Sulap Garasi Rumah, Profesor Ini Hasilkan Oksigen dalam Rumah

Dahril-Bottel-Karya-Tengku-Dahril.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/FAKHRURRODZI)

DUA Balita perempuan asyik bermain di kamar berukuran sekitar 4x4 meter. Keduanya terlihat nyaman bermain di dalam kamar berpendingin ruangan tersebut. Padahal asap sudah masuk ke dalam rumah dan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) menunjukkan status Berbahaya.


DENGAN meloncat-meloncat di atas kasur berpegas, Taya (5), dan seorang adik perempuannya, rasanya enggan meninggalkan kamar dan rumah milik atuknya, Tengku Dahril, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau (Faperika Unri).

 

Keduanya dengan nyaman menonton film kartun di televisi layar datar di kamar tersebut. Di sebelah kiri kotak ajaib itu, terdapat satu tabung berwarna kehijauan yang diletakkan sejajar dengan deretan boneka. Tabung tersebut mengeluarkan gelembung-gelembung seperti di akuarium.

 

"Itulah Mikro Alga. Inilah yang membuat udara di ruangan ini semakin kaya dengan oksigen. Anda bisa merasakan sendiri bedanya antara di dalam sini dengan di luar rumah," kata mantan Rektor Universitas Islam Riau (UIR) itu, pekan lalu.

 

RIAUONLINE.CO.ID yang berada di dalam ruangan tersebut, benar-benar merasakan udara segar, bak di pegunungan. Sejuk, segar, terasa dingin dan tak ada bau asap, layaknya rumah-rumah warga Riau lainnya saat asap tebal berbahaya masuk ke kediaman mereka.

 

Dahril Bottle, nama itu ia berikan atas penemuan dihasilkannya usai Idul Fitri lalu. Ketika itu, Tengku Dahril baru saja menerima berkah kelahiran cucu tercinta. Sayangnya, jahatnya asap pembakaran hutan dan lahan mulai mengganggu cucu-cucu tercintanya.

 

Akhirnya, peraih gelar Master of Science di bidang Oceanografi di Universitas Nagasaki, Jepang, lebih mengintesinfkan micro alga selama ini ditelitinya saat meraih gelar S2 di negeri Matahari Terbit tersebut. Dan, berhasil.

 

Dahril Bottle di Kamar Cucunya



 

Dahril menyulap garasi rumahnya menjadi laboratorium kimia air laut. Sebelumnya, tutur laki-laki berkacamata ini, laboratoriumnya berada di satu kamar anaknya, di rumahnya, Jalan Pembangunan No 6, Marpoyan, Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru.

Di laboratorium mini inilah, Dahril melakukan pembibitan mikro alga (Chlorella) dan mendesain botol-botol bekas menjadi barang berguna sehingga mampu menyedot udara-udara mengandung CO2 dan menghasilkan oksigen bagi manusia.

 

"Coba Anda lihat itu, di sana satu (ruang keluarga), di sana juga (ruang tamu), dan setiap kamar anak-anak saya serta kamar saya, saya letakkan Dahril Bottle. Segar rasanya rumah ini," kata mahasiswa teladan 1977 ini.

 

Saat itu, cucu bungsunya, baru lahir sekitar 2 bulan ini, sedang disusui ibunya, di kamar sebelah tempat Taya bermain tadi. Sang cucu sama sekali tak rewel, sebab di kamarnya juga ditempatkan Dahril Bottle.

 

Ia menjelaskan, alga adalah makhluk-makhluk pertama di muka bumi ini yang diciptakan Allah SWT, jauh sebelum manusia diciptakan. Ia hidup di dasar laut, menjadi bahan makanan bagi makhluk hidup lainnya, seperti paus dan biota lainnya.

 

Tak hanya itu, tuturnya, alga inilah dasar kehidupan selain air. "Coba buka Surat Al-Anbiya' ayat 30. Itulah ayat-ayat kauniyah, jadi dasar pemikiran saya menemukan mikro alga untuk dimanfaatkan bagi umat manusia. Terutama bagi warga Riau dan provinsi-provinsi lainnya yang saban tahun harus hidup dengan asap ini," kata Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Riau ini.

 

Allah, tuturnya, menyediakan semuanya, barulah manusia diciptakan setelah segala sesuatunya telah ada dan siap menunjang kehidupan manusia. Alga, ujarnya, hidup di air, saat ia melakukan fotosintesa menghasilkan oksigen kemudian jenuh menguap ke udara melapisi ozon menjadi filter ultra violet dan membuat bumi lebih dingin. Itulah peranan Alga dalam rantai kehidupan.

 

Alasan lainnya, kata Dahril, ia terinsipirasi saat menghadiri pertemuan ilmuwan yang diselenggarakan oleh badan PBB, Unesco, di Paris, Prancis, tiga tahun lalu. Ketika itu, Direktur Unesco mengatakan, dunia krisis oksigen, Karbondioksida (CO2), sudah terlalu banyak di permukaan bumi.

 

"O2 kritis saat ini di dunia. Termasuk saat asap seperti sekarang ini. Baik di Riau, Jambi, dan daerah-daerah lainnya di Indonesia, terlalu banyak CO2, Oksigen sedikit sekali. Solusinya, Mikro alga ini bisa kita letakkan di masing-masing rumah," tuturnya.

 

Usai menyulap garasi mobilnya menjadi laboratorium, setiap malam Dahril melakukan perenungan dan menyepi di kamar tersebut. Di laboratorium kecil itu, terdapat sebuah dipan dan kasur di atasnya. Selain itu, juga ada satu meja.

 

Di depan dipan tersebut, saat Dahril duduk, ia menatap dan melihat-lihat lurus tajam ke arah depan. Di depannya, rak kaca diterangi sinar lampu neon, terdapat enam botol ukuran sedang setinggi sekitar 30 sentimeter diberi selang-selang air asi, seperti di akuarium.

 

Tak hanya itu, berbagai jeriken-jeriken berisikan cairan juga tersusun rapi di dinding lab mini Dahril. "Di sinilah produksi bibit-bibit alga saya gunakan untuk mengisi Dahril Bottle. Botol-botol plasik putih tutup merah itulah bibit-bibitnya yang sudah dikemas siap dimanfaatkan," jelas mantan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau tersebut. (Bersambung)