RIAUONLINE, JAKARTA - Kini profesi tukang ojek tidak lagi dilirik sebelah mata. Sejak profesi ini mulai memanfaatkan internet sebagai media pemasaran, banyak warga Jakarta, ramai-ramai ingin menjadi pengojek. Bahkan para sarjana pun tergiur dengan pekerjaan ini, tak terkecuali mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetap.
Terik panas matahari selama 5 jam tak menyurutkan Budi Cita Laksana menjadi pengemudi. Semua demi satu hal. Dapur yang terus mengepul saat harga barang naik terus. Budi masih sabar berbaris di pelataran parkir Plaza Barat, Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Siang itu Budi memantapkan hatinya menjadi pengemudi ojek berbasis aplikasi online. Sudah sejak pukul 06.30 WIB, Budi datang di ajang perekrutan sopir ojek Grab Bike.
"Ini sudah jam 12:00 WIB tapi masih panjang antreannya," ujar Budi, lelaki 38 tahun sambil melirik ke arloji di tangan kirinya saat berbincang.
Meski harus berdiri lima jam di bawah terik matahari, semangat Budi tak kendur. Hatinya sudah mantap. Semua demi mendapat penghasilan tambahan untuk menghidupi keluarganya.
"Saya kesini karena tergiur dengan kampanye GrabBike yang para pengemudinya rata-rata bisa mendapat penghasilan Rp8 juta perbulan," ujar Budi.
Beberapa rekannya sudah terlebih dahulu memutuskan menjadi pengemudi ojek. Semuanya menceritakan pengalaman baik. Penghasilan yang lebih fantastis paling banyak diceritakan para pengemui ojek ini membuat hati Budi luluh.
"Saya juga awalnya nggak percaya, tapi teman saya benar mengalami itu, baru 11 hari menjadi ojek GrabBike, sudah dapat penghasilan Rp 2,6 juta," ungkapnya.
Tak hanya iming-iming penghasilan lebih baik. Budi mengaku dirinya cukup membawa bekal sepeda motor yang masih dapat digunakan serta Surat Izin Mengemudi (SIM) sudah bisa mendaftar.
Pemandangan yang sama juga terlihat di penerimaan pengendara Go-Jek. Ratusan orang rela mengantre sambil berpanas-panasan di area rumah toko di Jalan Wolter Monginsidi, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (29/6/2015) siang. Mulai dari tukang ojek pangkalan, penganggur, hingga sarjana rela berdiri dan berdesak-desakkan menjadi driver atau pengendara Go-Jek.
Mereka mengaku tergiur dengan cerita rekan, kerabat, dan keluarga mengenai penghasilan pengemudi Go-Jek yang relatif besar dibandingkan pengojek pangkalan.
Salah satu yang berminat menjadi pengendara Go-Jek adalah Gusti. Pemuda yang juga sarjana ini mengaku ingin menjadi pengendara Go-Jek untuk menambah penghasilannya.
"Saya juga punya usaha, juga kerja freelance, ya lumayan kalau ada tambahan jadi (pengendara) Go-Jek," ujarnya.
Selain penghasilan tambahan, fleksibilitas waktu sebagai pengendara Go-Jek juga membuatnya tertarik. Ia mengaku bisa kapan saja melayani pelanggan Go-Jek ataupun saat tidak melayani pelanggan.
Herman, pendaftar pengendara Go-Jek lainnya, mengaku tertarik dengan cerita temannya yang mengantongi penghasilan Rp 3 juta sampai Rp 4 juta lebih per bulan.
"Kalau hanya di pangkalan kan pendapatan enggak bakal sampai segitu, apalagi harus antre sama pengojek lainnya," tutur warga Mampang Prapatan ini.
Go-Jek merupakan aplikasi ciptaan perusahaan lokal bernama PT Go-Jek Indonesia. Selain jasa transportasi, Go-Jek menyediakan jasa lain berupa pengantaran serupa kurir dan jasa belanja dengan nilai maksimal Rp 1 juta.
Aplikasi Go-Jek diunduh hingga puluhan ribu pengguna ponsel Android. Peminat bisa mengunduh aplikasi Go-Jek dari ponsel dengan sistem operasi Android untuk Google Play atau iOS untuk Apple App Store, mendaftar email dan nomor telepon, lalu memesan ojek. (berbagai sumber)
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline