RIAU ONLINE, JAKARTA - Kabut asap akibat kebakaran hutan di Indonesia diperkirakan akan berlangsung hingga tahun depan. Asap yang ditimbulkan telah menyebar di seluruh Asia Tenggara dan meluas ke daerah-daerah baru. Keadaan ini sepertinya tidak akan reda sampai awal Tahun 2016. Demikian perkiraan para ahli, Senin (19/10/2015).
Saat ini, pemerintah telah menghadapi tekanan yang meningkat dari negara-negara tetangga untuk menanggulangi krisis "kabut asap" tahunan, yang disebabkan oleh praktik-praktik pembakaran lahan, terutama di Sumatera dan Kalimantan. (BACA JUGA: Udara Berbahaya, Pelajar Diliburkan Dua Hari)
Indonesia telah gagal memadamkan api, dengan "titik-titik api" yang meningkat di bagian timur dan para pejabat industri serta analis memperkirakan asap baru akan hilang awal 2016.
"Mungkin baru akan hilang Desember dan Januari," ujar Herry Purnomo, ilmuwan di Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR).
Menurutnya, titik-titik api telah mencapai Papua, wilayah yang biasanya tidak terjangkau api yang menyebar. "Ini karena orang-orang membuka lahan pertanian baru, seperti kelapa sawit," ujarnya.
Seorang pejabat senior di sebuah perusahaan yang aktif di wilayah hutan Indonesia mengatakan asap mungkin akan berlangsung sampai Maret.
Indonesia biasanya memasuki musim hujan bulan Oktober dan November, namun tahun ini diperkirakan akan menghadapi kondisi kering El Nino yang meoderat, yang akan menguat sampai Desember dan mungkin menghambat upaya-upaya untuk mengatasi api.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah membuat beberapa perkiraan mengenai kapan kebakaran hutan akan diatasi, namun banyak diantaranya telah lewat, dan tanggal target terbaru mereka adalah awal November. (KLIK: Kabut Asap, IDAI Surati Pemerintah Peduli Terhadap Anak)
Di lapangan, satelit-satelit badan antariksa AS (NASA) mendeteksi 1.729 peringatan api di seluruh Indonesia Rabu pekan lalu, lebih banyak dari hari apa pun dalam dua tahun terakhir.
Sekitar setengah dari kebakaran yang terjadi minggu lalu ada di lahan gambut yang kaya karbon, sebagian besar di Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Tengah, Sulawesi dan Papua.
Presiden Joko Widodo telah meningkatkan upaya-upaya pemerintah untuk menanggulangi kabut asap dalam minggu-minggu terakhir, beberapa kali mengunjungi daerah-daerah yang paling parah terkena asap, dan meminta negara-negara lain untuk membantu. Tapi semua upaya itu tidak begitu membawa hasil.
"Kita semua tahu bahwa daerah-daerah yang terbakar sekarang meluas di luar kondisi-kondisi normal," ujar Presiden kepada wartawan, Minggu (18/10/2015).
"Upaya-upaya untuk memadamkan api sekarang sedang berlangsung, baik dari darat maupun udara. Kita harus bersabar karena wilayah yang terbakar sekarang meluas," tandasnya seperti dilansir VOA Indonesia.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline