dari informasi kita terima harga Siamang sekitar Rp 2 juta per ekornya, Kukang Rp 300 ribu dan di sana juga disediakan jasa pemotongannya langsung.
Harga potongnya Rp 150 ribu. Kukang biasanya dipakai untuk upacara dan kegiatan sifatnya mistik seperti pengasihan. Itu yang diambil tulangnya dan minyak kukangnya. Makanya praktik ini jika terus dibiarkan akan sangat berbahaya bagi perkembangbiakan satwa langka.
Scorpion Wildlife Trade Monitoring Group adalah Organisasi non Pemerintah yang dibentuk untuk menghentikan perdagangan hewan langka. Scorpion didirikan sejak 12 Mei 2015 oleh sekelompok orang Indonesia yang ingin membantu penyelamatan satwa liar kita yang masih tersisa.
"Tugas Kami adalah melakukan investigasi pada perdagangan satwa liar ilegal dan legal saat ini mewabah di negara kita ini. Kami kemudian menggunakan informasi dan foto-foto kami kumpulkan disampaikan kepada kantor-kantor BKSDA dan meminta mereka untuk mengambil tindakan yang tepat," pungkasnya.
Selanjutnya Scorpion menindaklanjuti dan memantaunya guna memastikan mereka telah mengambil tindakan. Organisasi ini ingin mendengar dari siapapun melihat satwa liar dijual di pinggir jalan atau di pasar di mana saja di Indonesia.
"Silakan mengambil foto dan mengirimkannya kepada kami dengan catatan singkat tentang tempat dan tanggal diambil," tandas Marison.
Simak berita Jual Beli Binatang Dilindungi dengan klik di sini.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline